Kisah Lengkap Adam as.
Kisah Lengkap Adam as.
WWW.KAWACA.COM | Wahb bin Munabbih menuturkan: Adam as. ada dalam kemurkaan Allah selama tujuh hari. Allah kemudian memperlihatkan diri-Nya di hari ketujuh saat Adam as. tengah berduka dan bersedih. “Wahai Adam, derita apa yang tengah kamu rasakan? Bencana apa yang petaka dan kecelakaannya telah menghancurkanmu ini?” tanya Allah. “Tuhanku, musibah yang menimpaku benar- benar luar biasa. Aku telah dikepung kesalahanku dan diusir dari kerajaan Tuhanku. Kini aku berada di negeri kehinaan setelah sebelumnya berada di negeri kemuliaan. Sekarang aku tinggal di negeri kenestapaan setelah sebelumnya tinggal di negeri kebahagiaan. Kini aku mukim di negeri bencana setelah sebelumnya mukim di negeri sentosa. Kini aku berada di negeri kesedihan dan kesusahan setelah sebelumnya berada di negeri kedamaian dan ketenangan. Sekarang aku tinggal di negeri fana setelah sebelumnya tinggal di negeri abadi dan baka. Kini aku mukim di negeri penuh tipu daya setelah sebelumnya mukim di negeri yang aman darinya. Tuhanku, bagaimana mungkin aku tidak menangisi dosaku? Bagaimana mungkin aku tidak menyedihkan diriku? Mengapa aku harus diuji dengan ujian dan musibah seperti ini?” rintih Adam as.
“Bukankah Aku telah memilihmu untuk diri-Ku dan menempatkanmu di surga-Ku? Bukankah Aku telah memilihmu atas makhluk-Ku dan mengkhususkanmu dengan kemuliaan-Ku? Bukankah Aku telah memberimu rasa cinta-Ku? Bukankah Aku telah menciptakanmu langsung dengan tangan-Ku, meniupkan sebagian ruh-Ku kepadamu, dan menyujudkan malaikat-malaikat-Ku kepadamu? Bukankah dulu kamu adalah tetangga-Ku di kelapangan surga-Ku? Bukankah kamu berjalan di kelapangan surga-Ku ke manapun kamu mau? Lalu kamu melanggar perintah-Ku, melupakan janji-Ku serta mengabaikan wasiat-Ku? Kalau begitu, mengapa kamu mengingkari siksa-Ku? Demi kebesaran dan kemuliaan-Ku, andaikata bumi penuh sesak dengan orang yang sepertimu—bertasbih di sepanjang siang dan malam tanpa bosan lalu mendurhakai-Ku—tentu Aku akan menurunkannya ke lembah tempat para pendurhaka. Kini aku telah berbelas kasih pada kelemahanmu, memaafkan kesalahanmu, menerima tobatmu, mendengar rintihanmu, dan mengampuni dosamu. Karena itu, katakanlah: Laa ilaaha illa anta subhanaka, allahumma wa bihamdika, ghalamtu nafsi wa 'amiltus su'a fa tub “alay (tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan aku telah berbuat jahat, terimalah tobatku)” Adam membacanya.
Lalu Tuhannya berfirman kepadanya, “Katakan: Laa ilaaha illa anta subhanaka, allahumma wa bihamdika, ghalamtu nafsi wa 'amiltus su'a Jaghfir li, innaka antal ghafururrahim (tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan aku telah berbuat jahat, ampunilah aku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun dan Maha Pengasih)” Adam membacanya. Lalu Tuhannya berfirman kepadanya, “Katakan: Laa ilaaha illa anta subhanaka, allahumma wa bihamdika, ghalamtu nafsi wa “amultus su'a farbamni, innaka anta arbamurrahimin (tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan aku telah berbuat jahat, rahmatilah aku, sesungguhnya Engkaulah Dzat Yang paling berkasih sayang).” Maka Adam pun membacanya.
