Buku: Lelaki Pembunuh Hujan karya Syam S Tamoe
Lelaki Pembunuh Hujan
Buku Puisi
Syam S Tamoe
KATA PENGANTAR PENULIS
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT. Buku puisi berjudul Lelaki Pembunuh Hujan akhirnya rampung diterbitkan tahun 2019. Kehadiran Buku Puisi kecil ini tidak terlepas dari kerja sama yang baik berbagai pihak, terutama Penerbit J-Maestro Bandung. Dan buku puisi Lelaki Pembunuh Hujan ini diangkat sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas segala Rahmat yang Allah berikan, terutama yang berupa air hujan. Meskipun banyak yang sering mengeluh atas kehadirannya di muka bumi ini. Hujan tiba memang tanpa mengenal waktu, dan tidak mengenal apa yang sedang dilakukan oleh manusia. Hujan adalah anugerah dari yang Maha Kuasa. Maka kita harus menerimanya tanpa harus memaksakan waktu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Karena air (hujan) sangat diharapkan sekali keberadaannya oleh setiap makhluk. Terutama oleh manusia itu sendiri. Bahkan tidak jarang pada masa-masa terdahulu sering dilakukan shalat istisqa' (meminta hujan). Tentu air hujan sangat bermanfaat sekali, juga memberikan berkah basar bagi manusia dan alam, cuma kita kurang bersyukur dan menyadarinya. Dari sini nampak lebih jelas bahwa air (hujan) merupakan salah satu kebutuhan makhluk hidup yang sakral. Hal ini pun juga ditegaskan dalam Al-Quran surah Al-Furqan ayat 48 , "Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira, dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Kami turunkan air yang amat bersih dari langit".
Maka disadari atau tidak, bahwa air hujan bisa menjadi salah satu pembersih kotoran yang mampu mensterilkan bumi yang tercemar. Kemudian tidak jarang para ilmuwan berkesimpulan bahwa, air yang paling baik untuk membersikan adalah dengan air hujan. Demikian juga dengan penjelasan Ayat di atas bahwa, air menjadi bagian dari kebutuahan semua makhluk di muka bumi. Juga memberikan minum kepada binatang dan manusia, kemudian menyerap ke dalam tanah. Sedangkan tanah dan air dibutuhkan tumbuhan hidup. Dalam pandangan ini, hujan tidak hanya diperuntukkan sebagai kebutuhan alam semesta semata. Jauh di luar itu, hujan juga bisa dijadikan inspirasi seseorang dalam berkarya. Karena hujan tidak hanya dipandang sebagai titik-titik air yang berjatuhan dari udara. Hujan menyimpan beribu-ribu makna dan keindahan yang tidak bisa dijangkau oleh akal dan logika manusia. Maka tidak jarang oleh sebagian besar penyair, hujan selalu dijadikan tambatan hati bak seorang kekasih yang penuh kerinduan cinta. Nah, hal inilah yang akhirnya menjadi inspirasi lahirnya buku kecil dengan judul "Lelaki pembunuh Hajan".
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada penerbit J-Maestro Bandung. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para guru sastrawan/penyair kebanggaan di antaranya, Bapak Abdul Hadi, Bapak Maman S. Mahayana, Bapak Jamal D. Rahman, Sofyan RH Zaid dan Nana Sastrawan, atas suguhan endorsmen apiknya serta masukan untuk lahirnya buku kecil ini. Dan tidak lupa penulis juga sampaikan terima kasih kepada teman-teman / guru penyair, di antaranya; K. M. Faizi, Bapak Syaf Anton WR, Bapak Aryadi Melas, Gus Raedu Basha, Ibu Maftuhah Jakfar, Gus Muhammad Al-fayyadl, Gus Halimi Zuhdy, Bang Lukman Hakim Ag, Bang Ibnu Hajar dan teman-teman penyair lainnya.
Terakhir, terima kasih untuk istri tercinta, Ely El-Maria beserta Ibunda Hj. Munawarah dan semua keluarga besar yang telah memberi support dan doa. Teman-teman penyair Isyarat Gelombang dan Jala, terima kasih telah berbagi waktu bercinta dalam karya. Juga terima kasih kepada adik-adik Komunitas Literasi Sanggar Pragaan (Lispra). Harapan, semoga buku kecil ini bisa bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.
