Puisi-Puisi M. Syamilul Hikam
KAWACA.COM | M. Syamilul Hikam adalah santri Pondok Pesantren Annuqayah daerah Labangsa asal Gapura Barat. Belajar menulis puisi bersama Komunitas Menulis Pasra (Kompas). Karyanya pernah dimuat di koran Radar Madura, Galeri Pesantrian, Buletin Kompak, Buletin Inspirasi, Antologi bersama dalam acara kuratorium sastra nasional festival MASA, dll. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa Institut Sains dan Teknologi di Pondok Pesantren Annuqayah.
Rokat Tase’
Kami telanjangi tiap tubuhmu paling tepi
Beriring gamelan dan gendingan
Saling decak mendahului do’a-do’a semerbak
Meluap aliran sukma pada pasir-pasir
Mentingkap esok pada gugusan takdir
Dengan seperangkat benda-benda rokat
Kuntum bunga ayam kampong kami ikat
Sebagai berkah perahu-perahu menampung ikan
Melayari tubuhmu sampai ujung mata paling jauh
Saat matahari cukup santun memeluk burung dan daun
Mengamini setiap debur ombak dan gemuruh angina
Disepanjang perahumu terbaring
Maka, izinkan kami sebagai anakmu, laut
Merapal harap menumpas segala kemelut
Agar kau tetap biru
Agar hidup anak cucumu.
Annuqayah 2019 M.
Sesaat Sebelum Berangkat
sebelum tubuh berlabuh ke tepi nun jauh
telah usai kuhatamkan geriap angina
begitu pula tamparan ombak ke tebing-tebing
membaca dengan khidmat beberapa riwayat
diantara kepak burung dan raut mendung
di pelabuhan ini, kita akan melihat
orang-orang bergegas membawa
semua barang termasuk juga harapannya
lalu mengangkutnya ke atas perahu
dibentangkannya do’a selebar layar
seraya melepaskannya ke tepi daratan
sebagai pelayar, kami paham perbincangan ombak
antara hulu dan hilir lautan
mesti ada yang lebih menggertak
lalu saat menaiki perahu
kita, bayi ikan ditinggal bapak-emak.
Annuqayah, 29 Juli 2019 M.
Di Tengah Perjalanan
di atas perahu melaju
ada yang lebih pantas kau simak
selain desir angin dan ombak
bukan pula deru mesin melaju
ya, resapilah dengan tunduk dan khusuk
gemuruh maut pada debur laut
lalu bayangkan betapa mudahnya
buih inimenghantar kita ke dasar pusara
dan adakah yang lebih pantas dipikirkan
selain do’a-do’a orang di rumah
yang menukik tajam dintara kulit perahu
dan air garam yang angkuh
sementara di tengah perjalanan ini
kita, seekor ikan yang berenang
di antara kepungan jala nelayan
melewati sergapan maut
atau, kedalam perut kita bertaut.
Annuqayah, 29 Juli 2019 M.
Di Lautmu
laut ini tampak indah dipandangi
orang orang boleh saja menyelaminya sesuka hati
seribu pintu tersedia cuma-cuma
tapi, harus punya kunci paling rahasia
banyak sekali nelayan yang silih berganti datang
untuk memanen ikan ikan
bahkan, ada yang hanya bermain kejar kejaran di tepi pantai
atau, sebatas memandanginya dari kejauhan
selepas itu mereka bergegas pulang
kemarin malam aku datang seorang
tanpa lampu, pantai ini amatlah remang
bahkan, sunyi kerap mengusikku dari kejauhan
menyuruhku untuk sekedar berendam
sebagai nelayan aku harus tahu bagaimana cara berenang
bila di tengah perjalanan badai tiba tiba saja menerjang
meski hanya berbekal tabah
pada ombak yang bergantian membuncah
ketika ikan ikan semakin liar
jika gelombang tak bosan bosan datang
aku harus lekas bergegas
sebelum perahuku tehempas
Annuqayah, 2019