Tangisan dan kesedihan Adam as. demikian mendalam akibat besarnya bencana yang menimpanya. Lalu Allah mengirimkan sebuah kemah surga dan menempatkannya di tempat Kakbah sebelum Kakbah ada.[10]
Mujahid menuturkan: Sesaat setelah Adam as. makan buah khuldi, seluruh perhiasan surga berguguran dari tubuhnya. Tak ada yang tersisa selain mahkota dan hiasan pelipisnya. Setiap kali berusaha menutupi dirinya dengan dedaunan surga, pasti segera berjatuhan. Adam menoleh kepada Hawa sambil menangis dan mengatakan, “Bersiap-siaplah keluar dari dekat Allah. Ini bencana pertama akibat kemaksiatan.” Hawa menjawab, “Adam, aku tidak pernah mengira ada orang yang bersumpah dusta atas nama Allah.” Hawa mengatakannya sebab Iblis telah bersumpah kepadanya tentang manfaat makan pohon khuldi. Setelah itu, Adam as. berlari di surga karena malu pada Tuhan semesta alam. Sebatang pohon menghimpitnya dengan beberapa dahannya. Adam as. menyangka bahwa siksaan telah disegerakan. Dia menundukkan kepalanya dan berseru, “Ampun! Ampun?” Maka Allah menanyainya, “Wahai Adam, kamu mau lari dari-Ku?” Dia menjawab, “Tidak. Tapi aku malu kepada-Mu, wahai Tuhanku.” Lalu Allah mewahyukan kepada dua orang malaikat: Jibril dan Mika'il, “Keluarkan Adam dan Hawa dari sisi- Ku. Mereka telah mendurhakai-Ku.” Jibril bergegas menanggalkan mahkotanya, sementara Mika'il melepaskan hiasan dari pelipisnya. Pasca diturunkan dari kerajaan suci ke negeri kelaparan dan kepayahan, Adam as. menangisi kesalahannya.
Seekor elang yang sangat haus melintas di dekatnya dan meminumnya. Kemudian Allah menjadikan elang tersebut mampu berbicara, “Adam, aku telah hidup di bumi ini 2000 tahun sebelum dirimu. Aku telah mengembara ke ujung barat dan ujung timurnya. Aku telah minum air dari lembahnya, puncak gunungnya, dan tengah samuderanya. Tetapi aku belum pernah minum air yang lebih manis dan lebih wangi daripada air ini.” “Elang, celaka kamu! Kamu paham apa yang kamu ucapkan? Bagaimana kamu bisa merasakan manisnya air mata seorang hamba yang telah mendurhakai Tuhannya dan mengalir di kedua pipinya yang sama-sama telah bermaksiat? Air mata apalagi yang lebih pahit daripada air mata seorang yang bermaksiat? Elang, aku yakin kamu sebenarnya menghinaku karena aku telah mendurhakai Tuhanku lalu aku dibuang dari kampung kenikmatan ke kampung kecelakaan dan kemiskinan.” jawab Adam. “Adam, aku sama sekali tidak bermaksud menghinamu. Tetapi, aku benar-benar merasakan kesegaran air matamu. Air mata apa yang lebih manis daripada air mata seorang hamba yang telah mendurhakai Tuhannya lalu ia ingat dosanya, hatinya menjadi ketakutan, tubuhnya menjadi kaku, dan ia terus-menerus menangisi dosanya karena takut kepada Tuhannya?”[11]
Imam Ahmad ra. menyebutkan dalam Zuhd, “Kami diberitahu Ibrahim bin Khalid dari Rabbah dari Syu'aib al- Jubai, Pohon yang dilarang Allah untuk Adam dan Hawa mirip pohon gandum dan namanya adalah (Da'ah”.[12]
Catatan:
10. Sanadnya dha'if jiddan, jika tidak maudhu'. Dalam sanadnya terdapat Abdul Mun'im bin Idris bin Sinan dan bapaknya. Keduanya adalah orang yang matruk. Lihat adh-Dhu'afa wa al-Matrukun, Daruguthni (359).
11. Sanadnya dha'if dan matannya mungkar. Ibnussammak nama aslinya adalah Muhammad bin Shabih. Dia adalah seorang yang dipermasalahkan.
12. Sanadnya dha'if jiddan. Dia mempunyai dua 'illah' (cacat): Pertama, ketidakjelasan orang yang menjadi sumber Rabbah. Kedua, Syu'aib adalah seorang yang matruk. Lihat al-Mizan (2/278).
