Indonesia - Indah Gracia Renata
Indonesia
Indah Gracia Renata
Tringggggg!!!......
Bunyi bel menggema
kencang, melewati lorong-lorong di sekolahku. Suara bel yang kencang, disambut
kegaduhan para siswa yang ingin istirahat sukses membuat suara pak Ahmad yang
sedang berada di dalam kelasku tidak lagi terdengar. Aku dan kelima temanku
juga sudah sangat bersemangat untuk istirahat, namun tepat sebelum kami ingin
keluar dari kelas, terdengar suara pak Ahmad memanggil kami.
“Anak-anak, tunggu
sebentar, sebelum kalian istirahat bapak ingin memberitahu sesuatu pada kalian
berenam.”
“Iya pak, ada apa
ya?” tanya salah satu temanku Risa.
“Sekolah kita
mendadak dipilih untuk mewakili Indonesia di acara
Cultural Exchange Of Asia, itu semacam acara pertukaran budaya antar negara di
Asia tenggara. Acara ini mencakup lomba-lomba kesenian dan pentas seni. Untuk
lomba ini sendiri memang sangat mendadak, jadi kita tidak sempat melakukan
seleksi. Seingat bapak waktu itu kalian pernah memenangkan lomba tari daerah
antar sekolah, jadi bapak berharap kalian dapat mewakili negara kita dalam
lomba ini. Terlebih kita ini kan dari ibu kota.” Jelas pak Ahmad pada kami.
“Pak kalau boleh
tahu lombanya kapan ya pak?” tanyaku ingin tahu.
“Lombanya dua
minggu lagi, dan nanti siang kalian ke ruangan bapak ya, untuk mengambil
lembaran lombanya agar lebih jelas.”
“Baik pak..” jawab
kami bersama-sama.
~☆☆☆~
Setelah istirahat
kami langsung menuju ke ruangan pak Ahmad untuk mengambil lembaran lomba tersebut,
dan mulai berdiskusi bersama. Dalam lembaran lomba tersebut disebutkan bahwa
kami harus menunjukan budaya bangsa kami melalui lima tahap penilaian, yaitu;
menyanyikan lagu daerah, menarikan tarian daerah, pertunjukan busana daerah,
drama bertema budaya, serta pidato kebangsaan.
Aku, dan kelima temanku berasal dari daerah
yang berbeda-beda, jadi kami sedikit kesulitan memilih budaya apa yang akan
kami angkat untuk lomba ini. Namaku Naya dan aku berasal dari Jakarta, temanku
Risa dari Semarang, Berta dari Kupang, Made dari Bali,
Ucok dari Medan,
dan Yosef berasal dari Papua. Dengan waktu yang bisa dibilang sedikit ini kami
harus mampu menyiapkan penampilan terbaik.
“Naya, kita jadi
mau pakai budaya apa?” tanya Berta dengan logatnya yang khas.
“Kita pakai budaya
yang berbeda-beda saja tiap tahap penilaian... bagaimana?”
“Kami
setuju-setuju saja, selama hal itu tidak terlalu sulit untuk dilakukan” jawab
Made, Ucok, dan Yosef kompak.
“Jangan, kita
pakai satu budaya saja, namun budaya yang mudah kita pelajari, bagaimana?” kata
Risa memberikan pendapatnya
“Mau pakai budaya
apa tapi?” tanya Berta lagi..
“Belum tahu juga,
ada yang punya ide?” jawab Risa.
“Ya sudah kita
lanjutkan besok saja diskusinya, ini sudah hampir waktunya pulang” kataku untuk
menutup diskusi hari ini.
“Iya, aku setuju,
diskusinya dilanjut besok saja, lagi pula kita masih punya waktu 11 hari untuk
berdiskusi dan latihan” tambah Ucok.
“Besok hari Sabtu
toh, bagaimana kita bisa berdiskusi? Kan besok tidak sekolah” tanya Yosef
kebingungan.
“Mau latihan di
rumah aku?” Ajak Made
“Kalau besok aku
enggak bisa, ada acara keluarga” balas Risa
“Iya Berta juga
enggak bisa kalau besok, maaf ya”
“Ya sudah kita
latihan hari Senin saja, di sekolah, bagaimana?” usul Yosef
“Baiklah, kami
semua setuju”
~☆☆☆~
Hari Senin, di
ruang kesenian, keenam sahabat ini sudah berkumpul untuk mulai berdiskusi.
