Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Kenapa Sastrawan Indonesia belum Dapat Nobel? - Wardjito Soeharso

Kenapa Sastrawan Indonesia belum Dapat Nobel? - Wardjito Soeharso

Kenapa Sastrawan Indonesia belum Dapat Nobel?
oleh Wardjito Soeharso



KAWACA.COM | Soal sastra Indonesia dengan Nobel? Hadiah Nobel boleh dikatakan standar tertinggi penilaian untuk karya kelas dunia. Apa hubungannya dengan dunia akademik? Tidak ada. Dunia akademik tugasnya mengajarkan mencari kebenaran. Hadiah Nobel tugasnya mencari karya dengan standar kualitas tertinggi.

Ilmuwan sastra tidak harus menjadi sastrawan. Namun dia harus tetap dekat dengan karya sastrawan. Kritik dari ilmuwan lah yang diharapkan menjadi pendorong semangat sastrawan untuk terus maju dan berkembang. Dan sastrawan juga tidak harus jadi ilmuwan sastra. Namun dia sebaiknya juga tetap dekat dengan ilmu sastra. Ilmu, teori, tak pernah bisa dilepaskan dari standar penilaian kualitas karya.

Kalau sastra Indonesia belum mampu menembus Nobel, tak perlu pesimis. Apalagi sastra, bidang lain yang lebih hebat penanganannya saja masih jauh dari harapan. Bidang kesehatan, ekonomi, teknologi, dan lain-lain. Belum ada yang bicara tentang Nobel.

Untuk menembus sastra dunia, sastra kita ya harus memakai bahasa dunia. Berapa orang sastrawan kita yang bisa berbahasa dunia? Berapa buku karya sastrawan kita yang diterjemahkan ke dalam bahasa dunia? Berapa orang sastrawan kita yang bukunya diterbitkan oleh penerbit kelas dunia? Berapa juta orang pembaca buku sastra kita di seluruh dunia? Titik awal itu adalah pemakaian bahasa dunia untuk karya sastra kita.

Karya sastra, bagaimana pun adalah produk, yang peminatnya pasti menuntut kualitas. Kalau bicara kualitas, ada tiga hal yang perlu dipahami.

Pertama, Quality standard: Apa standar minimal sebuah produk disebut berkualitas. Ukuran-ukuran penilaian berdasar ilmu dibutuhkan di sini. Kedua, Quality assurance: Menjaga kualitas produk. Mampu tidak si pembuat menjaga, merawat dan memelihara kualitas produknya? Ketiga, Quality control: Untuk menjaga, memelihara, merawat kualitas produk, si pembuat harus menerapkan kontrol terhadap proses produksi agar hasil produksinya tetap terjamin kualitasnya. Tetap memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan.

Penulis pun, harus mengikuti model standar kualitas produk tulisannya. Itu kalau dia masih ingin terus maju dan berkembang. Sastrawan yang ingin maju tentu akan banyak membaca buku teori sastra untuk menambah pengetahuannya. Demikian juga membaca karya orang lain untuk memperbaiki nilai estetika karyanya, dan mengundang kritikus sebagai kontrol kualitas karyanya.

Sekali lagi dunia akademik hanya bertugas mencari kebenaran dari sisi keilmuan. Pengajaran di dunia akademik mengajak mahasiswa berpikir kritis analitis. Ilmu itu hanya objek. Yang utama adalah berpikir kritis untuk mampu melihat adakah yang salah atau yang kurang. Untuk bisa melihat yang salah dan yang kurang itulah standar kebenaran terkini diberikan kepada mahasiswa.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.