Sumenep, 7 Februari 2019
Syam S. Tamoe
Endorsement
Puisi-puisi Syam S. Tamoe adalah fragmen-fragmen kehidupan yang coba ditangkap dan dievaluasi penyair. Permainan metaforanya unik. Hal itu kadang membuat kita berhenti sejenak melakukan perenungan dan coba memahaminya. Matahari puisi atau rintik bianglala, misalnya, adalah contoh keunikan itu. Sebagai teks puisi, bangunan metafora dan citraannya, kerap memaksa kita mengaitkan dunia alam dengan fenomena sosial. Menarik, sekaligus juga mengganjal. Meski begitu, puisi-puisi Syam S. Tamoe dalam buku _Lelaki Pembunuh Hujan_ ini akan memberi kenyamanan jika kita --pembaca-- bertindak juga sebagai pendengar yang baik.
-Maman S. Mahayana
Sebuah karya yang mempesona dari penyair Madura. Saya mengenalnya sejak ia masih kuliah di Jakarta. Syam S. Tamoe adalah salah seorang penyair yang cukup produktif. Puisi-puisinya dalam buku _Lelaki Pembunuh Hujan_ ini adalah hasil perenungan panjang tentang berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, dan agama. Untuk sebagian, puisi-puisinya juga merefleksikan perasaan dirinya yang melankolis, namun tidak selalu berakhir dengan tangis.
-Jamal D. Rahman
"Membaca puisi itu kadang serupa bercakap-cakap dengan orang gila. Perkataannya kadang nyambung, kadang tidak. Namun selalu ada yang mengejutkan sebagai titik renungan, yakni kata-kata yang tak biasa diucapkan oleh orang waras. Sebagaimana bercakap dengan orang gila, puisi tidak selamanya dialogis, tapi pasti dialektis. Hegel -sebagai pengusung konsep dialektika- meyakini bahwa kontradiksi -misalnya antara gila dan waras- akan melahirkan kesadaran lain di luar keduanya. Kesan inilah yang saya tangkap ketika berulang membaca puisi-puisi Syam S. Tamoe dalam buku Lelaki Pembunuh Hujan ini."
-Sofyan RH. Zaid
Puisi lahir dari dunia imajinasi yang disampaikan melalui kata-kata sebagai medianya. Dia otonom. Dia berdiri sendiri. Dia mempunyai dunianya sendiri. Meskipun demikian di dalamnya ada bangunan fisik dan psikis yang lahir dari pengalaman penyair. Ada yang berpendapat bahwa kesendirian puisi tidak harus dihubungkan dengan realitas, atau proses kreatif penyairnya. Tetapi ada juga pendapat lain bahwa puisi tidak jatuh dari langit, dia hadir berdasarkan tanggapan evaluatif penyairnya terhadap problem sosio-kultural yang berada di sekelilingnya. Ada pula yang berpandangan bahwa kata-kata dalam puisi memiliki hubungan dengan teks sebelumnya atau yang se-zamannya. Maka, memungkinkan kita dapat membandingkan teks yang satu dengan teks lain yang se-zaman atau yang sebelumnya. Itulah puisi-puisi Syam S. Tamoe, secara keseluruhan menyasar wilayah pemahaman-pemahaman tentang puisi. Membacanya membuat kita memasuki ruang pengalaman puitik penyair, lorong imajinasi atau dihadapkan pada peristiwa nyata. Syam S. Tamoe hendak menegaskan bahwa puisi-puisi di buku _Lelaki Pembunuh Hujan_ ini adalah proses panjang dirinya bermetamorfosis menjadi puisi.
