Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Orang Zalim tidak akan Punya Teman

Orang Zalim tidak akan Punya Teman

Orang Zalim tidak akan Punya Teman

Dalam sebuah hadis, Nabi bersabada:

"Janganlah kamu berbuat zalim. Sesungguhnya, perbuatan zalim adalah kegelapan di akhirat kelak." (HR. Muslim).

Seseorang yang hendak berjalan menuju Tuhan harus menghindarkan diri dari perbuatan zalim, terutama kepada orang lain. Ini merupakan masalah serius yang tidak akan dibiarkan oleh Allah. 

Adapun zalim pada diri sendiri, walau hal itu tetap tercatat, tidak akan dipedulikan oleh Allah, kalau mau bertaubat. Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Menurut Ali al-Khawas, berbuat zalim terhadap orang lain ada tiga macam: berhubungan dengan fisik, berhubungan dengan harta, dan berhubungan dengan harga diri atau kehormatan.

Zalim yang berhubungan dengan badan, seperti pembunuhan, pemukulan, dan lain-lain. Hukumannya telah banyak dijelaskan dalam kitab-kitab fikih. Yang berhubungan dengan harta, hal ini tidak bisa selesai kecuali dengan mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya yang sah, atau kepada ahli warisnya. Bila yang berhak telah meninggal, ia harus banyak sedekah atas nama orang yang dizalimi. Bila tidak mampu, harus banyak berbuat baik yang nantinya bisa digunakan sebagai pembayaran ganti rugi kepada yang dirugikan. Bila tidak, maka ia hendaknya bersiap-siap untuk menanggung dosa dan tuntutan orang yang disakiti di akhirat kelak. 

Nabi Muhammad saw. bersabda: 
"Sungguh, siapa yang mempunyai kebaikan, tetapi pernah menyakiti orang lain akan diambil kebaikannya untuk diberikan kepada orang-orang yang pernah dirugikan. Bila tidak mempunyai kebaikan atau kebaikannya habis maka dosa dan kesalahan orang-orang yang pernah disakiti ditimpakan kepada orang tersebut. Sedemikian, sehingga ia tidak mempunyai apa-apa kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka" (Al-Hadis).
Mengenai penzaliman yang berhubungan dengan harga diri dan kehormatan, hal itu bisa dijelaskan sebagai berikut. Bila perbuatan zalim itu berhubungan dengan gunjingan, hal itu bisa saja sudah sampai (didengar) oleh yang digunjing, atau belum. Bila sudah didengar, maka orang yang menggunjing harus segera datang dan minta maaf. Bila belum, maka yang bersangkutan harus banyak memintakan ampun atas nama orang yang dizalimi. Artinya, dia tidak perlu datang dan minta maaf, sebab hal itu justru akan menyakitinya dan bisa menimbulkan kemarahan.

Selain itu, ada juga perlakukan zalim yang samar; apakah ia zalim pada diri sendiri, atau zalim pada orang lain, seperti zina. Di sini perlu diperhatikan. Bila orang yang dizinai (pihak perempuan) mengajak dahulu, maka itu berarti zalim pada diri sendiri. Sebaliknya, bila pihak laki-laki merayu dan memaksa wanita untuk melakukan zina, maka itu berarti juga zalim pada orang lain. Laki-laki itu telah merusak kehormatan wanita, merusak kehormatan keluarganya dan merusak masa
depannya. Kehormatan adalah sesuatu yang sangat penting. Tanggung jawabnya lebih berat daripada soal harta. 

Abu al-Mawahib as-Syadzili menyatakan, banyak murid yang tidak bisa naik ke hadirat Ilahi karena persoalan ini; terjerumus dalam soal harga diri orang lain, seperti menggunjing dan lain-lain. Maka, siapa yang terlanjur menggunjing orang lain, hendaknya ia membaca surat al-Fatihah, al-Ihlas, al-Falq dan an-Nas. Niatkan pahala bacaan tersebut pada orang yang disakiti atau dizalimi. Rasul pernah bersabda:
"Keburukan menggunjing dan pahala meminta maaf akan datang ke hadapan Allah. Saya berharap, keduanya akan seimbang".
Sementara itu, dalam kehidupan dunia, Dalam Alquran disebutkan bahwa orang-orang yang zalim tidak akan mempunyai teman setia, dan tidak ada yang akan memberi syafaat (QS. al-Mukminun, 18). 

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.