Tiga Sisi Negatif Pernikahan yang Harus Diketahui
KAWACA.COM | Di antara banyak sisi positif dari pernikahan, ada juga sisi negatifnya. Demikianlah hidup, selalu ada dua sisi di dalamnya, serupa uang logam. Apa saja sisi negatif pernikahan? Menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Kimiyah Sa'adah ada tiga sisi negatif dalam pernikahan:
Pertama, pernikahan menyebabkan kekhawatiran, baik pada rezeki Allah, atau dosa yang akan dibalas di akhirat. Seorang suami kadang terpaksa mencari nafkah dari jalan yang haram untuk menghidupi keluarga, padahal dosa seperti ini tak dapat ditebus dengan perbuatan baik apapun. Nabi saw. bersabda bahwa pada hari kiamat akan ada laki-laki yang membawa tumpukan perbuatan baik setinggi gunung dan menempatkannya di dekat mizan (timbangan). Ketika ditanya: “Bagaimana kau menghidupi keluargamu?” ia tak bisa memberi jawaban yang memuaskan. Akibatnya, semua perbuatan baiknya dihapus dan dikatakan kepadanya: “Inilah orang yang keluarganya telah menelan semua perbuatan baiknya!”
Kedua, Pernikahan mengharuskan tanggung jawab atas istri dan anak-anak. Tanggung jawab dalam pernikahan tidaklah mudah. Bukan hanya tangung jawab dalam memberi nafkah, tetapi juga dalam memperlakukan istri dan anak-anak dengan baik. Pada tataran ini, banyak suami yang gagal.
Tentu saja, hanya orang yang bertabiat baik yang dapat memperlakukan keluarganya dengan baik dan sabar serta menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Memperlakukan keluarga dengan kasar atau mengabaikan mereka termasuk dosa besar. Nabi saw. bersabda, “Seseorang yang meninggalkan istri dan anak-anaknya adalah seperti budak yang lari. Sebelum ia kembali kepada mereka, puasa dan salatnya tidak akan diterima oleh Allah.”
Ringkasnya, karena semua manusia punya sifat-sifat rendah, orang yang tak bisa mengendalikan sifat-sifat itu tak layak memikul tanggung jawab untuk mengendalikan orang lain (menikah). Ketika seseorang menanyakan kenapa ia tidak menikah, Bisyr aliHafi menjawab; “Aku takut akan ayat Alquran yang berbunyi: ‘hak-hak wanita atas laki-laki persis sama dengan hak laki-laki atas wanita’.”
Ketiga, ketika urusan keluarga memalingkan seseorang dari mengingat Allah. Sering kali urusan keluarga menghalangi manusia untuk memusatkan perhatiannya kepada Allah dan akhirat. Sangat mungkin urusan keluarga akan menyeretnya ke jurang kehancuran kecuali ia berhati-hati. Allah telah berfirman, “Jangan sampai istri dan anak-anakmu memalingkanmu dari mengingat Allah.”
Orang yang berpikir bahwa dengan tidak menikah ia bisa menjalankan ibadah secara lebih baik, ia boleh membujang; dan orang yang takut terjatuh ke dalam dosa jika tidak menikah maka menikah menjadi jalan terbaik baginya.
Demikian tiga sisi negatif dari pernikahan. Hal ini diungkapkan bukan untuk menakuti orang yang akan atau untuk menikah. Namun hanya sebatas informasi pengetahuan yang –semoga- bermanfaat sebelum pernikahan itu terjadi. Setidak-tidaknya ini bisa menjadi alarm yang berguna bagi siapa saja.***