Live KAWACA TV
Tonton
wb_sunny

Dunia Akademik Menjaga Kualitas Karya - Wardjito Soeharso

Dunia Akademik Menjaga Kualitas Karya - Wardjito Soeharso

Dunia Akademik Menjaga Kualitas Karya
oleh Wardjito Soeharso



KAWACA.COM | "Menghadapi derasnya perhatian terhadap teori sastra dewasa ini, terutama di kalangan akademis, cenderung timbul pertanyaan di antara sastrawan - kaum yang langsung bertalian dengan kerja sastra-, apa yang dapat diperoleh dari teori sastra?" Tanya Subagio Sastrowardoyo dalam Sekilas Soal Sastra dan Budaya (1992)

Teori itu ilmu yang bila diterapkan dengan benar akan menghasilkan karya yang benar. Akan tetapi perlu dipahami, benar itu dari sisi ilmu. Objektif. Baik dan menarik itu dari sisi estetika. Subjektif. Jadi, karya yang benar secara teoretik belum tentu baik dan menarik secara estetik. Dunia akademik menjaga kualitas karya para pemikir, termasuk penulis. Penulis, sastrawan, yang meninggalkan dunia akademik, dunia keilmuan, cepat atau lambat, akan tenggelam.

Dunia akademik adalah dunia pencarian kebenaran tanpa henti. Jalan menuju kebenaran dilakukan dengan riset (penelitian). Dengan riset inilah ilmu terus maju dan berkembang, karena dari setiap riset diperoleh hal-hal baru. Penemuan baru bisa saja merombak kebenaran yang selama ini sudah ada dan diakui. Artinya kebenaran pun menjadi relatif. Hari ini benar, besok bisa saja jadi salah.

Tugas akademik yang terus menerus mencari kebenaran menjadi sistem penjaga kualitas, baik dari sisi etika maupun estetika, dari karya para pemikir. Meskipun bersifat relatif, kebenaran yang disuarakan dunia akademik masih dipercaya sebagai standar kebenaran secara umum.

Kalau penulis atau sastrawan tidak mau mengikuti tradisi akademik, dalam hal pencarian kebenaran, etika dan estetika, bagaimana mau maju dan berkembang? Kritik adalah salah satu kontrol untuk menjaga kualitas karya. Kalau penulis sudah tidak suka dikritik, berarti dia tidak mau mendengar kebenaran yang disuarakan pengkritiknya. Bukankah esensi kritik memang memperlihatkan kekurangan dan kesalahan?

Itulah yang dimaksud dunia akademik adalah penjaga kualitas karya para pemikir. Kalau kita mau mengakui secara jujur, semua karya itu ada karena didukung ilmu (teori). Tanpa ilmu (teori) mana mungkin kita berkarya? Tukang batu mampu menyusun batu bata menjadi gedung juga ada ilmunya. Ada teorinya. Hanya kadang ketika kita bicara ilmu dan teori, dianggap terlalu akademik, njelimet, bikin pusing. Padahal, segala sesuatu ada kadar dan dosisnya. Ada level dan tingkatan-tingkatannya.

Intinya, sastrawan yang baik pasti terus menerus memperbaharui pengetahuannya tentang ilmu sastra.

Tags

GRATIS BERLANGGANAN

Dengan berlangganan, kamu tidak akan ketinggalan postingan terbaru Kawaca setiap harinya.