Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Tiga Penyakit Hidup tanpa Obat, Nomor Tiga Paling Ngeri

Tiga Penyakit Hidup tanpa Obat, Nomor Tiga Paling Ngeri

Tiga Penyakit Hidup tanpa Obat, Nomor Tiga Paling Ngeri

Arya Helmi*



Dalam kehidupan yang fana ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam ujian dan cobaan. Salah satu sumber kebijaksanaan yang dapat menjadi penuntun dalam menghadapi tantangan tersebut adalah kitab-kitab klasik yang sarat akan nilai-nilai luhur. Salah satunya adalah Kitab Bustanul Arifin, karya Imam Nawawi, yang memuat berbagai nasihat bijak tentang kehidupan.

Dalam salah satu kutipannya, Imam Nawawi menyebutkan tentang tiga hal yang tidak ada obat atau penawarnya, yaitu: 

Pertama, Penyakit yang Bercampur Usia Tua (Pikun).

Pikun adalah kondisi penurunan fungsi kognitif yang signifikan, seringkali disertai dengan perubahan perilaku dan emosi. Ini bukan sekadar lupa sesekali, tetapi penurunan yang progresif dan mengganggu kehidupan sehari-hari. 

Mengapa penyakit pikun sulit diobati? Sebab kerusakan otak yang terjadi seringkali ireversibel. Pengobatan medis yang ada lebih fokus pada memperlambat perkembangan penyakit dan mengelola gejala daripada menyembuhkan.

Dalam konteks spiritual, pikun mengingatkan kita akan kefanaan hidup dan pentingnya mempersiapkan diri untuk akhirat. Ini juga menekankan perlunya keluarga dan masyarakat untuk merawat dan menghormati orang tua.

Kedua yang paling berbahaya adalah permusuhan yang Bercampur Dengki.

Permusuhan adalah tindakan agresif atau kebencian terhadap orang lain, sementara dengki adalah perasaan tidak senang melihat orang lain bahagia. Ketika keduanya bercampur, mereka menciptakan siklus negatif yang merusak hubungan dan kesejahteraan emosional.

Permusuhan dan dengki seringkali berakar pada rasa tidak aman, iri hati, atau kebencian. Mengapa ini sulit diobati? Karena bercampur dengan penyakit hati dan membutuhkan perubahan internal yang mendalam. Obatnya bukan eksternal, tetapi introspeksi, pengampunan, dan pengembangan empati.

Dalam Islam, dengki dan permusuhan dianggap sebagai penyakit hati yang serius. Al-Qur'an dan Hadis menekankan pentingnya membersihkan hati dari penyakit-penyakit ini dan memaafkan orang lain.

Ketiga merupakan Kemiskinan yang Bercampur Kemalasan. 

Kemiskinan adalah kondisi kekurangan materi, sementara kemalasan adalah keengganan untuk bekerja atau berusaha. Ketika keduanya bercampur, mereka menciptakan lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Kemalasan dapat disebabkan oleh kurangnya motivasi, rasa tidak berdaya, atau depresi. Kemiskinan dapat memperburuk kondisi ini.

Mengapa kemiskinan semacam ini begitu sulit diobati? Sebab mengatasi kemiskinan dan kemalasan membutuhkan perubahan pola pikir dan perilaku. Ini membutuhkan kerja keras, disiplin, dan kemauan untuk belajar dan tumbuh.

Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dan mencari nafkah yang halal. Kemalasan dianggap sebagai sifat tercela. Namun, Islam juga menekankan pentingnya membantu mereka yang kurang beruntung.

Ketiga hal ini, meskipun berbeda konteks, memiliki benang merah yang sama, yaitu keterpurukan yang diakibatkan oleh kondisi internal manusia. 

Ketiga hal yang disebutkan oleh Imam Nawawi di atas mengingatkan kita bahwa ada beberapa masalah dalam hidup yang tidak dapat diselesaikan dengan solusi instan atau eksternal. Obat untuk masalah-masalah tersebut terletak pada diri kita sendiri, yaitu dengan memperbaiki kondisi internal kita, baik itu kesehatan fisik, mental, maupun spiritual.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga kesehatan, menghindari permusuhan dan dengki, serta menjauhi kemalasan. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup yang lebih baik dan bermakna, serta terhindar dari penyakit-penyakit yang tidak ada obatnya.


*Pencinta kopi yang dicampur jahe

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.

Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post