Merayakan Kelahiran Alarm Sunyi - Choirun Nisak
Oleh Choirun Nisak
Saya pertama kali mengenal penyair Emi Suy lewat twitter. Saat itu saya mengagumi puisi-puisi nya yang hanya memuat 140 karakter huruf saja, tetapi dia berhasil membuat puisi yang pendek itu syarat dengan makna.
Kini saya turut berbangga dan gembira atas kelahiran buku keduanya "Alarm Sunyi". Alarm identik dengan bunyi yang keras/nyaring sebagai bentuk penanda atau pengingat. Sedangkan sunyi identik dengan sepi, hening, bahkan tak ada bunyi. Dua hal yang begitu berbeda dan sangat kontras namun mengundang penasaran kita untuk membacanya.
Membaca Alarm Sunyi; dari beberapa puisi di dalamnya saya menangkap ada rindu yang pekat yang di sembunyikan si penyair ke dalam sunyi. Mungkin si penyair ingin membuat penanda atau pengingat bagi orang yang dicintainya, betapa ia kerap dan lekat dengan sunyi untuk terus menabung rindu untuknya. Begitu kiranya yang saya tangkap dan rasa setelah saya membaca keseluruhan Alarm Sunyi. Jika kalian ingin tahu apa warna rindu? Silahkan baca buku ini. Disini rindu disajikan secara apik oleh si penyair. Tidak melulu tentang sedih, gundah tapi rindu diungkapkan juga dengan bahagia lewat diksi yang tak rumit namun begitu menarik.
Dan karena saya mengenal si penyair lewat twitter, saya juga ingin merayakan kelahiran Alarm Sunyi dengan berbagi kebahagiaan untuk para pecinta puisi. Saya bekerja sama dengan salah satu akun penggiat puisi Alarm Sunyi. Diharapkan langkah ini turut menggaungkan kecintaan membaca dan menulis kita.
Akhirnya saya ucapkan selamat atas kelahiran "Alarm Sunyi, " seperti pesan penyair kepada saya semoga buku ini memberi manfaat dan menginspirasi. Salam literasi.***
Saya pertama kali mengenal penyair Emi Suy lewat twitter. Saat itu saya mengagumi puisi-puisi nya yang hanya memuat 140 karakter huruf saja, tetapi dia berhasil membuat puisi yang pendek itu syarat dengan makna.
Kini saya turut berbangga dan gembira atas kelahiran buku keduanya "Alarm Sunyi". Alarm identik dengan bunyi yang keras/nyaring sebagai bentuk penanda atau pengingat. Sedangkan sunyi identik dengan sepi, hening, bahkan tak ada bunyi. Dua hal yang begitu berbeda dan sangat kontras namun mengundang penasaran kita untuk membacanya.
Membaca Alarm Sunyi; dari beberapa puisi di dalamnya saya menangkap ada rindu yang pekat yang di sembunyikan si penyair ke dalam sunyi. Mungkin si penyair ingin membuat penanda atau pengingat bagi orang yang dicintainya, betapa ia kerap dan lekat dengan sunyi untuk terus menabung rindu untuknya. Begitu kiranya yang saya tangkap dan rasa setelah saya membaca keseluruhan Alarm Sunyi. Jika kalian ingin tahu apa warna rindu? Silahkan baca buku ini. Disini rindu disajikan secara apik oleh si penyair. Tidak melulu tentang sedih, gundah tapi rindu diungkapkan juga dengan bahagia lewat diksi yang tak rumit namun begitu menarik.
Dan karena saya mengenal si penyair lewat twitter, saya juga ingin merayakan kelahiran Alarm Sunyi dengan berbagi kebahagiaan untuk para pecinta puisi. Saya bekerja sama dengan salah satu akun penggiat puisi Alarm Sunyi. Diharapkan langkah ini turut menggaungkan kecintaan membaca dan menulis kita.
Akhirnya saya ucapkan selamat atas kelahiran "Alarm Sunyi, " seperti pesan penyair kepada saya semoga buku ini memberi manfaat dan menginspirasi. Salam literasi.***