Puisi Pilihan Ella Karentina
KAWACA.COM | Ella Karentina, Lahir di Jakarta, tahun 1984, bekerja di Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Utara. Anggota Grup Dapur Sastra Jakarta, Sebuah novelnya Sulabesi, masih dalam proses terbit.
MENJADI
Aku menjadi jilat, pada apimu yang berkobar
sedang abu yang melayang tertiup angin
tak kau hiraukan jatuhnya
Aku menjadi bias, pada panasnya lenteroa jiwa
sedang asap yang mengepul
tak kau hiraukan bekasnya
Aku menjadi apa saja, pada asamu sekian lama
sedang harapan yang besar
tak kau hiraukan peringatannya
Aku menjadi cermin, pada langkahmu yang lunglai
sedang kakiku yang ria menari-nari
tak kau hiraukan jejaknya
Aku menjadi busur, pada panahmu yang tumpul
sedang mata pisau menusuk jantung bertubi-tubi
tak kau hiraukan perihnya
Aku kemudian lelah, yang telah menjadi alkisah
sedang raga masih berdiri di jiwa yang terombang ambing
lantas, tak kau hiraukan sanggahannya
13juni2019
ABSURD
Menjadi titik
untuk mengakhiri debat-debat kecil yang kekanakan
menjadi koma
agar terus terhubung meski jarak itu seperti bom waktu
menjadi tanda seru
sebagai pengingat jika yang terjadi saat ini adalah
suatu kesalahan
tapi tolong, jangan biarkan hatiku dilumat oleh ketandatanyaan.
Karena Aku, Kau dan Dia bukanlah suatu kebetulan
yang Absurd
26 April 2019
DAN TUHAN PUN MENANGIS
ia membuka tirai jendela,
sesaat sebelum menyalakan lilin di langit Jakarta
sinarmya menerangi orang-orang tanah
yang memperebutkan suatu "gelar"
ia mengemyitkan dahi,
helaan napasnya menyusuri rongga tulang
saat dilihatnya ada api yang lebih terang
dari pada kepunyaan-Nya, tepat di bawahnya
ia terdiam
matanya menatap tegas bak kucing gunung
seraya bertanya dalam hati "mengapa?"
baru saja telapaknya ingin memilah mereka
sebelum para malaikat memohon kepadaNya
"berilah mereka waktu, lagi"
ia tersentak,
hatinya menolak
tapi ia hanya penonton
hingga saat habisnya masa
ia menitikan air mata,
berdoa dan memohon kepada diriNya
semoga ada kedamaian diantara kalian semua
dan pada akhirnya, Tuhan pun menangis.
22 Mei 2019
SELAMAT TIDUR, MALAM
Selamat tidur, malam
akhiri lelahmu
biar terang gantikan kau di peraduan
jejak tilas bintang nampak indah di alasmu
terlihat dari pancaran bulan yang katanya pusatmu
terima kasih untuk setiamu menemani hari-hariku dulu
yang tak akan pernah bisa kubayar
sekalipun kuberikan seluruh kepunyaanku
Juli 2015
MENJADI
Aku menjadi jilat, pada apimu yang berkobar
sedang abu yang melayang tertiup angin
tak kau hiraukan jatuhnya
Aku menjadi bias, pada panasnya lenteroa jiwa
sedang asap yang mengepul
tak kau hiraukan bekasnya
Aku menjadi apa saja, pada asamu sekian lama
sedang harapan yang besar
tak kau hiraukan peringatannya
Aku menjadi cermin, pada langkahmu yang lunglai
sedang kakiku yang ria menari-nari
tak kau hiraukan jejaknya
Aku menjadi busur, pada panahmu yang tumpul
sedang mata pisau menusuk jantung bertubi-tubi
tak kau hiraukan perihnya
Aku kemudian lelah, yang telah menjadi alkisah
sedang raga masih berdiri di jiwa yang terombang ambing
lantas, tak kau hiraukan sanggahannya
13juni2019
ABSURD
Menjadi titik
untuk mengakhiri debat-debat kecil yang kekanakan
menjadi koma
agar terus terhubung meski jarak itu seperti bom waktu
menjadi tanda seru
sebagai pengingat jika yang terjadi saat ini adalah
suatu kesalahan
tapi tolong, jangan biarkan hatiku dilumat oleh ketandatanyaan.
Karena Aku, Kau dan Dia bukanlah suatu kebetulan
yang Absurd
26 April 2019
DAN TUHAN PUN MENANGIS
ia membuka tirai jendela,
sesaat sebelum menyalakan lilin di langit Jakarta
sinarmya menerangi orang-orang tanah
yang memperebutkan suatu "gelar"
ia mengemyitkan dahi,
helaan napasnya menyusuri rongga tulang
saat dilihatnya ada api yang lebih terang
dari pada kepunyaan-Nya, tepat di bawahnya
ia terdiam
matanya menatap tegas bak kucing gunung
seraya bertanya dalam hati "mengapa?"
baru saja telapaknya ingin memilah mereka
sebelum para malaikat memohon kepadaNya
"berilah mereka waktu, lagi"
ia tersentak,
hatinya menolak
tapi ia hanya penonton
hingga saat habisnya masa
ia menitikan air mata,
berdoa dan memohon kepada diriNya
semoga ada kedamaian diantara kalian semua
dan pada akhirnya, Tuhan pun menangis.
22 Mei 2019
SELAMAT TIDUR, MALAM
Selamat tidur, malam
akhiri lelahmu
biar terang gantikan kau di peraduan
jejak tilas bintang nampak indah di alasmu
terlihat dari pancaran bulan yang katanya pusatmu
terima kasih untuk setiamu menemani hari-hariku dulu
yang tak akan pernah bisa kubayar
sekalipun kuberikan seluruh kepunyaanku
Juli 2015