Puisi Pilihan Nunung Noor El Niel
Nunung Noor El Niel lahir di Jakarta kemudian menetap di Bali. Profesinya sehari-hari konsultan travel agen. Menulis puisi dan telah dimuat di berbagai media ibukota dan daerah seperti IndoPos, Media Indonesia, Jawa Pos, Bali Pos dan media online lainnya. Buku puisi tunggalnya Solitude (2012), Perempuan Gerhana (2014), Kisas (2015), dan Perempuan dari Tujuh Musim (2016) yang semuanya terbit di Teras Budaya, Jakarta. Sementara itu, puisinya juga banyak dimuat dalam antologi puisi bersama, semisal Pinangan (2013), Metamorfosis (2014). Nunung kini aktif menjadi admin Grup DSJ dan Redaktur Majalah Palagan Sastra.
LADANG KESUNYIAN
Angin berhembus di ladang-ladang kesunyian
Tak ada lagi para petani di sana
Hanya kesiur musim kering mengirimkan
Udara yang hampa dan bertuba
Burung-burung pun bergegas terbang
Melintasi ladang dengan kepak-kepak penuh debu
Tak ada lagi siul dari paruhnya
Kecuali pekikan-pekikan tajam
Karena paruhnya telah terbakar mematuki
Bara di atas punggung-punggung tanah terbuka
Burung-burung itu seperti ingin memberi kabar
Tentang sebuah negeri yang terbakar
Di mana kebebasan telah menjadi api dalam sekam
Di sepanjang bentangan kesunyian
Denpasar September 2015
BAWANG MERAH, BAWANG PUTIH
aku mengupas malam
di antara bawang merah, bawang putih
aku seperti mengupas
masa kanak-kanak yang hilang
ada sebuah mahligai di pelupuk mata
terkelupas dari pelaminan
di mana aku mendapatkan diriku
teralpakan dari tanganku
membuat telapak dan jari-jari terbakar
tapi aku mencoba tetap bertahan
tak ada memang yang perlu disesalkan
setiap kali membaca rajah menggariskan
sebuah perjalanan yang kutempuh
sebab masih ada airmata kasih
untuk membasuhnya
bukan sebagai penyesalan
di situlah imanku diletakkan
untuk mengupas setiap butir bawang
tanpa perduli merah atau putih
Denpasar 06072015
SECANGKIR MALAM
telah kutuang malam dalam secangkir kopi
tetapi kelam terlalu luas membentangkan
sisa-sisa impian untuk kugapai
ketika yang tersisa hanya sekerat bulan
dan sepercik bintang di langit sana
haruskah aku mereguk seluruh malam
hingga ke ceruk sepi dan merasakan
ampas dari seluruh impian
hingga membuatku tersekat dan terjaga
jika aku ternyata bukan wanita pilihanmu
sejak saat itu aku tak lagi melihatmu
melintas jauh di kedalaman impianku
kecuali mungkin bau tubuhmu
yang menghembuskan kerinduan
jika masih ada jejak masa lalu pada diriku
Denpasar Aug 2016
LUPUT
ada saatnya telapak tangan terbuka
melepas apa yang tergenggam
ada saatnya apa yang diraih
untuk kembali dilepaskan
jika semua tak harus diramalkan
bukan disebabkan garis tangan
untuk disusuri dengan perhitungan
selalu ada yang terabaikan dari ingatan
terlepas atau tergenggam
mungkin memang bukan sebuah pilihan
meskipun semua sudah dipertaruhkan
dan luput dari awal dan akhir tujuan
Denpasar 13 08 2016
DI PUSAR MALAM
jika kau pernah terhempas
oleh pekikan angin
hingga kau tersesat
dalam nyanyian badai
dan kau kehilangan
lengan dan ruas-ruas jari
untuk menggapai
melangkahlah terus
dan susuri jejak kaki
yang menghilang
jangan kau biarkan tenggelam
dan terkoyak di pusar kelam
hanya untuk kafani malam
hingga debu membutakan impian
dakilah setiap tangga kerinduan
tanpa memanggil namaku
dengan suara yang lirih dan tajam
karena bisikanmu selalu kudengar
meskipun dari dalam liang kegelapan
Dps02082013
NAPAS PUISI
aku ingin tetap bersamamu
menyusuri kelengangan
dengan napas puisi tak selesai ditulis
sekalipun hari terasa begitu jingga
dengan dada selalu terbuka
pada keikhlasan memberi dan menerima
seperti awal dan akhirmya
di mana kita saling menyapa
penuh kasih dan cinta melebihi segalanya
Denpasar 21 06 2016