Festival Dies Miladia JSM #4: “Setia pada Visi & Mempertegas Misi”
Festival Dies Miladia JSM #4: “Setia pada Visi & Mempertegas Misi”
Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) menapaki tahun keempat eksistensinya dengan penuh semangat melalui perhelatan Festival Dies Miladia JSM #4 . Acara yang berlangsung pada Minggu, 17 November 2024, di Kafe Sastra Balai Pustaka, Matraman, Jakarta, ini menjadi momen penting bagi komunitas untuk merayakan perjalanan panjang sekaligus meluncurkan dua karya baru. Dengan tema besar “Setia pada Visi & Mempertegas Misi” , JSM mengukuhkan komitmen mereka dalam dunia sastra Indonesia.
Dua buku istimewa menjadi sorotan utama dalam festival ini. Pertama, “Meretas Pemikiran Riri Satria: tentang Puisi dan Kecerdasan Buatan” , karya Rissa Churria yang menggali pandangan Riri Satria tentang interaksi antara puisi dan teknologi. Buku ini menampilkan refleksi unik dari seorang ahli teknologi yang juga mendalami dunia sastra. Kedua, antologi puisi bersama bertajuk “Jejak Masa Depan: Sustainable Development Goals dalam Puisi” , disusun oleh Nunung Noor Elniel, Rissa Churria, Riri Satria, dan Sofyan RH. Zaid. Buku ini mengusung tema besar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), sebuah upaya global untuk mencapai kesejahteraan dan keinginan pada tahun 2030.
Ketua JSM, Riri Satria, menjelaskan bahwa tema acara ini mencerminkan konsistensi komunitas dalam menjalankan visi sebagai wadah belajar dan berkarya. “Kami selalu mendorong peserta untuk menghasilkan karya sastra yang berkualitas, yang nantinya bisa dipentaskan dan mendapatkan masukan untuk pengembangan lebih lanjut,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya memilih tema-tema global seperti SDGs agar para penyair tidak hanya berkarya, tetapi juga ikut menyuarakan isu-isu penting dunia.
Buku “Meretas Pemikiran Riri Satria” menghadirkan eksplorasi menarik tentang kolaborasi antara puisi dan kecerdasan buatan, menunjukkan bagaimana teknologi dapat menjadi bagian dari seni dan kreativitas. “Kami ingin menunjukkan bahwa sastra tidak hanya berbicara tentang masa lalu atau romantisme, tetapi juga dapat menjangkau masa depan,” tambah Riri.
Sejak awal berdirinya pada tanggal 10 Oktober 2020, JSM telah melalui banyak tantangan, termasuk perjuangan selama pandemi Covid-19. Namun komunitas ini terus bertahan dan berkembang, membangun reputasi sebagai ruang belajar sastra yang inklusif. “Dulu kami dianggap eksklusif karena terbatasnya kegiatan siapa pun, tetapi sekarang kami membuka pintu bagi saja yang ingin berpartisipasi,” jelas Riri.
Festival ini juga melukiskan berbagai kegiatan, seperti membaca puisi, memotong tumpeng, dan testimoni dari sejumlah orang yang hadir, seperti Prof. Firdaus Syam, Ananda Sukarlan, Budhi Setyawan, Lily Multatuliana, dan lainnya. Selain itu, Direktur Utama PT Balai Pustaka, Achmad Fachrodji, menyampaikan apresiasi dalam bentuk pantun, sementara Imam Ma'arif dari Dewan Kesenian Jakarta menggarisbawahi pentingnya konsistensi dan keberlanjutan komunitas seni seperti JSM. Turut hadir pada acara tersebut adalah Maman S. Mahayana, Ir. Supandi, dan lain-lain.
Jagat Sastra Milenia kini telah membuktikan dirinya sebagai salah satu komunitas sastra modern yang tak hanya bertahan, tetapi juga terus berinovasi. Dengan visi yang kuat dan misi yang terus diperjelas, JSM siap melangkah lebih jauh, menjadikan sastra sebagai media pembelajaran, dialog, dan perubahan. (@Singa)