WWW.KAWACA.COM | Wahb bin Munabbih menuturkan: Adam as. ada dalam kemurkaan Allah selama tujuh hari. Allah kemudian memperlihatkan diri-Nya di hari ketujuh saat Adam as. tengah berduka dan bersedih. “Wahai Adam, derita apa yang tengah kamu rasakan? Bencana apa yang petaka dan kecelakaannya telah menghancurkanmu ini?” tanya Allah. “Tuhanku, musibah yang menimpaku benar- benar luar biasa. Aku telah dikepung kesalahanku dan diusir dari kerajaan Tuhanku. Kini aku berada di negeri kehinaan setelah sebelumnya berada di negeri kemuliaan. Sekarang aku tinggal di negeri kenestapaan setelah sebelumnya tinggal di negeri kebahagiaan. Kini aku mukim di negeri bencana setelah sebelumnya mukim di negeri sentosa. Kini aku berada di negeri kesedihan dan kesusahan setelah sebelumnya berada di negeri kedamaian dan ketenangan. Sekarang aku tinggal di negeri fana setelah sebelumnya tinggal di negeri abadi dan baka. Kini aku mukim di negeri penuh tipu daya setelah sebelumnya mukim di negeri yang aman darinya. Tuhanku, bagaimana mungkin aku tidak menangisi dosaku? Bagaimana mungkin aku tidak menyedihkan diriku? Mengapa aku harus diuji dengan ujian dan musibah seperti ini?” rintih Adam as.
“Bukankah Aku telah memilihmu untuk diri-Ku dan menempatkanmu di surga-Ku? Bukankah Aku telah memilihmu atas makhluk-Ku dan mengkhususkanmu dengan kemuliaan-Ku? Bukankah Aku telah memberimu rasa cinta-Ku? Bukankah Aku telah menciptakanmu langsung dengan tangan-Ku, meniupkan sebagian ruh-Ku kepadamu, dan menyujudkan malaikat-malaikat-Ku kepadamu? Bukankah dulu kamu adalah tetangga-Ku di kelapangan surga-Ku? Bukankah kamu berjalan di kelapangan surga-Ku ke manapun kamu mau? Lalu kamu melanggar perintah-Ku, melupakan janji-Ku serta mengabaikan wasiat-Ku? Kalau begitu, mengapa kamu mengingkari siksa-Ku? Demi kebesaran dan kemuliaan-Ku, andaikata bumi penuh sesak dengan orang yang sepertimu—bertasbih di sepanjang siang dan malam tanpa bosan lalu mendurhakai-Ku—tentu Aku akan menurunkannya ke lembah tempat para pendurhaka. Kini aku telah berbelas kasih pada kelemahanmu, memaafkan kesalahanmu, menerima tobatmu, mendengar rintihanmu, dan mengampuni dosamu. Karena itu, katakanlah: Laa ilaaha illa anta subhanaka, allahumma wa bihamdika, ghalamtu nafsi wa 'amiltus su'a fa tub “alay (tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan aku telah berbuat jahat, terimalah tobatku)” Adam membacanya.
Lalu Tuhannya berfirman kepadanya, “Katakan: Laa ilaaha illa anta subhanaka, allahumma wa bihamdika, ghalamtu nafsi wa 'amiltus su'a Jaghfir li, innaka antal ghafururrahim (tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan aku telah berbuat jahat, ampunilah aku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun dan Maha Pengasih)” Adam membacanya. Lalu Tuhannya berfirman kepadanya, “Katakan: Laa ilaaha illa anta subhanaka, allahumma wa bihamdika, ghalamtu nafsi wa “amultus su'a farbamni, innaka anta arbamurrahimin (tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan aku telah berbuat jahat, rahmatilah aku, sesungguhnya Engkaulah Dzat Yang paling berkasih sayang).” Maka Adam pun membacanya.
