Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Empat Gambaran Kehidupan Masyarakat Indonesia

Empat Gambaran Kehidupan Masyarakat Indonesia

Empat Gambaran Kehidupan Masyarakat Indonesia


KAWACA.COM | Kita melihat bahwa dewasa ini, kita sedang menapaki era teknologi informasi, globalisasi di semua bidang, di samping era kemajuan industrialisasi yang semakin mendatangkan berbagai problema di samping harapan yang terpampang untuk masa depan. Tentu saja bangsa Indonesia juga bertekad untuk menjadi bangsa yang maju dan modern sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. 

Pada era ini dapat digambarkan bahwa kondisi kehidupan bangsa Indonesia secara umum memiliki ciri khas sebagai berikut: 

1. Masyarakat yang berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri, yang dibarengi dengan makin derasnya urbanisasi. 

2. Perkembangan yang semakin maju dari era industri menuju era teknologi informasi dan digitalisasi. 

3. Globalisasi informasi, yang semakin menuntut keterbukaan di samping kehati-hatian. 

4. Makin tingginya tingkat intelektual masyarakat, yang disertai semakin cairnya pergaulan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. 

Untuk memahami secara lebih tepat perubahan dinamis yang sedemikian cepat kondisi ini maka teori Alvin Toffler tentang gelombang-gelombang peradaban manusia dapat membantu kita. 

Ciri pertama merupakan peralihan dari gelombang pertama (masyarakat agraris) ke gelombang kedua (masyarakat industri), sedangkan ciri yang kedua adalah menggambarkan kondisi masyarakat gelombang ketiga (masyarakat informasi), peralihan dari gelombang kedua. 

Dengan demikian jika di negara-negara maju persoalannya hanya dimunculkan oleh karena peralihan dari dua gelombang, maka Indonesia memiliki permasalahan yang lebih berat karena gejolak empat gelombang sekaligus bertemu dan berada pada masa dan tempat yang sama, Indonesia saat ini. 

Pada setiap peralihan antargelombang, akan memicu persoalan-persoalan yang cukup mendasar terhadap pola-pola kehidupan masyarakat, di mana untuk Indonesia saat ini gejala-gejala itu sudah tampak dengan wujud gejala sosial yang negatif seperti dislokasi, disorientasi, deprivasi dan ketercerabutan akar budaya (cultural uprooting), dan lain-lain. 

Mental disorder yang muncul pada jiwa masyarakat itu lebih banyak disebabkan karena belum mampunya mereka untuk menyinkronisasikan antara nilai-nilai baru yang dimunculkan oleh gejala modernisasi dan teknologisasi yang semakin maju, dengan ajaran agama yang mereka anut, disebabkan masih rendahnya daya serap mereka terhadap agama secara esensif yang bersifat religio-perennis (dengan sikap-sikap hanif dan arif sebagai acuan). 

Selain itu juga karena kekecewaan mereka atas ketidakbisaannya mengikuti arus perkembangan yang terjadi di hadapan mereka, karena masih terikat erat dengan gejala-gejala alami yang mereka kerap rasakan pada era agraris dahulu untuk bergantung pada gejala-gejala alami. Akibatnya mereka merasakan hidup yang hampa akan makna. Nilai "hampa makna" inilah yang di sinyalir oleh Alvin Toffler, di mana pada pertukaran gelombang kedua ke arah gelombang ketiga akan mengakibatkan runtuhnya struktur dan "makna hidup" manusia. 

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.