“Baiklah sekarang
kita mulai satu-persatu dahulu. Menyanyi, ada yang punya ide? Lagu daerah apa
yang sekiranya dapat kita kuasai?” tanyaku memulai diskusi kami.
“Bagaimana dengan
Gundul Pacul? Itu lagu dari Jawa tengah..” jawab Risa memberikan pendapatnya.
“Ya sudah, iya itu
saja” jawab kami setuju.
“Lalu untuk tarian
dan pertunjukan busananya?” tanyaku melanjutkan diskusi sambil mencatat setiap
hasil diskusi kami.
Lagi-lagi Risa
selalu memberikan pendapatnya terlebih dahulu, “Tariannya tari ronggeng saja,
nanti untuk busana daerah aku sudah ada kebaya...bagaimana?”
Mungkin Aku, Made,
Ucok, dan Yosef tidak masalah dengan usulan dari Risa, namun sepertinya tidak
dengan Berta.
“Aku tidak setuju,
Indonesia punya banyak budaya Risa... bukan hanya Jawa Tengah saja... dari tadi
kamu hanya mengusulkan budaya kamu saja...” jawab Berta.
“Ya sudah kalau
begitu apa kamu punya ide lain? Apa kamu punya ide yang lebih baik?” balas
Risa.
“Aku punya ide
kok... bagaimana jika kita menarikan tari rangkuk alu?” tanya Berta.
“Tarian itu sulit,
sudahlah kita menarikan tari ronggeng saja” jawab Risa kepada Berta.
“Tadi kan untuk
lagunya kita sudah pakai usulan dari kamu... sesekali dengarkan usulan yang
lain Risa..” balas Berta tak mau kalah.
Mereka berdua pun
mulai bertengkar memperdebatkan pendapat siapa yang lebih baik, keadaan semakin
tidak menyenangkan, mereka lalu meminta Aku, Made, Ucok, dan Yosef untuk
memilih tarian apa yang akan kami tarikan. Made dan Ucok lalu memilih usulan
dari Risa, sedangkan Yosef memilih usulan Berta.
“Sekarang tinggal
pilihan Naya...” kata Berta.
“Iya... Naya kamu
pilih usulan aku atau Berta?” tambah Risa.
“Aku tidak bisa
memilih... aku tidak ingin kita jadi bertengkar hanya karna diskusi ini...”
jawabku dengan tegas.
“Kalau begitu,
berarti kita menarikan tari ronggeng, karena ada dua orang yang memilihnya.”
Kata Risa menutup perdebatan
“Tidak bisa
seperti itu... Naya tidak memilih, itu tidak adil...” lawan Berta yang merasa
keputusan tersebut tidaklah adil
“Ini adil, memang
yang memilih ronggeng lebih banyak, Lagi pula Naya juga tidak memilih aku
kan...” jawab Risa pada Berta.
“Ya sudah jika
memang begitu... aku rasa pendapatku juga tidaklah penting, jadi lebih baik aku
keluar saja... aku tidak jadi ikut lomba....” kata Berta sambil beranjak pergi
dari ruang kesenian.
“Dari tadi aku
sudah coba untuk sabar, tapi Berta selalu memancing kekesalanku. Sekarang dia
merasa tidak didengar... apa aku yang salah?! Kalau begitu aku juga tidak ingin
ikut lomba lagi!!” Risa pun pergi meninggalkan ruang kesenian.
“Ucok, Made,
Yosef, bagaimana ini? Sekarang mereka
bertengkar... padahal waktu kita tinggal 10 hari lagi...” tanyaku panik
“Kita biarkan saja
sampai mereka tenang dengan sendirinya, mungkin besok mereka juga sudah
berbaikan.” Kata Ucok menjawab pertanyaanku.
~☆☆☆~
Tiga hari berlalu,
namun mereka juga masih belum berbaikan. Waktu yang kami miliki juga semakin
sedikit. Risa dan Berta benar-benar tidak saling berbicara satu sama lain.
