Setengah Abad Usia Penyair Multimedia - Sofyan RH. Zaid
SETENGAH ABAD USIA PENYAIR MULTIMEDIA(Catatan Penyunting Buku Raja Penyair Multimedia: Esai, Puisi, dan Testimoni 50 Tahun Asrizal Nur, Rumah Seni Asnur, 2019)
oleh Sofyan RH. Zaid
Pengantar
KAWACA.COM | Seorang diplomat, kata Kurt Tucholsky, ialah orang yang selalu ingat ulang tahun seorang wanita, meski dia tidak pernah tahu berapa usianya. Lantas bagaimana dengan seorang penyair?
Penyair selalu ingat ulang tahundan angka usinya sendiri. Pada umumnya, penyair merayakan ulang tahunnya dengan cara menulis puisi, termasuk Asrizal Nur. Barangkali karena momen ini merupakan ulang tahunnya yang ke-50 tahun, Asrizal bahkan mengajak orang-orang terdekatnya agar menulis puisi untuknya, termasuk juga esai dan testimoni yang dikumpulkan dalam buku ini.
Ajakan tersebut pada hakikatnya merupakan keinginan Asrizal agar orang-orang terdekatnya itu bisa memberikan masukan yang objektif dan konstruktif sebagai bahan evaluasi diri di usianya yang sudah setengah abad.
Membaca satu per satu tulisan dalam buku ini, mulai dari esai, puisi, sampai testimoni, ada banyak hal berharga yang bisa digaris-bawahi, terutama oleh Asrizal. Buku ini serupa meja dengan banyak cangkir kopi. Ada yang rasanya manis, asam, dan pahit. Namun terlepas dari pahit-asam-manis tersebut, ada beberapa hal yang layak kita garis-bawahi dari sosok seorang Asrizal Nur;
Manusia Multitalenta
Berdasarkan berbagai tulisan dalam buku ini, Asrizal Nur bisa dibilang merupakan salah seorang manusia yang diberi anugerah multitalenta oleh Tuhan, terutama di bidang kesenian dan manajerial:
1. Kesenian
Di dalam seni bahasa (sastra), Asrizal merupakan penyair sekaligus pembaca puisi yang andal. Di dalam seni peran (teater atau drama), Asrizal merupakan aktor, sutradara, dan penulis naskah. Di bidang seni musik, Asrizal adalah penyanyi dan pencipta lagu.
Teater dan Drama
Sejak hijrah dari Riau ke Jakarta pada tahun 1995, Asrizal mula-mula dikenal sebagai tokoh teater buruh dengan sanggar buruh bernama Sanggar Pabrik. Salah satunya misinya adalah memberikan pencerahan dan penyadaran kepada buruh melaui kesenian, terutama melalui teater dan drama. kesenian.
Naskah drama yang pernah digarapnya adalah: Petaka (Sutradara dan pemain, dipentaskan di Teater Arena Pekanbaru 1991), Sang Yang Hitam (Sutradara bersama Suharyoto Sastro Suwignyo, Dipentaskan secara kolosal di Teater Arena Pekanbaru), Umar Bin Khattab (Naskah dan Astrada, Sutradara Taufik Effendi Aria, dipentaskan di Taman Budaya Pekanbaru 1993, Surat Cinta Kepada Marsinah (Naskah dan Sutradara, dipentaskan di Gelanggang Remaja Bulungan, 1995. Namun waktu itu dibubarkan karena alasan stabilitas nasional. Asrizal menggugat pembubaran tersebut sampai akhirnya memang di pengadilan; Tabir (Sutradara, judul lain Surat Cinta Kepada Marsinah, dipentaskan di Yogyakarta, 1996); Reformasi Orang Pabrik (naskah dan Sutradara, dipentaskan di Gelang Remaja Jakarta Utara, 1997); Orang- Orang Pabrik (Naskah dan Sutradara, dipentaskan di Gelanggang Remaja Jakarta Pusat, 1997); Opera Pantun (Penulis naskah dan Sutradara, dipentaskan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, 2008); Drama Musikal Melayu dan Betawi: Raja Penyamun di Sarang Gonggo (Penulis naskah, sutradara bersama Tutus Denes, dipentaskan di Saosono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah, 2016.
Karya terbaru Asrizal di bidang drama adalah: Mencencang Air sebagai penulis naskah dan sutradara bersama Mohd.Diani Kancil. Drama musikal ini sangat sepktakuler karena pemainnya terdiri dari empat negara (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura) dan dipentaskan di Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah dalam Gelar Seni Pertunjukan Tradisi TMII, 2019.
