Puisi Pilihan Lukman A Sya
Mahadayak
Jika suatu hari tuan putri yang cantik
datang ke tempat ini, tempat burung-burung bahagia
suara gergaji membelah kayu Ulin, dengung suara dari hutan karet
tuan putri pasti bersuka, tanpa rasa duka
seseorang terus berkebun menyiangi hari-hari penuh cinta.
Kelak hamba ingin menyadap getah dari pohon pinus itu
seperti hamba memeriksa dada tuan putri.
Tuan putri yang baik, hamba ingin bercocok tanam
di pipi tuan putri, menanam kecup dan cium
semacam doa
sungai Rungan dan Kahayan yang acapkali keruh
dan ibu-ibu pendulang emas yang mahamulia memanen jerih-payahnya
menggoyang-goyangkan imbitnya seperti tarian para iban
seperti para dewi di kaharingan
sabar mengolah waktu dan tubuh jadi cantik diurapi cuaca
Tuan putri, sedang apa di sana. Apakah angin sibuk
mengabarkan pesan hamba:
tubuh laki-laki yang cintanya sunyi
menjelang sekarat dalam ruh birahi
In, 2010-2019
Kepada Burung Enggang
Hamba ingin melihat tuan putri memakai celana pendek lagi
dan hamba ingin mengatakan tuan putri sungguh indah
dengan bulu-bulu halus di betis tuan putri yang megah
lalu hamba ingin berziarah ke leher tuan putri
pemilik segala kemewahan dan dambaan mimpi lelaki
Di antara hujan dan bunga-bunga
ingin hamba rapihkan rambut tuan putri
sebelum hamba bersujud mencium kaki tuan putri
yang sungguh membuat hamba kekal
mengaduh dalam hasrat yang angkuh
Ampuni hamba tuan putri
jangan marahi hujan dan bunga-bunga
yang menyesatkan tuan putri ke dalam perkara
sungguh hamba jatuh cinta pada seluruh
apa pun yang tuan putri miliki
antara disengaja dan tak disengaja
In, 2010-2019
BIODATA
Lukman A. Sya (Lukman A Salendra), lahir di Sukabumi 01 November 1976. Alumnus Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia. Ketua Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI Periode 1997/1998. Menulis puisi, esai dan artikel kebahasaan serta feature kebudayaan. Karya-karyanya telah dipublikasikan di media massa seperti di Media Indonesia, Republika, Kompas, Pikiran Rakyat, Suara Pembaruan, Bandung Pos (alm), Galamedia, Inilah Koran, Tribun Jabar, Lampung Post, Jurnal Nasional, Suara Publik (alm), Suara Karya, Jurnal Nasional Riau Pos, Majalah Annida, Sabili, Syir,ah, Majalah Sastra Horison, majalah Sastra, dan lain sebagainya. Puisi-puisinya, selain pernah berkali disiar-bacakan radio Deutche Welle Jerman siaran Bahasa Indonesia, juga dimuat dalam beberapa buku antologi bersama, seperti Antologi Puisi Indonesia 1997 (KSI), Ketika Matahari ...(ASAS, 1998), Grafiti Gratitude (YMS, 2001), Ini .... Sirkus Senyum (bumimanusia, 2001), Hijau Kelon (Kompas, 2002), Bandung dalam Puisi (2003), Sajadah Kata (Assyamil, 2003), Muktamar (SST, 2003). Dian Sastro For President 3 (Insist, 2004), Di Atas Viaduct (2011), Tangga Menuju Langit, Ibukota Keberaksaraan, Narasi Tembuni Puisi Terbaik Pilihan KSI, Sauk Seloko (2013), Berjalan ke Utara, dan lain sebagainya. Kumpulan Puisi Tunggalnya KENDURI WAKTU (Buruan,2019). Kini bekerja sebagai pemimpin redaksi di Majalah GPriority Jakarta.
Jika suatu hari tuan putri yang cantik
datang ke tempat ini, tempat burung-burung bahagia
suara gergaji membelah kayu Ulin, dengung suara dari hutan karet
tuan putri pasti bersuka, tanpa rasa duka
seseorang terus berkebun menyiangi hari-hari penuh cinta.
Kelak hamba ingin menyadap getah dari pohon pinus itu
seperti hamba memeriksa dada tuan putri.
Tuan putri yang baik, hamba ingin bercocok tanam
di pipi tuan putri, menanam kecup dan cium
semacam doa
sungai Rungan dan Kahayan yang acapkali keruh
dan ibu-ibu pendulang emas yang mahamulia memanen jerih-payahnya
menggoyang-goyangkan imbitnya seperti tarian para iban
seperti para dewi di kaharingan
sabar mengolah waktu dan tubuh jadi cantik diurapi cuaca
Tuan putri, sedang apa di sana. Apakah angin sibuk
mengabarkan pesan hamba:
tubuh laki-laki yang cintanya sunyi
menjelang sekarat dalam ruh birahi
In, 2010-2019
Kepada Burung Enggang
Hamba ingin melihat tuan putri memakai celana pendek lagi
dan hamba ingin mengatakan tuan putri sungguh indah
dengan bulu-bulu halus di betis tuan putri yang megah
lalu hamba ingin berziarah ke leher tuan putri
pemilik segala kemewahan dan dambaan mimpi lelaki
Di antara hujan dan bunga-bunga
ingin hamba rapihkan rambut tuan putri
sebelum hamba bersujud mencium kaki tuan putri
yang sungguh membuat hamba kekal
mengaduh dalam hasrat yang angkuh
Ampuni hamba tuan putri
jangan marahi hujan dan bunga-bunga
yang menyesatkan tuan putri ke dalam perkara
sungguh hamba jatuh cinta pada seluruh
apa pun yang tuan putri miliki
antara disengaja dan tak disengaja
In, 2010-2019
BIODATA
Lukman A. Sya (Lukman A Salendra), lahir di Sukabumi 01 November 1976. Alumnus Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia. Ketua Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI Periode 1997/1998. Menulis puisi, esai dan artikel kebahasaan serta feature kebudayaan. Karya-karyanya telah dipublikasikan di media massa seperti di Media Indonesia, Republika, Kompas, Pikiran Rakyat, Suara Pembaruan, Bandung Pos (alm), Galamedia, Inilah Koran, Tribun Jabar, Lampung Post, Jurnal Nasional, Suara Publik (alm), Suara Karya, Jurnal Nasional Riau Pos, Majalah Annida, Sabili, Syir,ah, Majalah Sastra Horison, majalah Sastra, dan lain sebagainya. Puisi-puisinya, selain pernah berkali disiar-bacakan radio Deutche Welle Jerman siaran Bahasa Indonesia, juga dimuat dalam beberapa buku antologi bersama, seperti Antologi Puisi Indonesia 1997 (KSI), Ketika Matahari ...(ASAS, 1998), Grafiti Gratitude (YMS, 2001), Ini .... Sirkus Senyum (bumimanusia, 2001), Hijau Kelon (Kompas, 2002), Bandung dalam Puisi (2003), Sajadah Kata (Assyamil, 2003), Muktamar (SST, 2003). Dian Sastro For President 3 (Insist, 2004), Di Atas Viaduct (2011), Tangga Menuju Langit, Ibukota Keberaksaraan, Narasi Tembuni Puisi Terbaik Pilihan KSI, Sauk Seloko (2013), Berjalan ke Utara, dan lain sebagainya. Kumpulan Puisi Tunggalnya KENDURI WAKTU (Buruan,2019). Kini bekerja sebagai pemimpin redaksi di Majalah GPriority Jakarta.