Pusai-Pusai Pilihan (3)
PUSAI-PUSAI PILIHAN (3)
KAWACA.COM | Bagi mereka yang sudah bergaul dengan dunia sastra, agaknya tidak terlalu susah untuk mencerna kaidah pusai yang hemat kata, sarat makna, neofuturistik. Hal itu terbukti dengan apa yang sudah dilakukan oleh penyair muda kelahiran Hoelea, Lembata, Nusa Tengga Timur, Tjaha Kum. Nama di KTP Ramadhan Abdullah (10 Februari 1989), mempelajari aastra sejak di SLTP. Gairahnya kian menyala ketika duduk di bangku kuliah universitas swasta di NTT. Karya puisinya tersebar di media cetak, online, dan di beberapa antologi bersama. Kumpulan puisi tungalnya berjudul Pecinta Barisan Kata (2019). Impiannya sederhana, ingin menjadi peneliti sejarah kebudayaan daerahnya.
Ada pesan neofurturis pada pusai-pusainya yang kita tampilkan di sini. Yatim piatu pun tak perlu pesimis sepanjang menggenggam lentera (penerang, ilmu pengetahuan, iman). Bahkan bisa amenjadi tauladan bila berhasil temukan akar (radiks) siratan bintang (dusebutkan Merkurius, Saturnus). Maka orang perlu belajar terus menerus sampai mendapatkan ‘bening zam-zam’. Maka terbanglah, mendaki puncak (bersayaplah) dengan zat-zat (materi) hantaran (introduksi) yang banyak pilihan. Sebab ilmu (belajar) itu ibarat serabut kecambah yang menjadi bola api, tak kan pernah padam (berulah bola api/ suram terpercaya). Tapi ia juga ungkapkan kesedihan pada ramadan mendatang karena ‘pasif di bibir penantian’ (bisa ditebak: lantaran corona). Nah, inilah pusai-pusainya.
Tjaha Kum
YATIM PIATU
Jasmani kering
Rohani kosong
gelap terowongan
genggam lentera
Hoelea, 03042020
TAULADAN
di atasnya awan kelabu
sirat Merkurius dan Saturnus
temukan radiks
Hoelea, 04042020
BELAJAR
basah dahaga
lembut sutra
bening zam-zam
Hoelea, 04042020
ENTITAS
introduksi tiga puluh
jasadi kawaca
beruntun alur pilihan
bersayaplah
Hoelea, 04042020
MEDIA
serabut kecambah
berulah bola api
suram terpercaya
Hoelea, 04042020
GERBANG KESEDIHAN
cadas lumpur, cengkar tanah
menyalami ramadan
mahkluk berjiwa
pasif di bibir penatian
Hoelea, 05042020
KAWACA.COM | Bagi mereka yang sudah bergaul dengan dunia sastra, agaknya tidak terlalu susah untuk mencerna kaidah pusai yang hemat kata, sarat makna, neofuturistik. Hal itu terbukti dengan apa yang sudah dilakukan oleh penyair muda kelahiran Hoelea, Lembata, Nusa Tengga Timur, Tjaha Kum. Nama di KTP Ramadhan Abdullah (10 Februari 1989), mempelajari aastra sejak di SLTP. Gairahnya kian menyala ketika duduk di bangku kuliah universitas swasta di NTT. Karya puisinya tersebar di media cetak, online, dan di beberapa antologi bersama. Kumpulan puisi tungalnya berjudul Pecinta Barisan Kata (2019). Impiannya sederhana, ingin menjadi peneliti sejarah kebudayaan daerahnya.
Ada pesan neofurturis pada pusai-pusainya yang kita tampilkan di sini. Yatim piatu pun tak perlu pesimis sepanjang menggenggam lentera (penerang, ilmu pengetahuan, iman). Bahkan bisa amenjadi tauladan bila berhasil temukan akar (radiks) siratan bintang (dusebutkan Merkurius, Saturnus). Maka orang perlu belajar terus menerus sampai mendapatkan ‘bening zam-zam’. Maka terbanglah, mendaki puncak (bersayaplah) dengan zat-zat (materi) hantaran (introduksi) yang banyak pilihan. Sebab ilmu (belajar) itu ibarat serabut kecambah yang menjadi bola api, tak kan pernah padam (berulah bola api/ suram terpercaya). Tapi ia juga ungkapkan kesedihan pada ramadan mendatang karena ‘pasif di bibir penantian’ (bisa ditebak: lantaran corona). Nah, inilah pusai-pusainya.
Tjaha Kum
YATIM PIATU
Jasmani kering
Rohani kosong
gelap terowongan
genggam lentera
Hoelea, 03042020
TAULADAN
di atasnya awan kelabu
sirat Merkurius dan Saturnus
temukan radiks
Hoelea, 04042020
BELAJAR
basah dahaga
lembut sutra
bening zam-zam
Hoelea, 04042020
ENTITAS
introduksi tiga puluh
jasadi kawaca
beruntun alur pilihan
bersayaplah
Hoelea, 04042020
MEDIA
serabut kecambah
berulah bola api
suram terpercaya
Hoelea, 04042020
GERBANG KESEDIHAN
cadas lumpur, cengkar tanah
menyalami ramadan
mahkluk berjiwa
pasif di bibir penatian
Hoelea, 05042020