Selain itu, Asrizal juga menjadi pembina Sanggar Semenanjung dan berhasil menyutradai beberapa pementasan teater Melayu, seperti: Keris Menjadi Saksi yang ditulis oleh Temul Amsal di Gedung Mis Tjijih Jakarta Pusat, Di gedung Sapta Pesona Jakarta, Radio Televisien Brunei Darussalam (RTB), 2010; Lancang Kuning yang ditulis oleh Temul Amsal, dipentaskan di Taman Budaya Yogyakarta dan Gubernuran Pekanbaru tahun 2012, Operet Hangtuah naskah Temul Amsal, 2017.
Asrizal juga pernah bergabung dengan BM Syamsudin dalam pementasan Teater Bangsawan: Tun Nila Utama yang dipentaskan di Teater Arena Pekanbaru 1993, Ketobong dan Ketuban bersama Temul Amsal (Teater Gema) yang dipentaskan di Teater Arena Pekanbaru tahun 1993.
Dia juga sempat bergabung bersama Sudarno Mahyudin, T.Ubay Dillah, GP.Ade Ade Dharmawi dalam Sanggar Bialala. Dia turut dalam pementasan teater: Pilih-pilih Menantu 1993-1994, Gurindam 12 yang disutradarai oleh Idrus Tintin, di gedung Lembaga Adat Riau, 1993, dan Hang Tuah, 2017,
Beberapa kali, Asrizal pernah main film TV, antara lain: Mencari Pencuri Anak Perawan (TVRI, 1992), Serial Opera Odol, (TPI, 1995), Dua Dunia (Indosiar, 1996), dan film layar lebar Sikoyan (2012) yang sempat diputar di bioskop.
Penyair dan Pembaca Puisi
Akan tetapi, selama ini Asrizal lebih dikenal sebagai penyair dan pembaca puisi atau ‘penyair multimedia’. Sebagai pribadi yang punya talenta di bidang seni bahasa, musik, dan peran,Asrizal mencoba menciptakan pembacaan puisi gaya baru, yaitu perpaduan antara pembacaan puisi dengan tari, teater, musik, dan audio-visual yang dia beri nama ‘puisi multimedia’. ‘Penemuannya’ tersebut dia pentaskan pertama kali pada tahun 2009 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta bertajuk: Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur. Itulah momentum yang kian melambungkan nama pria kelahiran Pekanbaru, 16 Nopember 1969 ini.
Sejak itu, Asrizal Nur mulai tampil di berbagai tempat dengan konsep yang sama, seperti Konser Puisi Multimedia Asrizal Hari Pohon se-dunia di Pontianak (2015), Panggung Puisi Multimedia Pertemuan Penyair Nusantara di Palembang 2011, Konser Puisi Penyair ternama Indonesia dan Sastrawan Negara di Universitas Pendidikan Sultan Idris/UPSI (2015), Konser Sukuraga di Taman Ismail Marzuki (2016), Konser Puisi Aum Siliwangi, Purwakarta (2016), dan Puisi Islam Multimedia di Radio Televisi Brunei (2010). Sejak itu pula, Asrizal Nur mulai dikenal sebagai Penyair Multimedia.
Di Indonesia, Asrizal tampil membaca puisi di sejumlah acara penting, seperti Pembacaan Sajak Melayu Asia Tenggara di Kepulauan Riau (2006), Panggung Apresiasi Presiden Penyair di TIM (2007), Panggung Apresiasi Temu Sastrawan se-Indonesia di Jambi (2008), Internasional di Jakarta Internasional Literary Festival – JILFEST (208 & 2011), Pembacaan Puisi Poritugal, Indonesia, Malaysia di Universitas Indonesia (2009), Malam puncak Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjungpinang (2010), Festival Wayang dan Topeng Internasional di Bandung (2014), dan sebagainya.
Sementara itu, Asrizal juga tampil baca puisi di luar negeri, semisal Pertemuan Penyair Nusantara IV di Brunei Darussalam (2010), Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur di Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei (2010), Hankuk University dan Kota Hansan Korea Selatan (20012), Malam Puncak Dialok Teluk Brunei di UBD (2012), Sekolah Menengah Yayasan Hasanal Bolkiah Brunei Darussalam (2012), Pertemuan Penyair Nusantara VII di Singapura (2014), Festival Pulara 5 2014 di Pangkor, Malaysia, Deklamasi Puisi Asean 2015 di Kuala Lumpur, Malaysia (2015), Festival Pulara 6 di Pangkor, Malaysia (2015).
Buku puisinya yang telah terbit: Percakapan Pohon dan Penebang (YPM, 2009), Membaca Raga (2016) dan banyak antologi puisi bersama, antara lain: Rampai Melayu Asia Tenggara (2006), Kumpulan puisi Portugal, Malaysia dan Indonesia (2008), Musi, Pertemuan Penyair Nusantara V (2011), Antologi Puisi Asean, The Vice Of Humanity (2015), Antologi Puisi Asean Pulara 5 (2015 dan 2016).
