Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Korban Telur Corona Tengah Malam

Korban Telur Corona Tengah Malam

Korban Telur Corona Tengah Malam
oleh Abdus Shamat



KAWACA.COM | Nama saya Abdus Shamat. Nama kerennya Abdi Bangsa Noe. Biasa dipanggil Dung. Saya salah satu korban telur Corona atau telur rebus tengah malam yang menghebohkan Madura, khususnya Sumenep.

***
Sekitar pukul 03,30 dini hari, istri membangunkan saya secara paksa dan setengah berteriak. Saya bangun mendadak. Kepala seketika pusing. Jantung berdegup kencang. 

Saya sadar dan ingat, kalau istri membangunkan saya dengan cara seperti itu, biasanya sedang terjadi tiga hal: 1. Sedang ada maling masuk area rumah. 2. Sedang ada gempa. 3. Bulan sedang gerhana. Namun kali ini berbeda.

"Ada apa sih?"
"Bangun cepat cari telur ayam!" Jawabnya panik.
"Telur ayam buat apa?" Saya kaget!
"Buat direbus!"
"Besok aja makan telurnya. Ini tengah malam, siapa mau jual telur."
"Hei, Kak, denger ya. Tadi Pak Haji telepon, ada isyarat dari bayi baru lahir yang langsung bisa berbicara, kalau mau selamat dari Corona harus makan telur rebus tengah malam. Iya, sekarang ini.

Tanpa pikir panjang, saya bergegas langsung bangun menuju kamar mandi. Setelah cuci muka, saya mulai berhitung. Saya ingat hanya punya empat butir telur ayam, tetapi anggota keluarga saya ada enam orang. Itu artinya kurang dua butir telur. "Jam segini mana ada warung buka," saya pikir.

Saya dan istri berembuk. Istri menyampaikan jika ibu masih punya telur dua butir, tetap untuk campuran jamu pagi hari yang rutin beliau konsumsi karena penyakitnya.

"Ambil saja dua telur punya ibu." Saya bilang.
"Tapi itu kan..."
"Sudah, tak usah tapi-tapian, daripada kita sekeluarga nanti kena Corona."

***
Alhamdulillah lega. Teluar enam butir sedang direbus oleh istri. Syaratnya: satu orang satu telur. Harus dimakan sekaligus. 

Sambil menunggu telur matang. Saya meraih HP dan membuka WA. Benar saja. Banyak panggilan tak terjawab dan pesan masuk. Semua berisi sama: makan telur ayam rebus tengah sekarang! Saya langsung meloncat ke dapur:

"Hei, Dik, apa telur belum matang?"
"Belum."
"Duh, suruh cepetan!"

Di antara ketakutan, kecemasan, dan harapan, saya duduk sambil berzikir di teras dalam. Menunggu. Menunggu dengan dada dag-dig-dug sambil melirik angka jam di HP.

Beberapa helaan napas kemudian, ada panggilan dari dapur:

"Kak, telur sudah matang."
"Alhamdulillah..."

Saya langsung menuju dapur:
"Ayo panggil semua dan makan bareng."
"Iya.."

Semua anggota keluar berkumpul di ruang dapur dan makan telur bersama dengan bibir komat-kamit penuh semoga, penuh amin.
"Alhamdulillah, akhirnya kita bisa makan telur ini. Semoga semua selamat." Saya berseru kepada semua.

***
Paginya, selepas salat Subuh, saya meraih HP dan membuka WA. Ada pesan masuk, seorang kawan mengirimkan link berita dari media online terpercaya. Mata saya terbelalak dan  nyaris membanting HP.

Ternyata kabar soal makan telur tadi malam adalah HOAKS! Itu ulah pedagang telur yang telurnya tidak laku-laku.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.