Puisi-Puisi Safrina Muzdhalifah
KAWACA.COM | Safrina Muzdhalifah, mahasiswi semester akhir TBI (Tadris Bahasa Inggris) IAIN Madura dan merupakan santri Pondok Pesantren Puteri Khadijah Pamekasan. Berasal dari daerah timur daya tepatnya Batangbatang Sumenep. Pernah memenangkan juara kedua Lomba Karya Tulis Ilmiah Alquran Universitas Trunojoyo Madura (2018) dan menjadi finalis pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Alquran UIN Suska Riau (2019). Beberapa puisinya pernah dimuat di buletin Jejak Jawa Barat (2015), di Media online Jejak Publisher (2017 dan 2018). Puisinya pernah dibukukan dalam antologi bersama yakni Antologi Puisi Nusantara diterbitkan oleh CTA Creation (2016), Antologi Puisi Perempuan Yang Tak Layu Merindu Tunas Baru diterbitkan oleh FAM Publishing (2018), dan Antologi Puisi Komposisi Mie Instan diterbitkan oleh LPM Arena UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta (2018).
Puisi-Puisi Safrina Muzdhalifah
MERAPIKAN KENANGAN
Sebagaimana aksara-aksara menjelma kata
Aku dan kamu saling membutuhkan untuk menjadi kita
Sehingga mata dan jiwa membacanya sebagai satu makna
Kita menjadi jamak dari yang mulanya tunggal
Tinggal, mencipta momentum sakral
Selagi bersama
Di sekejap waktu yang tak selamanya
Kita pernah tak sama opini
Bahkan harapan kadang berakhir ironi
Nyatanya kita sedang mengatur harmoni
Agar seirama layaknya nada, bertatut dalam simfoni
Saat waktu begitu terburu
Meski kita ragu mengakhiri temu
Mari rapikan kenangan sebaik mungkin dalam ingatan
Agar tetap bisa kita sambangi
Sebab sewaktu-waktu, rindu sudah pasti gemulai menari
Kertagena Laok, 04 Agustus 2019
SIKLUS
Dunia dipenuhi siklus statis. Segalanya akan menjadi masa lalu ketika berlalu. Kemarin, hari ini masih masa depan, esok ia adalah masa lalu yang menjelma lumut waktu. Terus begitu.
Siang malam
Hari ini matahari terbit, mengantarkan siang bangkit. Di ujung senja ia pamit. Lalu rembulan dan gemintang beramai-ramai menyambut malam. Di ujung subuh ia karam. Berikutnya matahari kembali terbit. Terus begitu.
Manusia
Lahir. Mulanya bayi, berkembang biak jadi balita, remaja, dewasa, berkeluarga, berketurunan, menua. Kemudian menutup mata dari dunia untuk selamanya. Kehidupan dilanjutkan keturunannya. Manusia-manusia baru lahir. Terus begitu.
Tumbuhan
Muncul dari biji, berkecambah, berdaun, kemudian tumbuh besar, berbuah, hari selanjutnya keropos tumbang. Biji dalam tanah memulai kehidupan lagi. Terus begitu.
Hewan
Hewan-hewan berlarian berkejaran, menjalin cinta satu sama lain. Anak-anaknya lahir, induknya mati. Kemudian, anak-anaknya beranak pinak. Terus begitu.
Hujan
Ia lahir dari uap air. Di lautan, di sungai-sungai, di danau. Hujan turun ke bumi. Esok lusa kembali menguap, jadi awan. Menunggu angin menggocangnya hingga guyur jadi hujan sekali lagi. Berulang kali. Terus begitu.
Dan beragam siklus lainnya. Pusat pemberhentiannya, masih berupa tanda tanya.
Pamekasan, 08 September 2019