Selain menulis dan membaca puisi, Asrizal juga aktif mengajarkan penulisan dan pembacaan puisi pada sejumlah kegiatan, misalnya rutin mengisi workshop puisi di Pusat Bahasa Indonesia, Bengkel Puisi dan Deklamasi Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam, Workshop rutin 3 bulan sekali di Rumah Seni Asnur; workshop daring di PERRUS GROUP dengan anggota mencapai 750 orang dari seluruh Indonesia.
2. Manajerial
Konseptor dan Eksekutor
Dalam hidup ini, tidak banyak orang yang punya kemampuan mengonsep sekaligus mengeksekusi sebuah gagasan. Umumnya melekat pada diri seseorang secara parsial. Namun Asrizal punya dua kemapuan tersebut sekaligus.
Hal itu, bisa kita lihat pada terobosan-terobosannya dalam menggerakkan kebudayaan melalui acara-acara sastra yang dia laksanakan, baik berskala lokal, nasional, maupun internasional.
Ketika banyak orang hanya membuat acara sastra sederhana dengan latar panggung bachdroop, dia malah membuat acara sastra secara megah dengan panggung berlatar multimedia.
Salah satu acara yang paling kita ingat dari tangan dinginnya adalah acara Pekan Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri di Taman Ismail Marzuki pada tahun 2007. Acara lainnya, bisa kita lihat pada acara-acara puncak perayaan Hari Puisi Indonesia yang berlangsung sejak 2013 sebagai ketua panitia. Di mana, dia sendiri juga termasuk salah seorang inisiator bersama Rida K Liamsi, Maman S Mahayana, Ahmadun Yosi Herfanda, Kazzaini KS, dan lainnya yang melahirkan Hari Puisi Indonesia.
Tolak ukur lain meski tidak bisa jadi ukuran sepenuhnya adalah rekor MURI. Beberapa acara yang dibuat Asrizal telah meraih rekor Muri, antara lain: Penerbitan Antologi Puisi 1000 Guru Asean berhasil pula mencatat Rekor MURI Dunia sebagai pelaksana penerbitan Antologi Puisi dengan guru terbanyak tahun 2018; Festival Pantun Asia Tenggara dengan mencatat Rekor MURI Berbalas Pantun terlama di dunia, selama 15 Jam pada tahun 2008.
Sebagai manusia Melayu, Asrizal juga telah turut mengukuhkan Tanjungpinang (Kepri) sebagai Kota Gurindam dan Negeri Pantun, dan Bengkalis (Riau) sebagai Negeri Zapin melaui acara Festival Zapin tahun 2008.
Menariknya, dari setiap acara yang dibuat Asrizal, banyak yang kemudian menjadi brand atau ikon, misalnya: Gong Panggung Melayu, tahun 2000, 2003 (Asean), di Taman Ismail Mazuki dan Di TMII yang sempat dibuka oleh Wakil Presiden RI; Gelar Sajak Serumpun, 2000 dan 2004 (Asean), di Taman Ismail Marzuki; Tarung Penyair Panggung, 2012 (Asean) di Tanjungpinang, Kepulauan Riau; Sutradara dan Konseptor MTQ Provinsi Riau dan Kepulauan Riau (dengan konsep multimedia); Naskah dan Sutradara Teater Kolosal TNI, Kostrad “Merdeka atau Mati”, 2014.
Bertolak dari kemampuan dalam kesenian dan manajerial itulah, kemudian Asrizal bertemu dengan konsep puisi multimedia.
Sejarah Lahirnya Puisi Multimedia Asrizal Nur
Dalam perjalanannya, Asrizal Nur lebih memilih dunia pertunjukan daripada media cetak atau daring untuk mempublikasikan puisinya. Itulah sebabnya, dia terus berjuang melawan segala rintangan untuk terus mencari bentuk agar puisi ditampilkan di depan publik yang lebih menarik untuk disaksikan tanpa kehilangan sisi pesan dan hiburannya.
Hal itu bermula dari pertunjukan puisi pertamanya tahun 1992 di Teater Pekanbaru saat membaca puisi Kuda yang dipadukan dengan musik iringan Zuarman Tambusai dan artistik panggung oleh Avoansyah Sastra Ali. Setahun kemudian, sebagai penyair muda ia diberi kepercayaan dan kesempatan oleh Taman Budaya Provinsi Riau untuk kembali tampil dengan corak warna baru.
Waktu itu, pertunjukan puisinya berkembang dengan kolaborasi dengan musik, tari, dan teater. Inilah awal ia memulai pembacaan puisi multimedia dengan tajuk Menjalin Waktu.
