Mengolok-olok Teman dengan Nama Bapaknya dalam Pandangan Islam - Andi Jalal
MENGOLOK-OLOK TEMAN DENGAN NAMA BAPAKNYA DALAM PANDANGAN ISLAM:
Antara Tradisi Lokal dan Kearifan Budaya
Andi Jalal
Mengolok-olok nama bapak adalah kebiasaan yang kerap terjadi di kalangan remaja, terutama saat masa sekolah. Tradisi ini seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika persahabatan, meski kadang menimbulkan situasi lucu dan memalukan. Di Indonesia, terutama di kalangan remaja, memanggil teman dengan nama bapak adalah hal yang lumrah. Kebiasaan ini bahkan seringkali terbawa hingga dewasa, menciptakan situasi yang lucu dan kadang memalukan. Misalnya, ketika seseorang tanpa sengaja memanggil temannya dengan nama bapaknya di depan sang bapak sendiri. Dalam budaya Jawa, praktik ini dikenal sebagai **"paraban"**, yaitu julukan yang digunakan sebagai ejekan atau panggilan sehari-hari. Paraban bisa berasal dari berbagai hal, seperti nama bapak, kebiasaan unik, atau peristiwa tertentu.
Alasan mengapa nama bapak sering dijadikan bahan ejekan antara lain karena nama tersebut tercantum di rapor sekolah, sehingga lebih familier di kalangan siswa. Selain itu, adanya kesamaan gender antara siswa laki-laki dan bapaknya membuat nama bapak lebih mudah dijadikan bahan lelucon. Kedekatan emosional antara anak laki-laki dan bapaknya juga membuat ejekan ini terasa lebih "berdampak" dan lucu. Seperti yang diungkapkan dalam artikel "Menerka Alasan Kita Memanggil Kawan dengan Nama Bapak" dari Terminal Mojok, kebiasaan ini sebaiknya dilakukan hanya dengan teman yang sudah sangat dekat, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau konflik.
Dalam Islam, nama memiliki makna dan nilai yang penting. Nama bukan sekadar identitas, tetapi juga doa dan harapan dari orang tua kepada anaknya. Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk memilih nama yang baik dan menghindari nama yang buruk atau mengandung makna negatif. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman: **"Dan janganlah kamu saling mencela dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk."** (QS. Al-Hujurat: 11). Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk menghindari ejekan dan panggilan yang buruk, karena hal tersebut dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Namun, konteks ayat ini lebih mengarah pada ejekan yang bersifat merendahkan atau menyakiti hati. Jika mengolok nama bapak dilakukan dalam batas canda dan tidak bermaksud menyakiti, maka hal ini mungkin tidak termasuk dalam kategori yang dilarang.
Menariknya, kebiasaan mengolok nama bapak memiliki paralel dalam budaya Arab. Dalam bahasa Arab, terdapat konsep **"laqob"** (julukan) dan **"kun-yah"** (julukan berdasarkan nama keluarga). Misalnya, nama seperti Abu Bakar atau Umar bin Khattab adalah contoh kun-yah, yang merujuk pada nama bapak atau keluarga. Sementara laqob bisa digunakan untuk pujian atau ejekan, seperti Abu Hurairah (bapaknya kucing) yang merupakan julukan terkenal dalam sejarah Islam. Dalam tradisi Arab, nama-nama ini memiliki fungsi sosial dan budaya, seperti membedakan orang dengan nama yang sama atau melacak silsilah dan perawi hadis. Misalnya, dalam ilmu hadis, laqob dan kun-yah digunakan untuk membedakan perawi hadis yang memiliki nama sama. Contohnya, Muhammad bin Ja’far dibedakan menjadi tiga laqob: Al-Bashri, Ar-Razi, dan Al-Baghdadi, berdasarkan lokasi tempat tinggalnya.
Meskipun kebiasaan mengolok nama bapak memiliki akar budaya yang dalam, penting untuk mempertimbangkan batasan-batasan dalam Islam. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an, umat Islam dilarang saling mencela dan memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Oleh karena itu, kebiasaan ini sebaiknya dilakukan dengan bijak, terutama jika melibatkan orang yang belum terlalu dekat. Dalam konteks persahabatan, canda dan lelucon adalah hal yang wajar. Namun, penting untuk memastikan bahwa canda tersebut tidak menyinggung perasaan atau merendahkan martabat orang lain. Seperti yang diungkapkan dalam artikel "Ejek-ejekan Nama Bapak sampai Panggilan Olok-olokan yang Lain, Bagaimana Penjelasannya?" dari Mojok.co, kebiasaan ini sebaiknya dilakukan hanya dengan teman yang sudah sangat dekat, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau konflik.
Mengolok nama bapak adalah kebiasaan yang memiliki akar budaya yang dalam, baik dalam tradisi lokal Indonesia maupun dalam budaya Arab. Dalam Islam, nama memiliki nilai yang penting, dan umat Islam diajarkan untuk menghindari ejekan yang bersifat merendahkan atau menyakiti hati. Namun, jika kebiasaan ini dilakukan dalam batas canda dan tidak bermaksud menyakiti, maka hal ini mungkin tidak termasuk dalam kategori yang dilarang. Sebagai bagian dari kearifan lokal, kebiasaan ini terus dilestarikan dari generasi ke generasi, menjadi kenangan yang sulit dilupakan dari masa sekolah. Namun, penting untuk diingat bahwa kebiasaan ini sebaiknya dilakukan dengan batasan tertentu, agar tidak menimbulkan konflik atau kesalahpahaman.