Puisi-puisi Dian Rusdiana
Puisi-puisi Dian Rusdiana
PERJALANAN USIA
kau, aku tak pernah sepakat # tentang rindu yang melekat
kau telusuri lekuk tubuhku # yang kini kian kelabu
mencoba menghafal aroma kenanga # yang menguar dari dada
dan kau pun termangu # di bibir malam bisu
dalam petak ranjang kusut # kucari setiamu yang hanyut
terbawa gelinjang rasa purba # oleh sajak yang sempurna
saat senja terkikis # oleh sisa gerimis
jejak tangis meninggalkan luka # abadi di perjalanan usia
kita saling berciuman # pada riuh pengembaraan
2016
KENANGAN TENTANGMU
: untuk papa
separuh kenangan terkikis # oleh gelombang tangis
aku berdiri di tepian masa # di hampar pasir asa
menatap samar paragraf silam # berkejaran dalam kerumun tikam
airmata merobek seluruh mimpi # tertinggal di tikungan hari
kini tak kudapati lagi # yang memelukku dalam sunyi
menguatkan saat hunjaman cuaca # meninabobokanku dengan syair cahaya
aku hanyalah kesiur angin # dari embusan tubuh ingin
tahun terus berulang # perih menusuk kenang
kala ayat langit berkumandang # gemuruh rinduku kian lantang
2020
LUKISAN IBU 2
di atas kanvas memerah # dengan goresan setetes darah
tercipta sebuah lukisan ibu # dengan harum napas bumbu
sentuhan cakrawala menyapa semesta # pada kuas tak bermata
warna pelangi yang lembut # membias di kebeningan laut
derai airmata haru # sepenuh samudra biru
saat perahu terhantam gelombang # dan sesekali terbentur karang
kau jaga keseimbangan # dengan penuh kedamaian
aku tak lelah melukismu # meskipun senja telah kelabu
sapuan zaman tak menyerah # dalam bingkai elok sejarah
amsal tiap tetes airmatamu # seperti panah menusuk kalbu
senyum yang merekah # laksana istana megah
2014
TERIKAT KELAHIRAN
: nduk win
kita seperti terikat kelahiran # menguarkan wangi bunga perjumpaan
pada sebuah senja terukir # gerimis di sudut bibir
puisi mempertemukan kita # membiaskan rasa purba
kita telusuri imaji # dengan nyanyian sunyi
kata mengikat kita # menyatukan ranting sukma
seperti kokohnya akar # selalu menyimpan segar
senja jatuh ke sekian kali # mengirimkan seserpih irama kidung suci
mengoyakkan langit merah # dengan senyuman merekah
2016
PERISAI AIR
rumahku adalah sawah # berlantai lumpur basah
kutanamkan benih benih # pada lahan terpilih
percikan mata air # perisai kehidupan mengalir
pada hujan kususun doa # hingga tumbuh padi bermata
aku tak kenal patah # untuk hijau yang tabah
mengubah tanah kering # menjadi bulir menguning
aku selalu menggumuli dada matahari # hingga kulitku seperti tersengat api
tak kurasa letih # meski kupintal perih
menujumkan kesuburan # kusemai kedamaian
di bumi berlimpah # jiwaku selalu rebah
pada tubuh yang menyimpan harapan # aku abdikan diri sebagai zaman
2015
BIOGLASS
14 mineral bumi # melebur dalam diri
disatukan tangan semesta # mengeja dalam cuaca
dengan proses fusi # lahir senyawa alkali
berputar searah tawaf # membentuk sebuah saf
mengalir dalam atma # menjadi seberkas cahaya
merambati partikel musim # menembus dinding sublim
sebuah lempeng kaca # wujudmu yang nyata
2019
Tentang Penyair
Dian Rusdiana, dilahirkan di Jakarta, 14 September 1978. Puisi-puisinya pernah dimuat di Buletin JEJAK, Indopos, Majalah Horison, Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit (2014), Negeri Poci 6: Negeri Laut (2015), dll. Menulis puisi di sela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga. Selain menulis puisi, membaca puisi adalah hobinya. Saat ini berkegiatan di komunitas Forum Sastra Bekasi (FSB) dan Kelas Puisi Bekasi (KPB). Buku puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Perisai Bumi (TareBooks, 2020). Bersama suami dan empat anaknya tinggal di Bekasi, Jawa Barat.