Tahun 2005, perlahan pertunjukan puisi multimedianya disempurnakan, terutama ketika acara pertunjunkan puisi di Taman Mini Indonesia Indah. Dia tidak hanya berkolaborasi dengan tari, musik, lagu, dan teater, tetapi juga dengan efek cahaya, kain, dan penyanyi Darmansyah bertajuk: Lancang Kuning Menggugat.
Penyempurnaan konsep pertunjukan puisi multimedia terus diupayakan dengan pertunjukan puisi bertajuk: Matinya Sang Koruptor di Taman Ismail Marzuki di tahun yang sama. Saat itu, pertunjukannya dimulai dengan penayangan film.
Barulah pada tahun 2009, Asrizal benar-benar ‘sempurna’ menampilkan puisi multimedia dengan tajuk: Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur yang legendaris di Taman Ismail Marzuki. Pertunjukan tersebut didukung penuh oleh tenaga-tenaga profesional, seperti Dody dari Dirctor Video untuk audio-visual, live musik oleh Yaser Arafat, musik digital oleh Dika Monthong, tari oleh Eeng Koty, teater oleh Dindon WS bersama Teater Kuburnya, dan iringan suara penyanyi kenamaan Franky Sahilatua.
Di acara tersebut, turut tampil membacakan puisi sejumlah perwakilan negara dari Portugal, Spanyol, Perancis, Italia dan lainnya.
Jadi, pertunjukan puisi multimedia menurut Asrizal Nur adalah pembacaan puisi yang berkolaborasi dengan lebih dari tiga media yang dapat menguatkan pembacaan puisi dan tidak mengalahkan dominasinya.
Kampanye Puisi Multimedia
Setelah acara tersebut, Asrizal tidak hanya menampilkan puisi di sejumlah kota di Indonesia. Namun dia juga memperkenalkannya ke negara tetangga:
Brunei Darussalam: Pertama kali memperkenalkan baca puisi multimedianya di luar negeri adalah di Brunei Darrussalam, tepatnya di Dewan Raya Radio Televisi Brunei Darussalam, tahun 2010. Waktu itu, dia mewakili Indonesia untuk tampil pada puncak acara Pertemuan Penyair Nusantara ke-4 yang dikuti oleh Brunei Darussalama (Tuan Rumah), Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Penampilannya sangat menyita perhatian semua pihak. Selain karena adanya napas baru dalam pembacaan puisi, juga karena dia berhasil merangkum dua tema acara sekaligus, yakni “Melestarikan Kehijauan Alam dan Rangsangan Lonjakan Industri Kreatif Menerusi Dunia Perpuisian” melaui puisi yang dibacakan.
Selanjutnya, hampir 1 bulan, dia diminta mengajar di Brunei dalam Program Bengkel Pelestarian Budaya Melayu, mengenai pembacaan puisi dan persiapan Teaterikal Puisi Islam Multimedia yang dipentaskan di Dewan Raya Radio Televisen Brunei Darussalam dan mendapat tepuk tangan spesial dari menteri Kebudayan Brunei.
Malaysia: Kampanye puisi multimedia Asrizal di Malaysia, tergelar di dua tempat, yaitu: (1) Pulau Pangkor Perak, untuk pertama kali dikenalkan di Malaysia saat acara PULARA (Festival Puisi, Lagu Rayat Internasional) tahun 2014. Ia berhasil memukau ratusan penonton dan diundang kembali tahun 2015 di acara yang sama. Saat itu, dia datang bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Gus Mus, dan (2) Universiti Pendidikan Sultan Idris, Asrizal kembali menampilkan puisi multimedianya di hadapan ribuan mahasiswa dan para penyair Malaysia tahun 2016.
Thailand: Tepatnya di Pattani, dalam rangka acara Pertemuan Penyair Nusantara ke-8 tahun 2015, Asrizal Nur tampil dengan puisi multimedia.
Korea Selatan: Di negeri drama itu, Asrizal kembali menampilkan puisi multimedia di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS). Pada tahun 2012. Saat itu, dia hadir bersama Sosiawan Leak, Rida K Liamsi, dan Kazzaini KS. Pertunjukan puisi dilanjutkan juga di Hansa, sebuah kota di Korea Selatan bersama komunitas masyarakat Indonesia.
Penutup
Kini Asrizal Nur menetap di Depk sejak tahun 2002 dan aktif mengelola Perkumpulan Rumah Seni Asnur, dan menjadi Direktur Eksekutif Yayasan Hari Puisi. Salah satu prinsip hidup yang dia pegang adalah “Manusia hebat bukanlah yang bisa mengungguli sesamanya, tetapi yang bisa mengungguli dirinya sendiri setiap hari.” Ernest Hemingway.
Jakarta, 11 Nopember 2019