Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Masalah Bacaan Anak-Anak dan Remaja - MS Hutagalung

Masalah Bacaan Anak-Anak dan Remaja - MS Hutagalung

Masalah Bacaan Anak-Anak dan Remaja 
oleh MS Hutagalung

Masalah Bacaan Anak-Anak dan Remaja



KAWACA.COM | Keluhan dari beberapa penulis yang diungkapkan melalui pelbagai mass media tentang tidak adanya atau tidak memadainya buku anak-anak dan remaja, rasanya merupakan keluhan masyarakat Indonesia pada umumnya. Semangat bersekolah sangat besar, maupun diakui pendidikan sangat rendah mutunya dan yang lebih parah lagi, pendidikan itu tak membimbing pribadi siswa-siswa supaya menjadi manusia yang dapat hidup berdiri sendiri, berpikir dewasa, dan kreatif kelak kemudian hari. Sebenarnya pendidikan yang demikian dapat lebih berhasil dengan memberikan bacaan baik, sebab sebuah bacaan yang baik biasanya mengandung nilai kemasyarakatan, moral, pengetahuan, bahkan nilai-nilai estetis serta rangsangan untuk mengembangkan fantasi dan imajinasi. Bacaan-bacaan ini juga secara langsung dan tak langsung menolong untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan komposisi siswa-siswa. 

Memang kita tidak cukup hanya mengutuk, mengeluh, dan melarang buku-buku picisan yang digandrungi oleh anak-anak muda kita dewasa ini. Jalan yang paling baik hanyalah dengan memberikan bacaan yang lebih baik, sambil memberikan bimbingan kepada mereka, supaya dapat membedakan buku yang baik dari buku yang merusak, dan bila dapat mereka mencintai buku yang baik dan membenci buku picisan. 

Para pendidik dan orang-orang yang berhubungan dengan masalah bacaan sangat perlu juga mengadakan penelitian supaya dapat memahami bacaan yang dapat menarik dan sesuai dengan anak-anak dan muda-mudi atau remaja. Kalau kita sendiri tidak begitu suka membaca buku-buku kuno yang mungkin karena bahasa dan persoalannya tidak begitu cocok lagi dengan selera dan rasa bahasa kita, kita pun harus jujur supaya tak memaksa siswa-siswa itu menikmati dan memahaminya. Penelitian menunjukkan bahwa bahkan buku-buku Nur Sutan Iskandar atau Balau Pustaka mengenai kawin paksa dan lain-lain tak lagi begitu menarik remaja itu karena mereka merasa bahwa soal kawin paksa itu tidak lagi dekat dengan kehidupan mereka. Dapat kita bayangkan pula bagaimana enggan mereka kalau dipaksa untuk membaca buku-buku yang lebih kuno dengan bahasa Indonesia yang lebih asing lagi. Maka sering sekali siswa-siswa membaca buku sastra hanya karena dipaksa. 

Tentu saja kita tak bermaksud supaya kita menyerah saja pada selera remaja itu dan kita tak memberitahukan dan mengajarkan sastra yang lebih lama, tetapi saya kita kita perlu terlebih dahulu memberikan pengertian dan pemahaman supaya mereka yakin, bahwa ada gunanya mereka membaca dan mengetahui hasil sastra tersebut. Hal yang demikian sudah mengharuskan kita untuk memilih dahulu bacaan mana kiranya yang dapat memikat para remaja itu dan menyimpan buku-buku yang lain untuk dibaca dan dipelajari pada kelas-kelas yang lebih tinggi. Kita juga mengetahui bahwa buku-buku hasil kesusastraan Indonesia tidaklah semuanya sengaja diciptakan untuk para remaja. Buku seperti Putri Remaja, terjemahan buku M.L. Alcott yang ternyata paling banyak dibaca para remaja, hampir tak kita miliki. Oleh karena itu, harus kita rangsang pula para pengarang kreatif untuk menulis buku-buku yang sesuai dengan kehidupan kaum muda. Di samping itu, kita perlu mengadakan bimbingan kepada penulis-penulis itu sebab menulis buku untuk golongan khusus seperti buku anak-anak dan remaja, relatif lebih sulit daripada menulis buku untuk orang-orang dewasa. Tulisan ini bermaksud mengemukakan hal-hal apakah kiranya yang perlu kita ketahui terlebih dahulu, sebelum menulis buku anak-anak atau remaja, supaya jangan ada pendapat bahwa asal tokoh-tokoh cerita anak-anak walaupun bahasa yang dipergunakan berbelit-belit sudah merupakan buku anak-anak yang baik. 

