Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Membangun Kontemplasi Menuju Eksotisme Pusai - Desi Oktoriana

Membangun Kontemplasi Menuju Eksotisme Pusai - Desi Oktoriana

Membangun Kontemplasi Menuju Eksotisme Pusai
oleh Desi Oktoriana

KAWACA.COM | Pekerjaan membonsai sebuah pohon bukanlah pekerjaan enteng. Harus dilakukan oleh seorang ahli yang memiliki minat dan hasrat tinggi terhadap pencapaian bentuk-bentuk bonsai yang indah.

Bila sekadar minat atau hasrat maka membentuk bonsai akhirnya hanya akan menemukan kegagalan. Begitu pula seorang ahli tanaman tanpa ada minat atau hasrat yang kuat maka bonsai tak akan bernilai.

Demikian halnya dengan pemusai. pusai yang bernilai akan muncul dari ahli sastra yang terus-menerus mengasah kemampuannya.

Sependapat dengan pernyataan yang dilontarkan Sofyan RH Zahid pada Kawaca.com bahwa sebelum sampai kepada bentuk puisi bernafaskan futuristik, pemusai harus menjajaki penulisan puisi ekspresif, reflektif dan filosofis. Hal itu sejalan dengan pencarian kreatif yang harus melalui tahapan-tahapan yang jelas dan ketat. Bukan lompatan tiba-tiba kemudian mahir.

Menyadari bahwa latar belakang pemusai tidak seluruhnya paham sastra, salah satu jalan singkat (shortcut) adalah melakukan kontemplasi. Perenungan akan dapat membuka cakrawala berpikir kita.

Arti kata kontemplasi secara sederhana dalam KBBI online adalah renungan (kb) dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh.

Merenung adalah sebuah kata kerja. Pekerjaan tersebut seakan tidak melakukan aktivitas apa-apa bahkan tidur pun lebih terlihat sibuk ketimbang merenung. Namun, ternyata aktivitas otak manusia ditambah dengan respon hati yang terpusat maka merenung adalah pekerjaan berat dan menghabiskan energi.

“Sebagai konsumen energi, otak adalah organ paling mahal yang kita bawa bersama kita,” kata professor kedokteran terkemuka di Washington University School of Medicine di St Louis Marcus Raichle. Hanya saja, keadaan berpikir dan tugas yang berbeda dapat secara halus mempengaruhi cara otak mengkonsumsi energi. Otak akan bekerja mengonsumsi energi lebih banyak ketika melakukan aktivitas yang menuntut pikiran lebih besar. (Rpulika.co.id)

Lalu apa hal yang krusial dari aktivitas berpikir terpusat? Memusatkan pikiran adalah pekerjaan sehari-hari para filsuf. Meski tidak melulu berada di bangku-bangku sekolah atau berlatar belakang pendidikan tinggi, para filsuf menghasilkan teorema atau buah pikir yang mampu mencengangkan kesadaran manusia lain.

Plato seorang filsuf cemerlang (428 SM -348 SM) bahkan menyatakan, “Kesempurnaan bukanlah bakat, tetapi keterampilan yang membutuhkan latihan. Kita tidak bersikap patut karena kita sudah sempurna. Faktanya, kita hanya bisa sempurna hanya dengan bertindak patut." (www.idntmes.com)

Berawal dari sebuah keyakinan atas pencarian terhadap bentuk pusai yang eksotis, kontemplasi bagaikan rel yang harus dijalani.

Rel kereta yang melintasi lembah, bukit gunung, sungai dan kota-kota adalah tahapan panjang sebuah proses pencarian kreatif.

Lokomotif ibarat minat dan hasrat yang membawa seluruh gerbong,. Seorang masinis menyetir tujuan kereta. Ia yang mengendalikan apakah sampai atau tidak pada proses pencarian.

Membuka wawasan dengan membaca adalah bahan bakar kereta untuk mencapai tujuan. Eksotisme atau keistimewaan akan tercapai bila kita telah bertindak patut.
Eksotisme pusai terikat pada kedalaman makna, kekuatan pengaruhnya terhadap kehidupan serta keindahan diksi yang menyentuh jiwa. Pusai lahir bukan serta merta melainkan hadir dalam proses penempaan yang panjang. Pusai mengisi zaman, memberikan nuansa peringatan, penggalian kesadaran dan harapan ke masa depan.

Bandung, 27 Maret 2020

Desi Oktoriana adalah seorang guru yang penulis. Alumnus PGSD di UT UPBJJ Bandung dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung ini sekarang tinggal di Bandung dan menjadi pendiidk di SDN NEGLASARI 1



Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.