Kamu, Saya, dan Semua Orang Punya Mimpi - Ema Afriyani
oleh Ema Afriyani
KAWACA.COM | Kamu punya cita-cita? Saya juga punya cita-cita. Dan semua orang yang terlahir di dunia ini, juga memiliki cita-cita.
Kita pasti sering mendengar omongan teman-teman yang seperti ini, "Itu cita-cita kamu? Kayaknya ketinggian deh. Kamu mana mungkin bisa meraihnya." atau... "Punya cita-cita itu yang wajar aja. Sesuai sama kondisi ekonomi kamu."
Mereka berkata seperti itu, seolah merasa cuma orang-orang seperti mereka yang bisa sukses. Yang bisa menggapai cita-cita. Kondisi ekonomi tidak menjamin seseorang mencapai kesuksesan. Yang kaya belum tentu sukses. Malah yang ekonominya low, yang kadang menemui kesuksesan. Sudah banyak sekali berseliweran di pemberitaan.
Contohnya, mahasiswa-mahasiswi dari keluarga low ekonomi yang mendapat beasiswa. Mereka berhasil mematahkan persepsi orang tentang, seseorang yang terlahir dari keluarga low ekonomi tidak bisa mencapai cita-cita. Tidak bisa mewujudkan keinginannya pada suatu hal.
Dan seseorang dari keluarga low ekonomi acapkali diremehkan dengan kalimat-kalimat yang saya contohkan tadi. Tidak hanya kalimat itu saja yang orang-orang berikan untuk meredupkan semangat kita dalam mewujudkan cita-cita. Banyak sekali kalimat-kalimat yang orang gunakan untuk menjatuhkan kita, agar kita tidak berhasil. Hal itu dilakukan, karena mungkin dia iri dengan kita. Serta takut posisinya tergeser. Bukan dia lagi manusia dengan kemampuan, kondisi ekonomi, gelar pendidikan tinggi, yang ada di dunia ini. Dan salah satu cara untuk menjatuhkan kita, ya itu... dengan memberikan kalimat-kalimat peredup semangat. Dengan harapan kita 'gagal'.
Kalau kalimat semacam itu sering kita dengar, akhirnya apa? Kita down. Dan bisa saja kita terpengaruh serta membenarkan hal tersebut .Yang seharusnya di masa depan kita sukses dengan cita-cita yang sudah diperjuangkan, tapi ternyata kehidupan kita tetap sama dengan sebelumnya—standard.
Meraih sesuatu yang standard itu sudah biasa dilakukan oleh banyak orang. Saatnya kita melakukan gebrakan yang luar biasa. Untuk diri kita, untuk bangsa, dan untuk orang-orang disekitar kita. Karena pencapain yang kita dapat, sehebat apapun kemampuan kita, semua akan terasa sia-sia, saat tidak bermanfaat untuk orang-orang di sekitar.
Walau saat kita sukses, akan ada saja yang tidak suka dan berusaha untuk menghancurkan kesuksesan kita. Bahkan sebelum kita mendapat gelar 'sukses', sudah ada yang berusaha untuk menjatuhkan. Jika sebelum sukses ada satu orang, maka saat sukses mungkin akan ada ribuan orang. Hal itu seharusnya tidak perlu dilakukan. Yang ada kita seharusnya bangga saat ada orang di sekitar kita sukses. Hari itu mungkin orang di sekitar kita yang sukses. Besok, kita akan dapat gilirannya. Tinggal dari diri kita sendiri saja. Mau hidup dengan hal standard, atau menginginkan perubahan.
"Doa, usaha, dan percaya."
Di dunia ini kan, satu profesi tidak hanya kita saja yang menyukainya, yang menggelutinya. Ada ribuan bahkan jutaan. Hal yang harus dilakukan ya... bersaing. Bersaing secara sehat, meningkatkan kualitas kemampuan kita dalam bidang tersebut agar semakin baik, tanpa harus saling menjatuhkan. Rejeki sudah ada yang mengatur.
Bersainglah secara sehat. Karena kalau kita curang, oke... hari ini kita sukses. Tapi kita tidak pernah tau hal apa yang akan membuat kita jatuh pada hari esok. Sudahlah, kita putus tali kecurangan dalam dunia pendidikan, dalam pencarian perekonomian. Hiduplah dengan hal-hal yang halal.
Jadi intinya sih gini..
Kamu punya cita-cita, saya juga punya cita-cita. Dan apalagi kebetulan cita-cita sama. Tidak perlulah, untuk saling menjatuhkan, menyombongkan diri bahwa kita lebih hebat dari dia. Mencoba untuk mempengaruhi kalau saya tidak bisa untuk meraih cita-cita, karena saya tidak mampu, secara ekonomi dan skill. Yang kamu lihat hari ini, saya seperti itu. Tapi besok? Siapa yang tau? Segala hal, berubah seiring perkembangan waktu.
Allah menciptakan kita dengan membawa porsi masing-masing. Tugas kita sebagai hamba, meningkatkan porsi kita agar lebih baik dan semakin membaik. Jika kita bisa mencapai porsi semakin membaik, jangan pernah lupa kalau semua itu terjadi karena kehendak Allah. Dan jangan pernah menyombongkannya. Mudah saja kita kehilangan apa yang dimiliki, jika kita menjadikan apa yang dimiliki sebagai sebuah kesombongan.
Sekian E-Motivasi dari saya. Jika ada kalimat yang kurang berkenan mohon dimaafkan. Mari kita menjadi generasi yang bermanfaat bagi orang lain, serta membawa perubahan untuk dunia.
