Budayaku Lestari, Bangsaku Abadi - Anisa Ratih Pratiwi
oleh Anisa Ratih Pratiwi
Ironisnya, saat ini banyak budaya Indonesia yang mulai sirna karena tidak dilestarikan sehingga orang-orang tidak mengenal lagi. Bahkan, tidak sedikit dari budaya Indonesia yang diklaim oleh bangsa lain, seperti lagu “Rasa Sayange”, reog, tari Pendet, gamelan, dan motif batik (Roby Darisandi, 2014). Setelah adanya kasus klaim budaya ini, barulah Indonesia berkicau mempermasalahkannya. Selama ini kita ke mana saja? Setelah ada masalah, kalian baru muncul untuk mengakui bahwa budaya itu milik Indonesia.
Hal lain yang perlu diberi perhatian khusus saat ini yakni munculnya generasi muda yang lebih mencintai budaya asing dari luar negeri daripada budaya negeri sendiri. Saat ini banyak anak kecil sampai dengan remaja bergaya kebarat-baratan. Mereka lebih hafal lagu luar negeri daripada lagu daerah Indonesia. Keadaan ini muncul karena banyaknya anak kecil yang sudah diberi gadget sehingga dia bisa mengakses budaya dari luar dan mencoba untuk menirukannya. Bahkan, orang tua masa kini akan lebih bangga bila anaknya bisa menirukan tarian modern daripada tari tradisional yang dianggap jadul dan tidak keren.
Pada gambar di atas dapat dilihat tampilan anak muda masa kini justru terlihat tidak rapi dan tidak mencerminkan jati diri bangsa Indonesia. Hal ini termasuk penjajahan bangsa secara tidak langsung. Lantas bagaimana kondisi budaya asli Indonesia di masa depan apabila generasi mudanya saja sudah tidak mau untuk melestarikan budayanya? Hilang dan tidak membekas merupakan hal buruk yang akan terjadi pada budaya Indonesia bila hal itu terus-menerus dibiarkan. Oleh karena itu, diperlukan solusi, salah satunya dengan mengoptimalkan pendidikan karakter dan budaya kepada generasi penerus bangsa Indonesia.
Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk mengoptimalkan pendidikan karakter dan budaya, khususnya dalam menanamkan nilai-nilai luhur dan melestarikan budaya Indonesia. Beberapa contoh cara mengoptimalkannya yakni sebagai berikut.
1. Duta budaya.
Setiap sebelum memulai pelajaran, hendaknya ada seorang atau sekelompok siswa yang mempresentasikan/ menceritakan kebudayaan yang ada di suatu daerah. Hal itu dapat meningkatkan minat baca siswa karena siswa tersebut tentu harus mencari informasi mengenai kebudayaan yang dipresentasikan. Diharapkan siswa juga membawa foto cetak untuk ditunjukkan kepada teman-temannya. Siswa lain diharapkan memperhatikan dan mencatat poin pentingnya pada buku khusus. Setelah selesai presentasi, foto yang dibawa oleh siswa tadi akan ditempelkan ke sebuah papan khusus pengenalan budaya bangsa Indonesia yang disediakan pada masing-masing kelas. Pada akhir pelajaran, dilakukan review atau mengulas kembali budaya yang telah dipresentasikannya pagi tadi. Dari sini diharapkan siswa akan lebih kuat daya ingatnya. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan seluruh budaya nusantara kepada generasi muda Indonesia sedini mungkin.
2. Satu hari berbahasa daerah dan membuat slogan-slogan berbahasa daerah.
Satu hari berbahasa daerah yakni hari seluruh percakapan dilakukan dengan menggunakan bahasa daerah. Hal ini bisa dilakukan dengan kerja sama antara sekolah dan keluarga. Dari sini generasi muda diharapkan bisa terbiasa menggunakan bahasa daerah. Jangan sampai generasi salah dalam memilih kata ketika berbicara sehingga dianggap tidak memiliki sopan santun. Selain itu, slogan-slogan dengan bahasa daerah juga perlu dibuat, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat, misalnya membuat slogan dengan menggunakan aksara Jawa. Hal tersebut akan melatih generasi muda dalam mengenali aksara Jawa. Membuat slogan dengan paribasan akan mengenalkan generasi muda tentang peribahasa Jawa. Pengenalan ini akan lebih efektif dalam menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda karena dimulai dari melihat, mendengar kemudian mempraktikkannya.
3. Membuat komunitas studi budaya.
Bila ada komunitas K-Pop (Korean Pop) atau pecinta musik pop Korea, kita jangan kalah. Kita harus memiliki komunitas studi budaya yang akan mempelajari lebih lanjut tentang budaya bangsa Indonesia. Orang mengatakan, “Rasa cinta pada suatu hal akan timbul apabila kita mengetahui dan memahami hal tersebut.” Begitu pula dengan budaya bangsa Indonesia. Apabila generasi muda tidak tahu bagaimana jalan cerita wayang, bagaimana mungkin mereka akan suka dan mencintai wayang. Apabila generasi muda tidak tahu arti gerakan pada tarian tradisional, bagaimana mungkin mereka akan menyukai dan mencintai tarian tersebut. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa perlu pengenalan terlebih dahulu untuk menumbuhkan rasa cinta. Untuk mengenalkan cerita wayang diperlukan campur tangan guru bahasa Jawa dengan memaparkan cerita pada pewayangan. Dalam upaya pelestarian tarian tradisional perlu guru seni tari untuk mengenalkan makna dari setiap gerakannya. Begitu juga, dengan kebudayaan lainnya. Siswa yang sudah tahu maknanya diminta untuk melihat pagelaran wayang, tarian atau budaya lainnya. Setelah melihat, mereka diminta untuk menceritakan maknanya. Agar lebih mendalami maknanya, mereka harus maju mempraktikkannya. Ini merupakan tahapan yang panjang, tetapi dari tahapan ini pula akan timbul daya ingat yang luar biasa pada generasi muda terhadap budaya bangsa.