Sebenarnya secara singkat dapat kita katakan bahwa penguasaan bahan yang hendak disajikan dan pemahaman kehidupan dan ilmu jiwa anak-anak dan remaja adalah merupakan syarat yang harus dimiliki oleh pengarang buku anak-anak. Penguasaan ini akan menyadarkan kita tentang persoalan-persoalan yang menarik anak-anak dan remaja. Tentu saja dalam syarat di atas masih perlu ditambahkan syarat-syarat lain yang sering tak dapat diajarkan yakni interesse dan kekayaan inspirasi. Sebenarnya sungguh banyak sekali hal-hal yang menarik hati golongan anak-anak dan remaja ini misalnya, mengenai kehidupan sekeliling, petualangan, dongeng, tetapi harus kita ketahui bahwa penguasaan mereka akan bahasa dan pengetahuan, masih terbatas sehingga cara kita mengungkapkan sesuatu dan menggunakan bahasa haruslah kita perhatikan benar-benar. Di negara yang sudah maju, hal ini tidak begitu sulit, karena mereka sudah banyak mengadakan penelitian tentang jumlah kata yang dipunyai dan yang hendaknya dipunyai oleh anak-anak dan remaja. Mereka juga punya bimbingan mengenai struktur kalimat yang tak menyulitkan anak-anak dan remaja itu sehingga mereka tidak mengalami kesulitan seperti penulis-penulis kita yang hanya mengira-ngira saja. Hal ini membuat kita tak dapat menghindari banyak buku yang diperuntukkan bagi anak-anak kalimat-kalimatnya tidak dapat dipahami oleh orang dewasa pun. Kalimat-kalimat yang dipergunakan demikian panjangnya dan penuh dengan kata-kata yang rasanya belum mungkin dipahami oleh anak-anak ataupun remaja. Untuk buku anak-anak haruslah kita batasi kata-kata yang dipergunakan, juga sebaiknya kita pilih kalimat-kalimat pendek dan sederhana. Sebagai variasi kita memerlukan juga kalimat yang agak panjang, namun harus dijaga supaya tetap jelas. Sebenarnya secara umum dapat kita katakan bahwa semua pengetahuan dan kecekatan dalam menulis cerita atau buku bacaan untuk orang dewasa perlu juga dimiliki oleh penulis-penulis bacaan anak-anak dan remaka: misalnya penguasaan bahasa, unsur-unsur sastra, dan muslihatnya, di samping menghayati tema kehidupan yang hendak ditampilkan dalam buku.

Menurut Maurits Simatupang, dalam tulisannya Beberapa Soal tentang Bacaan Anak, di samping hal-hal yang disebutkan di atas, buku bacaan anak-anak hendaknya dapat juga menggambarkan secara benar mengenai suku maupun bangsa-bangsa tertentu. Hal ini perlu kita garis bawahi mengingat bahwa Indonesia terdiri dari bagai suku bangsa yang berbeda-beda kebudayaannya. Sdr. Maurits juga memberikan ilustrasi bagaimana gambaran "Batak makan orang" menimbulkan kesulitan bagi seorang anak yang berasal dari Tapanuli. 

Hal-hal di atas rasanya cukup menunjukkan bahwa bacaan untuk anak-anak dan remaja perlu kita garap dengan sungguh-sungguh. Sebagaimana buku pada umumnya, bacaan remaja dan anak-anak juga mengalami kemunduran di Indonesia. Waktu saya harus meneliti buku-buku berbahasa Batak di Leiden beberapa waktu yang lalu, saya terpaksa juga membaca buku-buku bacaan sekolah (dasar) di sana. Saya sangat kagum melihat betapa baiknya buku-buku bacaan itu. Isinya sangat maju. Anak-anak dididik agar jangan mau jadi pegawai saja; pekerjaan tangan dan bertani juga merupakan pekerjaan yang baik bahkan mulia karena menghasilkan sesuatu yang sangat perlu bagi manusia. Ada juga cerita bagaimana seorang yang tak dapat meneruskan sekolahnya karena terlalu miskin, dapat maju karena rajin membaca. Ia mulai mengirim tulisan ke koran dan akhirnya menjadi seorang penerbit yang terkenal. Ada cerita yang mendorong orang agar menjadi berani dan percaya kepada diri sendiri, sopan, jujur, suka menolong, pokoknya memiliki nilai pendidikan kepribadian yang memang seyogianya dimiliki oleh bacaan anak-anak remaja, Pribadi yang hendak dibangun adalah pribadi yang kita harapkan juga pada zaman modern ini, meninggalkan mental priayi, dan menjadi manusia yang dapat "membawakan" diri dalam kehidupan dan pergaulan di dalam masyarakat. Bahasa yang dipergunakan saya rasa kini terlalu sulit untuk anak-anak sekarang, tetapi hal itu mungkin cocok dengan anak sekolah dasar dahulu yang memang rata-rata lebih besar dari siswa sekolah dasar dewasa ini. Bacaan-bacaan yang demikianlah yang sulit kita temui dewasa ini. 

Kita kini sedikit merasa gembira bahwa ada penerbit seperti BPK "Gunung Mulia" yang memusatkan perhatian pada buku anak dan remaja. Beberapa majalah anak-anak pun terus beredar dan bertambah. Tetapi hasil yang begitu kecil dibandingkan dengan jumlah anak dan remaja belum ada artinya. Kita masih perlu melatih serta merangsang pengarang-pengarang kita. Pengarang-pengarang yang ada sekarang pun perlu melatih diri dan meningkatkan pengetahuannya sebab seperti diutarakan di atas, menulis untuk anak-anak dan remaja memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang lebih. 

Untuk menambah buku bacaan anak-anak dengan cepat, barangkali dapat juga diusahakan mengumpulkan bacaan yang termuat dalam ruangan anak-anak remaja di koran ataupun di majalah-majalah, kalau perlu mengolah dan menuliskannya kembali, sebab ternyata ruangan-ruangan itu sering juga memuat cerita-cerita dan bacaan-bacaan yang baik. Di samping itu, perlu juga dirangsang penerjemahan atau penulisan kembali cerita-cerita asing maupun daerah.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.