Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Kapan Puasa Ramadhan menjadi Syariat Islam?

Kapan Puasa Ramadhan menjadi Syariat Islam?

Puasa dalam istilah ulama kita disebut dengan Syariah Qadimah, atau ajaran yang juga diberlakukan oleh Allah kepada umat-umat terdahulu, bukan hanya umat Rasulullah Muhammad. Puasa Ramadhan adalah “Shiyam (Shaum/ puasa) artinya adalah menahan diri. Setiap bentuk menahan diri dan diam disebut Puasa. Secara pandangan Syariat, puasa adalah menahan diri dari hal-hal tertentu (yang membatalkan puasa), di masa tertentu (Ramadhan) dan orang tertentu” (Imam AnNawawi, Al-Majmu’ 6/247) 

Ada sejumlah dalil terkait perintah Puasa Ramadhan,misalnya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah: 183) 

Sahabat bertanya: “Kabarkan kepada saya apa yang diwajibkan bagi saya untuk puasa?” Nabi menjawab: “Puasa bulan Ramadhan, kecuali jika engkau berpuasa sunah” (HR Al-Bukhari).

Lantas kapan puasa ramadhan menjadi syariat Islam yang diwajibkan? Puasa Ramadhan disyariatkan pada tahun kedua setelah Nabi hijrah ke Madinah, seperti disampaikan para ulama kita: 

“Nabi berpuasa Ramadhan sebanyak 9 kali. Sebab puasa Ramadhan diwajibkan pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijriyah. Dan Nabi wafat pada Rabiul Awal tahun 11 setelah Hijrah” (Imam An-Nawawi, Al-Majmu’, 6/250).
Siapa saja yang wajib puasa Ramadhan? Syaikh Asy-Syairazi berkata: “Puasa Ramadhan diwajibkan bagi setiap Muslim yang dewasa, berakal, suci dari haid dan nifas, mampu melakukan puasa dan tidak dalam perjalanan” (Imam An-Nawawi, Al-Majmu’, 6/151)

Kewajiban selama berpuasa adalah menahan diri untuk tidak mengkonsumsi makanan dan minuman serta hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, sebagaimana firman Allah :
Artinya: “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam...” (al-Baqarah: 187)

Puasa butuh niat. Melakukan niat saat puasa hukumnya adalah wajib, seperti dalam hadits berikut:
“Barangsiapa yang tidak niat puasa di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya” (HR Daruquthni, ia menilainya sahih). 

Bagi kebanyakan umat Islam Indonesia, setelah Tarawih diajarkan bersama melafalkan niat puasa, sebab sekali lagi wajib hukumnya untuk melakukan niat puasa Ramadhan. Dan jika lupa tidak niat maka puasanya tidak sah. Agar umat Islam tidak lupa maka diajaklah untuk niat secara bersama. Sementara hukum membaca niat dengan suara keras dapat dijumpai dalam hadits berikut: 

Aisyah berkata: Rasulullah datang kepada saya lalu bertanya: "Apa ada makanan? Kami menjawab "Tidak ada". Rasulullah berkata: Kalau begitu saya berpuasa" (HR Muslim No 1951) 

___

Sumber: Buku Saku: Sukses Ibadah Ramadhan karya Ust. Ma’ruf Khozin, Surabaya:  Aswaja NU Center PWNU Jatim & LTN PBNU, 2017.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.