Pusai-Pusai Pilihan (2)
PUSAI-PUSAI PILIHAN (2)
KAWACA.COM | Memang. Tidak gampang menyandangkan pesan mendatang pada guritan yang cemerlang. Dan itulah tuntutan pada pusai. Diksi yang estetis bermuatan pesan filosofis secara harmonis. Dalam arti berkemampuan jawab atas persoalan yang mungkin bakal muncul pada esok hari. Problem masa depan (futur).
Oleh karena itu pusai berorientasi ke neofuturis (futuris baru). Tersebab kehadirannya sebagai sumulacra puisi baru sekitar dua tahun, maka boleh dibilang pusai masih dalam proses pengenalan. Pemusainya pun masih terbatas dan mereka tengah sibuk bergelut untuk menemukan bentuk personalitinya sebagai penyair pembonsai. Berikut kami tampilkan dua orang pemusai dan karya-karyanya. Seperti diketahui kedua pemusai ini memang berangkat dari kepenyairan, yang tak teragukan dalam guritan diksi-diksinya.
Lotus, bunga yang diidentikkan dengan kesucian. Ia cantik, anggun, meski tumbuh di atas lumpur. Seperti halnya kesucian hidup umat manusia kini, yang serasa letih dan resah menghadapi wabah. Ini tantangan, terutama pada baladika Hipokrates, bapak kedokteran. Hamuk wabah Covid-19 dan garda depan pejuang perlawanan terhadapnya, termasuk para relawan, menarik parhatian bagi pemuisi Colist Sant yang menuangkannya dalam tiga pusainya di bawah ini. Sementara itu Roval Alan Ov, mengajak kita pada perenungan yang maknawiah tentang hidup, jangan sia-siakan (ukirlah seindah mungkin) sehingga nampak sisa jejak di tanah.
Cholis Sant
KUNCUP LOTUS ITU
hujan berkirim kabar
di jembangan bunga
hanya alas rebah
tubuh-tubuh letih resah
usai berjibaku dengan wabah
merangkul dan melingkar
menguncup mekar
bunga-bunga liar
taman mewangi
Hipokrates tersenyum lagi
ZIARAH LAYU
bulan tenggelam
lautan berwajah muram
sunpah Hipokrates menghitam
gosong terpanggang
di kirsi dewan
hanya pada angin
mendung titip salam
semoga di sana
semerbak bunga
harum di pangkuan-Nya
dan matahari perak sinarnya
SMART
seturut akar melati
tak ada yang lebih wangi
dari relawan COVID-19 yang kini
dirahasiakannya bahaya hidupnya
kepada langit berdaun bidara
cahaya segala cahaya
Roval Alan Ov
DEMI WAKTU
Betapa sia-sianya hidup kita ini, dengan
Membuang waktu hanya untuk meneliti
Kesalahan orang lain
RA:19
JERITAN JIWA
melaut jiwa
enggan ombak beriak
hujamkan rindu
YANG TERSEMBUNYI
Berbisik bayu pada daun
Runtuh pun tiada yang mendengar
Hingga nampak sisa jejak di tanah
RA:19
![]() |
Hipokrates, Bapak Kedokteran, dan pasiennya |
KAWACA.COM | Memang. Tidak gampang menyandangkan pesan mendatang pada guritan yang cemerlang. Dan itulah tuntutan pada pusai. Diksi yang estetis bermuatan pesan filosofis secara harmonis. Dalam arti berkemampuan jawab atas persoalan yang mungkin bakal muncul pada esok hari. Problem masa depan (futur).
Oleh karena itu pusai berorientasi ke neofuturis (futuris baru). Tersebab kehadirannya sebagai sumulacra puisi baru sekitar dua tahun, maka boleh dibilang pusai masih dalam proses pengenalan. Pemusainya pun masih terbatas dan mereka tengah sibuk bergelut untuk menemukan bentuk personalitinya sebagai penyair pembonsai. Berikut kami tampilkan dua orang pemusai dan karya-karyanya. Seperti diketahui kedua pemusai ini memang berangkat dari kepenyairan, yang tak teragukan dalam guritan diksi-diksinya.
Lotus, bunga yang diidentikkan dengan kesucian. Ia cantik, anggun, meski tumbuh di atas lumpur. Seperti halnya kesucian hidup umat manusia kini, yang serasa letih dan resah menghadapi wabah. Ini tantangan, terutama pada baladika Hipokrates, bapak kedokteran. Hamuk wabah Covid-19 dan garda depan pejuang perlawanan terhadapnya, termasuk para relawan, menarik parhatian bagi pemuisi Colist Sant yang menuangkannya dalam tiga pusainya di bawah ini. Sementara itu Roval Alan Ov, mengajak kita pada perenungan yang maknawiah tentang hidup, jangan sia-siakan (ukirlah seindah mungkin) sehingga nampak sisa jejak di tanah.
Cholis Sant
KUNCUP LOTUS ITU
hujan berkirim kabar
di jembangan bunga
hanya alas rebah
tubuh-tubuh letih resah
usai berjibaku dengan wabah
merangkul dan melingkar
menguncup mekar
bunga-bunga liar
taman mewangi
Hipokrates tersenyum lagi
ZIARAH LAYU
bulan tenggelam
lautan berwajah muram
sunpah Hipokrates menghitam
gosong terpanggang
di kirsi dewan
hanya pada angin
mendung titip salam
semoga di sana
semerbak bunga
harum di pangkuan-Nya
dan matahari perak sinarnya
SMART
seturut akar melati
tak ada yang lebih wangi
dari relawan COVID-19 yang kini
dirahasiakannya bahaya hidupnya
kepada langit berdaun bidara
cahaya segala cahaya
Roval Alan Ov
DEMI WAKTU
Betapa sia-sianya hidup kita ini, dengan
Membuang waktu hanya untuk meneliti
Kesalahan orang lain
RA:19
JERITAN JIWA
melaut jiwa
enggan ombak beriak
hujamkan rindu
YANG TERSEMBUNYI
Berbisik bayu pada daun
Runtuh pun tiada yang mendengar
Hingga nampak sisa jejak di tanah
RA:19