KAWACA.COM | Kamu punya cita-cita? Saya juga punya cita-cita. Dan semua orang yang terlahir di dunia ini, juga memiliki cita-cita.
Kita pasti sering mendengar omongan teman-teman yang seperti ini, "Itu cita-cita kamu? Kayaknya ketinggian deh. Kamu mana mungkin bisa meraihnya." atau... "Punya cita-cita itu yang wajar aja. Sesuai sama kondisi ekonomi kamu."
Mereka berkata seperti itu, seolah merasa cuma orang-orang seperti mereka yang bisa sukses. Yang bisa menggapai cita-cita. Kondisi ekonomi tidak menjamin seseorang mencapai kesuksesan. Yang kaya belum tentu sukses. Malah yang ekonominya low, yang kadang menemui kesuksesan. Sudah banyak sekali berseliweran di pemberitaan.
Contohnya, mahasiswa-mahasiswi dari keluarga low ekonomi yang mendapat beasiswa. Mereka berhasil mematahkan persepsi orang tentang, seseorang yang terlahir dari keluarga low ekonomi tidak bisa mencapai cita-cita. Tidak bisa mewujudkan keinginannya pada suatu hal.
Dan seseorang dari keluarga low ekonomi acapkali diremehkan dengan kalimat-kalimat yang saya contohkan tadi. Tidak hanya kalimat itu saja yang orang-orang berikan untuk meredupkan semangat kita dalam mewujudkan cita-cita. Banyak sekali kalimat-kalimat yang orang gunakan untuk menjatuhkan kita, agar kita tidak berhasil. Hal itu dilakukan, karena mungkin dia iri dengan kita. Serta takut posisinya tergeser. Bukan dia lagi manusia dengan kemampuan, kondisi ekonomi, gelar pendidikan tinggi, yang ada di dunia ini. Dan salah satu cara untuk menjatuhkan kita, ya itu... dengan memberikan kalimat-kalimat peredup semangat. Dengan harapan kita 'gagal'.
Kalau kalimat semacam itu sering kita dengar, akhirnya apa? Kita down. Dan bisa saja kita terpengaruh serta membenarkan hal tersebut .Yang seharusnya di masa depan kita sukses dengan cita-cita yang sudah diperjuangkan, tapi ternyata kehidupan kita tetap sama dengan sebelumnya—standard.
Meraih sesuatu yang standard itu sudah biasa dilakukan oleh banyak orang. Saatnya kita melakukan gebrakan yang luar biasa. Untuk diri kita, untuk bangsa, dan untuk orang-orang disekitar kita. Karena pencapain yang kita dapat, sehebat apapun kemampuan kita, semua akan terasa sia-sia, saat tidak bermanfaat untuk orang-orang di sekitar.
Walau saat kita sukses, akan ada saja yang tidak suka dan berusaha untuk menghancurkan kesuksesan kita. Bahkan sebelum kita mendapat gelar 'sukses', sudah ada yang berusaha untuk menjatuhkan. Jika sebelum sukses ada satu orang, maka saat sukses mungkin akan ada ribuan orang. Hal itu seharusnya tidak perlu dilakukan. Yang ada kita seharusnya bangga saat ada orang di sekitar kita sukses. Hari itu mungkin orang di sekitar kita yang sukses. Besok, kita akan dapat gilirannya. Tinggal dari diri kita sendiri saja. Mau hidup dengan hal standard, atau menginginkan perubahan.
"Doa, usaha, dan percaya."
Di dunia ini kan, satu profesi tidak hanya kita saja yang menyukainya, yang menggelutinya. Ada ribuan bahkan jutaan. Hal yang harus dilakukan ya... bersaing. Bersaing secara sehat, meningkatkan kualitas kemampuan kita dalam bidang tersebut agar semakin baik, tanpa harus saling menjatuhkan. Rejeki sudah ada yang mengatur.
Bersainglah secara sehat. Karena kalau kita curang, oke... hari ini kita sukses. Tapi kita tidak pernah tau hal apa yang akan membuat kita jatuh pada hari esok. Sudahlah, kita putus tali kecurangan dalam dunia pendidikan, dalam pencarian perekonomian. Hiduplah dengan hal-hal yang halal.
Jadi intinya sih gini..
Kamu punya cita-cita, saya juga punya cita-cita. Dan apalagi kebetulan cita-cita sama. Tidak perlulah, untuk saling menjatuhkan, menyombongkan diri bahwa kita lebih hebat dari dia. Mencoba untuk mempengaruhi kalau saya tidak bisa untuk meraih cita-cita, karena saya tidak mampu, secara ekonomi dan skill. Yang kamu lihat hari ini, saya seperti itu. Tapi besok? Siapa yang tau? Segala hal, berubah seiring perkembangan waktu.
Allah menciptakan kita dengan membawa porsi masing-masing. Tugas kita sebagai hamba, meningkatkan porsi kita agar lebih baik dan semakin membaik. Jika kita bisa mencapai porsi semakin membaik, jangan pernah lupa kalau semua itu terjadi karena kehendak Allah. Dan jangan pernah menyombongkannya. Mudah saja kita kehilangan apa yang dimiliki, jika kita menjadikan apa yang dimiliki sebagai sebuah kesombongan.
Sekian E-Motivasi dari saya. Jika ada kalimat yang kurang berkenan mohon dimaafkan. Mari kita menjadi generasi yang bermanfaat bagi orang lain, serta membawa perubahan untuk dunia.