Tangisan dan kesedihan Adam as. demikian mendalam akibat besarnya bencana yang menimpanya. Lalu Allah mengirimkan sebuah kemah surga dan menempatkannya di tempat Kakbah sebelum Kakbah ada.[10]
Mujahid menuturkan: Sesaat setelah Adam as. makan buah khuldi, seluruh perhiasan surga berguguran dari tubuhnya. Tak ada yang tersisa selain mahkota dan hiasan pelipisnya. Setiap kali berusaha menutupi dirinya dengan dedaunan surga, pasti segera berjatuhan. Adam menoleh kepada Hawa sambil menangis dan mengatakan, “Bersiap-siaplah keluar dari dekat Allah. Ini bencana pertama akibat kemaksiatan.” Hawa menjawab, “Adam, aku tidak pernah mengira ada orang yang bersumpah dusta atas nama Allah.” Hawa mengatakannya sebab Iblis telah bersumpah kepadanya tentang manfaat makan pohon khuldi. Setelah itu, Adam as. berlari di surga karena malu pada Tuhan semesta alam. Sebatang pohon menghimpitnya dengan beberapa dahannya. Adam as. menyangka bahwa siksaan telah disegerakan. Dia menundukkan kepalanya dan berseru, “Ampun! Ampun?” Maka Allah menanyainya, “Wahai Adam, kamu mau lari dari-Ku?” Dia menjawab, “Tidak. Tapi aku malu kepada-Mu, wahai Tuhanku.” Lalu Allah mewahyukan kepada dua orang malaikat: Jibril dan Mika'il, “Keluarkan Adam dan Hawa dari sisi- Ku. Mereka telah mendurhakai-Ku.” Jibril bergegas menanggalkan mahkotanya, sementara Mika'il melepaskan hiasan dari pelipisnya. Pasca diturunkan dari kerajaan suci ke negeri kelaparan dan kepayahan, Adam as. menangisi kesalahannya.
Seekor elang yang sangat haus melintas di dekatnya dan meminumnya. Kemudian Allah menjadikan elang tersebut mampu berbicara, “Adam, aku telah hidup di bumi ini 2000 tahun sebelum dirimu. Aku telah mengembara ke ujung barat dan ujung timurnya. Aku telah minum air dari lembahnya, puncak gunungnya, dan tengah samuderanya. Tetapi aku belum pernah minum air yang lebih manis dan lebih wangi daripada air ini.” “Elang, celaka kamu! Kamu paham apa yang kamu ucapkan? Bagaimana kamu bisa merasakan manisnya air mata seorang hamba yang telah mendurhakai Tuhannya dan mengalir di kedua pipinya yang sama-sama telah bermaksiat? Air mata apalagi yang lebih pahit daripada air mata seorang yang bermaksiat? Elang, aku yakin kamu sebenarnya menghinaku karena aku telah mendurhakai Tuhanku lalu aku dibuang dari kampung kenikmatan ke kampung kecelakaan dan kemiskinan.” jawab Adam. “Adam, aku sama sekali tidak bermaksud menghinamu. Tetapi, aku benar-benar merasakan kesegaran air matamu. Air mata apa yang lebih manis daripada air mata seorang hamba yang telah mendurhakai Tuhannya lalu ia ingat dosanya, hatinya menjadi ketakutan, tubuhnya menjadi kaku, dan ia terus-menerus menangisi dosanya karena takut kepada Tuhannya?”[11]
Imam Ahmad ra. menyebutkan dalam Zuhd, “Kami diberitahu Ibrahim bin Khalid dari Rabbah dari Syu'aib al- Jubai, Pohon yang dilarang Allah untuk Adam dan Hawa mirip pohon gandum dan namanya adalah (Da'ah”.[12]
Catatan:
10. Sanadnya dha'if jiddan, jika tidak maudhu'. Dalam sanadnya terdapat Abdul Mun'im bin Idris bin Sinan dan bapaknya. Keduanya adalah orang yang matruk. Lihat adh-Dhu'afa wa al-Matrukun, Daruguthni (359).
11. Sanadnya dha'if dan matannya mungkar. Ibnussammak nama aslinya adalah Muhammad bin Shabih. Dia adalah seorang yang dipermasalahkan.
12. Sanadnya dha'if jiddan. Dia mempunyai dua 'illah' (cacat): Pertama, ketidakjelasan orang yang menjadi sumber Rabbah. Kedua, Syu'aib adalah seorang yang matruk. Lihat al-Mizan (2/278).