-Nana Sastrawan
DAFTAR ISI 4
1. KEPADA IBU 9
2. SURABAYA BERKABUNG 10
3. TUN, AKU SEBUT NAMAMU 11
4. DIBURU BIAS CAHAYA 12
5. KEPADA NOVEMBER 13
6. MASIH ADA IBA 14
7. HIKAYAT GURU 15
8. RESERSE 16
9. YA, RASULULLAH 17
10. DI BALIK ATAP RASA 18
11. KEPADA GURUKU (K. M. Faizi) 19
12. PEREMPUAN DIDEKAT PINTU 20
13. SKETSA MADURA 21
14. ISYARAT GELOMBANG II 22
15. DI JALAN LINGKAR KOTA 23
16. MANUSIA KICAU 24
17. KEPADA, AH 26
18. JIKA AKU MATI 27
19. NOVEMBER BERZIKIR SALAM 29
20. RINDU KE TIGA (Mafia Insaf) 30
21. BILA KALIAN TUA NANTI 31
22. TERTUTUP SUA II 32
23. UNTUKMU ISTRIKU 33
24. KINASIH 34
25. IKTIKAF KAMAR 35
26. AL-QUR'AN RETAK 36
27. TAPAK DARA 37
28. ALIF LAAM RAA 38
29. BILA BULAN-MU TIBA 39
30. RAMADHAN 40
31. PILU 41
32. LEKAT II 42
33. DIPANGKUAN SIANG II 43
34. MADURA, AKU ANAK YATIMMU II 44
35. TAK BERTAJI 46
36. RUMUS LOGIKA 47
37. MAU APA LAGI 48
38. BULAN AKHIR TAHUN 49
39. GUS LIM 50
40. HUJAN BERTAJI 51
41. SAUNG 52
42. MANUSIA KAMAR 53
43. DI TEBING SAWAH 54
44. LIBUR SEKOLAH 55
45. MUKTAMAR SASTRA 56
46. BAU SERIBU BANGKAI 57
47. TERTINDAS 58
48. ALASTI ELVA MENTARI (Bukankah engkau seribu matahari) 59
49. MARIA 60
50. MADURA KATANYA 61
51. MENATAP UBUN LANGIT 62
52. TIDURLAH DALAM RINDU 63
53. TAKHTA AIR MATA 64
54. BANTEN-LAMPUNG BERKABUNG 65
55. SERAKAH 66
56. AKU PAHAT RAGAMU 67
57. KOPI DAN PUISI 68
58. MUARA JUMPA 69
59. LELAKI PEMBUNUH HUJAN 70
60. PENYAIR KOPI 71
61. OBROLAN RUMAH SAKIT 72
62. DARAHKU DARAH KALIAN 74
63. CEKATAN WAKTU 75
64. HITUNGAN MENIT YANG PASTI 76
65. KEMBANG API MIMPI 78
66. HARI PERTAMA DI TAHUN BARU 79
67. ORANG GILA 80
68. DEBUR TAWAMU 81
69. LELAKI PEMBENCI 82
70. SURAT BUAT LANTY (Catatan tahun baru 2019) 83
71. PAGI YANG TERBAKAR 84
72. ALERGI POLITIK 85
73. JUMPA MALAM 86
74. BERBISIK KENCANG 87
75. SENYUM DI KAMAR TIDUR 88
76. INILAH ANGIN PETANI 89
77. TERSANDERA KERAGUAN 90
78. TERKEPUNG 91
79. ASMAMU YANG MULAI 92
80. CAHAYA KOSONG 93
81. WAKTU KEWATU 94
82. HARI RABU DI BULAN JANUARI 95
83. NEGERI LAYANG-LAYANG 96
84. TETANGGA BARU 97
85. TUHAN YANG ESA 98
86. TAK BERDAYA 99
87. ANTARA DANDAN DAN JADDUNG 100
88. PEMBARINGAN 101
89. KUFUR NIKMAT 102
90. MEMORI YANG SAKIT 103
91. KEPADA PENYAIR DI MADURA 104
92. KUNJUNGAN PERTAMA 106
93. ISTANA ILMU 107
94. NYARIS TERNODA 108
95. CEMETI DI KANAN PEDANG DI KIRI 109
96. MAFIA ASET 110
97. KEPADA ELMA DAN ALYA 111
98. POHON KENANGA 113
99. DIK WARBEL 114
100. PUISI TELAH USAI DITULIS 115
TENTANG PENULIS 116
Tentang Penyair
SYAM S. TAMOE, lahir di Sumenep, 03 Desember 1982. Alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. Dan tercatat sebagai Pembaca Puisi Tetap UIN Jakarta 2003-2008. Buku puisinya yang sudah terbit, antara lain: Asbak 2001. Wasiat Cinta Ibunda 2002. Tasbih 2003. Perjaka Tua 2012. Puisinya juga dimuat dalam Buku puisi bersama, seperti Arsip Puisi Penyair Madura 2017. Isyarat Gelombang II 2018. Puisi 101 Penyair Nusantara 2018. Puisi Asian 2018. _Lelaki Pembunuh Hujan_ ini adalah Buku puisinya 2019. Dan sekarang mengelola Komunitas Literasi Sanggar Pragaan (LISPRA) di tanah kelahirannya.
Contoh beberapa puisi dalam buku ini, silakan baca:
Puisi-Puisi Syam S.Tamoe