Puisi Pilihan Riyon Fidwar
Jalan Laut
bersama kami tempuh lautan ini
tak hujan, tak badai
kami bicara pada cuaca.
Haloban, 2018
Menenun
Kautenun puisi dari daun pandan
kauwarnai dengan gincu.
Di dalamnya kaugambar ombak,
api, kuda dan tombak.
Sementara di dalam hatimu
tak ada gambar sama sekali.
Gosong Telaga, 2019
Gosong Telaga
Daerah pinggir pantai yang membentang sebelah utara
Kota Singkil. Di mana mata angin meniupkan batas sejarah
Pulau Birahan dan Pulau Panjang
Tempat singgah orang nelayan atau musafir
Yang ingin menuju Barus dan Sibolga.
Sungai dan ombak adalah dua tempat yang berseberangan
Dan di tengahnya kampung itu berdiri, seperti hakim
Yang mengadili dua pesakitan. Atau saksi yang memutuskan
Dua permasalahan yang tak kunjung putus.
Di sungai yang tenang orang menyelam lokan
Di pantai yang lengang orang mendirikan tenda
Di hutan yang lapang orang bertanam kelapa (sawit)
Antara orang datang dan pribumi
Sudah tidak bisa dibedakan lagi
Antara satu sama lain.
Gosong Telaga, 16022019
Buntu
Tak ada jalan selain keluar dari kampung halaman
Sebab di rantau keakraban mudah didapat.
Lawan dengan mudah menjadi kawan
Sementara kawan tetap menjadi kerabat.
Ini memang sangat sulit
Tapi biarlah ini menjadi keputusan.
Gosong Telaga, 17022019
Ayunan
Di mata anakku
Matahari membuka cahaya
Masuk hingga ke bilik-bilik yang paling kelam
Tangisannya tidak lagi mengacaukan barisan semut hitam
Di tangan anakku
Tergengggam pisau
Dengan dua matanya:
Mata yang satu bermata saga
Yang siap menembus uluhatiku
Atau uluhatinya.
Mata yang satu
Bermata hitam sekelam malam
Yang sewaktu-waktu mengurungku
Atau mengurungnya
Di mulut anakku
Sumpah menyudahi kehidupan
Bukan ‘janji’ yang disakralkan
Sebab hidup ini berpijak
Pada sumpah sejek dari liang rahim
Hingga ke liang tanah
Di perut anakku
Debur ombak menyala-nyala
Menghamburkan gelisah ayah-bunda
Dan anakku
Belum juga terlelap sejauh ini
Sementara bunda
Sudah lelah bernyanyi
Dan terperangkap oleh sunyi kantuk yang dingin
Anakku dalam ayunan
Tak merengek tapi tak terlelap
Entah apa yang dipikirkannya
Namun sesekali tersenyum
Dengan kelucuan yang indah
Di pinggang anakku
Terlilit harapan untuk muda belia
Yang sudah disumpahnya
Dulu
Seperti ular melingkar
Yang tak mampu menelan ujung ekornya
Di kaki anakku
Duri mengintai dari berbagai arah
Namun pilihan ada
Padamu bukan pada yang lain.
Gosong Telaga, 19022019
Sejak Tinggal Di sini
Sejak tinggal di sini
matahari seakan terasa dekat
Tapi malam semakin cepat
Angin mengendus dari mana saja
Membawa segala awan
Lalu menurunkan hujan
Dan pelangi
Sunyi tidak pernah bergeming dari mataku
Sementara engkau menyiksa dalam batinku
Menyesak di uluhatiku
Seakan aku adalah orang lain bagimu
Padahal engkau tahu
Aku adalah kawanmu
Sejak tinggal di sini
Aku memutuskan untuk tidak lagi
Mengenal sesiapa
Matilah segala bentuk rupa
Yang dahulu pernah menjadi kawan.
Gosong Telaga, 19022019
Biodata:
Riyon Fidwar lahir di Haloban 27 Agustus. Sekarang tinggal di Gosong Telaga, Aceh Singkil sambil terus menulis.
Kontak:
e-mail : riyonfidwar@gmail.com
Hp : 082304592183