Berdoa Lebih Keras, Berusaha Lebih Keras
KAWACA.COM | Mahbubi Ali, adalah alumni STEI Tazkia tahun 2008 sebagai angkatan ke V, salah satu penerima Beasiswa Program INCEIF (The International Centre for Education in Islam Finance), Malaysia dan kini aktif di ISRA (The International Shariah Research Academy). Berikut hasil wawancara dengan beliau beberapa waktu lalu:
Apa yang membuat Anda bisa menjadi seperti saat ini?
Determinasi! Jadi kita harus memiliki tekad dan kesungguhan yang luar biasa untuk meraih mimpi yang kita cita-citakan. Bahwa sebenarnya ketika kita memiliki keinginan dan kita berusaha untuk mencapai keinginan itu Allah akan membukan jalan. Karena itu bagi saya kunci utama seseorang itu bisa sampai pada titik tertentu adalah di samping doa; baik dari dari kita, orang tua, guru-guru, kita juga harus punya kesugguhan dan tekad yang kuat dan usaha yang luar biasa untuk mimpi itu. Itulah yang disebut determinasi. Karena kegagalan sebenarnya bukan kita tidak mampu untuk mencapai apa yang kita inginkan, tetapi kurangnya usaha dan keyakinan.
Apa yang menjadi motivasi utama Anda?
Saya lahir dan besar di keluarga yang sangat sederhana, sehingga saya merasakan betapa tidak enaknya hidup dengan penuh kekurangan. Akhirnya saya bertekad untuk merubah nasib, itu yang pertama. Kedua adalah saya anak tertua di keluarga, oleh karena itu saya harus bisa memberi contoh kepada adik-adik saya bagaimana meraih cita-cita, bagaimana belajar, dan bagaimana membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai kalau kita bersungguh-sungguh. Selain itu, di kampung juga ada pesantren, sedikit banyak orang kampung melihat saya, oleh karena itu saya harus memberi contoh bagi mereka untuk memiliki keberanian merubah nasib menjadi lebih baik.
Sebagai alumni dan mahasiswa terbaik STEI Tazkia, apa yang Anda peroleh sebagai bekal?
Iya, sebenarnya background saya adalah murni syariah. 10 tahun saya di pesatren dan hampir seluruh hidup saya sebelum masuk Tazkia saya dedikasikan untuk belajar agama atau syariah hingga hampir tidak pernah belajar ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu ketika saya masuk Tazkia, saya diajarkan 80% ilmu finance, business, banking, management dan lain sebagainya yang berbau umum, dan itu bertolak belakang dengan latar belakang saya sebelumnya. Memang awalnya sangat susah dan merasa bahwa itu bukan dunia saya, tapi lama-lama saya berusaha menikmati kombinasi ilmu syariah dengan ilmu finance tersebut. Itulah kemudian yang menjadikan saya pribadi yang memudahkan saya untuk berinteraksi dengan orang-orang dengan latar belakang berbeda, baik dengan orang syariah atau pun para praktisi keuangan.
Apa komentar Anda tentang perkembangan STEI Tazkia saat ini?
Saat ini sudah baik dan bagus, namun ada beberapa hal yang bisa diperbaiki, misalnya pengenalan isu-isu. Sebab kalau kita lihat dari mata kuliah yang ada itu lebih banyak text book, teori-teori yang tidak banyak menyentuh aspek operasional. Oleh karena itu mungkin bisa ada masukan untuk aspek-aspek yang lebih operasional, seperti isu-isu perbankan syariah, aspek operasional dalam investasi dan sebagainya. Selain itu memperbanyak dosen dari praktisi, atau memperbanyak diskusi-dsikusi dengan mendatangkan praktisi untuk memberikan industry talk dan sebagainya, sehingga mahasiswa bisa expose dengan isu-isu kekinian dan tidak terjadi gap yang terlalu besar antara dunia akademik dan dunia praktisi. Karena pada akhirnya ilmu yang kita dapatkan di Tazkia bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan syariah compliance dan operasional di Lembaga Keuangan Syariah. Selain itu, pembelajaran terkait syariah bisa diperbanyak lagi, seperti ushul fiqh, fiqh muamalat, juga bisa diusulkan pelajaran islamic law contract yang khusus membahas akad dan aplikasi dalam lembaga keuangan syariah sehingga bisa lebih spesifik.
Barangkali Anda punya pesan kepada mahasiswa STEI Tazkia saat ini?
Kita menjadi mahasiswa Tazkia bukan karena kebetulan, masih banyak orang yang mungkin lebih layak dan berhak untuk menjadi mahasiswa Tazkia untuk mempelajari Islamic finance dengan utuh dan baik. Tetapi kenapa kita yang dipilih untuk masuk Tazkia? Jangan-jangan Allah menginginkan kita untuk menjadi bagian dari perjuangan membumikan Ekonomi Islam di Indonesia atau di belahan bumi lainnya. Oleh karena itu kita harus bersyukur dan menjadikan ini sebagai amanah dari Allah, kalau ini adalah destiny, ketentuan Allah, kepercayaan yang Allah berikan kepada kita. Maka kita harus menjaga itu semua dengan cara belajar lebih baik, lebih keras dan juga berdoa lebih keras. Jangan lupa kita punya mimpi. Punya orang-orang tercinta, punya masyarakat yang menunggu kita.
---Hasil Wawancara: Ahlis Fathoni dan Nasr Akbar