Akhirnya Aku, Made, Ucok, dan Yosef pun memiliki rencana untuk membuat mereka
berbaikan. Rencananya pada waktu istirahat kami akan mempertemukan mereka dan
mengajak mereka berbincang bersama di ruang kesenian. Made akan membawa Risa,
dan Yosef membawa Berta.
Tringggggg!!!......
Waktu istirahat
tiba... waktunya rencana dijalankan. Begitu Risa keluar dari kelas, Made dengan
cepat mengajaknya berbincang sebentar sambil membawanya ke ruang kesenian.
Begitu pula dengan Yosef yang langsung menghampiri meja Berta untuk mengajaknya
berbincang. Semua berjalan sesuai dengan rencana, mereka kami pertemukan di
ruang kesenian. Ternyata mereka ternyata masih tidak ingin saling bicara, untuk
mencairkan suasana aku mulai membuka sebuah pembicaraan.
“Teman-teman aku
ingin bertanya... apa arti Indonesia bagi kalian?”
“Negara kita?”,
“Bangsa kita?”, “Tanah air kita?” Jawab Made, Ucok, dan Yosef bergiliran
“Kalau menurut
Risa dan Berta apa?” tanyaku pada mereka
“Entah, aku enggak
tahu” jawab Risa. “Negara kelahiran kita?” jawab Berta asal.
“Kalian semua
benar, namun menurut aku Indonesia itu artinya satu.. jika kita perhatikan lagi
di tengah-tengah kata Indonesia terdapat kata
“One” yang berarti satu. Kalian jangan bertengkar lagi, negara kita ini kaya
akan budaya namun tetap satu. Dari pada
memperdebatkan budaya siapa yang sebaiknya kita tunjukkan, lebih baik kita
berdiskusi tentang bagai mana cara kita merangkum dan menunjukkan budaya bangsa
kita ini. Bagaimana?”
“Naya benar, aku
minta maaf ya teman-teman sudah egois dan mementingkan budayaku sendiri, Berta
aku mau minta maaf karena tidak pernah mau mendengarkan pendapat kamu... aku
minta maaf ya.”
“Aku juga mau
minta maaf karena sudah marah tanpa alasan yang jelas..” Risa dan Berta pun
berbaikan.
“Teman-teman Ingat
waktu yang kita miliki tinggal 6 hari lagi, apa mungkin kita sempat latihan?”
tanya Yosef
“Tentu sempat,
kita masih bisa memenangkan lomba ini, hanya jika kita bekerja sama, sebagai
sebuah tim, bagaimana? Apa kalian masih ingin mewakili Indonesia?” jawabku
penuh semanga
“Aku rasa yang
dikatakan Naya itu sangat benar, aku setuju, dan aku juga masih ingin berjuang
di lomba ini.” Kata Made, disusul Yosef, Ucok, Berta dan Risa “Tentu saja, ayo
kita menangkan lomba ini.”
Kami pun berlatih
keras selama seminggu penuh, sampai pada saat lomba tiba, kami tetap
mempersiapkan penampilan terbaik dengan pilihan yang telah kami sepakati
bersama, untuk lagu daerah kami memilih Yamko Rambe Yamko dari Papua, dan
tarian Tor-tor dari Sumatra Utara. Untuk pakaian adat kami memutuskan bahwa
kami semua akan memakai pakaian adat yang berbeda-beda, sesuai dengan budaya
kami. Dengan begitu kami bisa menunjukkan lebih banyak budaya yang ada di
Indonesia, untuk drama, kami tidak mengambil cerita rakyat, melainkan cerita
sumpah pemuda. Hari para pemuda Indonesia bergandengan tangan, menyatukan
perbedaan dan bersumpah untuk menjadi satu. Dalam pidato kebangsaan, aku
sendiri yang maju, membawakan tema Bhineka Tunggal Ika. Menang atau kalahnya
itu tidaklah penting, yang utama adalah kami ingin menyampaikan pesan bahwa
perbedaan tidak harus dihilangkan, tetapi harus dipersatukan. Dengan usaha dan
kerja sama tim ini, kami berhasil mendapatkan juara pertama, untuk kategori
pelajar SMA/High School. Jika kita mau bekerja sama maka semua dapat
dilakukan, kuncinya tetap saling menghargai, dan jangan mementingkan pendapat
diri sendiri.