4. Sanggar kesenian.
Perlu ada pelatihan (ekstrakurikuler) kesenian daerah. Misalnya karawitan, tari daerah, ukir, dan membatik. Di sanggar inilah tempat pembelajaran muatan lokal akan dilaksanakan. Setiap mengikuti pelatihan di sanggar kesenian, siswa diharapkan mampu menghasilkan produk yang akan dipamerkan pada pagelaran budaya. Pagelaran budaya ini diadakan tiap akhir semester. Tujuan didirikannya sanggar kesenian ini yakni mewadahi minat siswa di bidang seni dan sebagai tempat proses belajar mengajar pelajaran muatan lokal.
5. Festival budaya.
Suatu kegiatan akan lebih bermakna pada orang yang melakukannya apabila ada suatu apresiasi yang diberikan kepada orang tersebut. Hal itu juga berlaku pada generasi bangsa Indonesia agar mereka mau melestarikan budaya Indonesia. Salah satu bentuk apresiasi yang diberikan yakni meminta generasi muda untuk menampilkan budaya bangsa di dalam suatu acara festival budaya. Festival ini diadakan oleh sekolah masing-masing setiap enam bulan sekali. Pada acara festival budaya tersebut setiap siswa akan menampilkan kebolehannya di panggung. Mereka akan diberi hadiah atau penghargaan setelah tampil sebagai wujud apresiasi. Festival budaya ini terbuka untuk masyarakat luas. Hal itu dimaksudkan agar proses pengenalan budaya bangsa tidak hanya tertuju pada generasi muda saja, tetapi juga pada generasi tua yang sudah mulai melupakan budaya bangsanya. Adanya kegiatan ini dapat memberikan semangat lebih kepada generasi muda untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia.
6. Rutin menyanyikan lagu wajib nasional dan lagu daerah.
Setelah pulang sekolah, siswa menyanyikan sebuah lagu wajib nasional dan sebuah lagu daerah. Hal ini ditujukan agar siswa akrab dan bisa menyanyikan lagu wajib nasional ataupun lagu daerah. Jangan sampai siswa tidak hafal lagu “Indonesia Raya”, tapi justru hafal lagu negara lain misalnya lagu Korea.
7. Membuat pelajaran sejarah dan PKn. lebih menarik.
Guru pelajaran sejarah seharusnya bisa mengemas pelajaran sejarah bangsa Indonesia dengan lebih menarik. Dengan demikian, siswa diharapkan tidak bosan dan bisa memahami sejarah bangsa ini serta tidak melupakan budaya yang ada di Indonesia. Pelajaran PKn. seharusnya bisa mentransfer nilai-nilai budi pekerti luhur dan meningkatkan rasa cinta pada tanah air sehingga diharapkan siswa akan lebih mencintai budaya bangsa.
8. Budaya gotong royong.
Gotong royong ini dilakukan tiap seminggu sekali di sekolah. Wujud dari kegiatan ini yaitu membersihkan sekolahan, merawat tanaman, dan menghias sekolahan agar lebih menarik dan menciptakan suasana nyaman untuk digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Tujuannya yakni untuk menanamkan pada siswa bahwa gotong royong itu merupakan budaya bangsa Indonesia yang telah lama dilakukan dan harus dilestarikan. Hal tersebut seperti dinyatakan oleh Ir. Soekarno. Dengan tegas beliau di depan peserta sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 menyatakan, “Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong-royong”.” Alangkah hebatnya! Negara Gotong-Royong!”(Swara Mahardhika, 2014). Jadi, jelas jika budaya gotong royong ini harus terus dipertahankan untuk menjaga ciri khas bangsa Indonesia. Budaya gotong-royong ini juga diharapkan mampu menumbuhkan rasa toleransi, meningkatkan solidaritas dan jiwa sosial yang tinggi.
9. Budaya tegur sapa.
Tegur sapa merupakan kebiasaan masyarakat yang kini mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Padahal, tegur sapa itu bisa menghilangkan segala prasangka buruk terhadap orang lain, menambah keakraban antarwarga masyarakat, dan menunjukkan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Saat ini budaya itu hilang sejak adanya gadget. “Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat,” kata orang tentang gadget. Dengan membudidayakan budaya tegur sapa ini, diharapkan bisa menciptakan generasi menunduk bukan karena gadget, melainkan karena saling menyapa.
10. Diskusi budaya.
Seminggu sekali di setiap kelas diadakan diskusi budaya. Diskusi ini membicarakan budaya daerah Indonesia masa kini. Pada diskusi tersebut guru diharapkan dapat memantik diskusi sehingga bisa berjalan dengan baik dan dapat menggugah siswa untuk bersikap kritis dan peduli terhadap budaya Indonesia. Misalnya berdiskusi tentang adanya klaim budaya Indonesia oleh negara lain.
11. Pemainan daerah.
Permainan daerah juga merupakan salah satu budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, permainan daerah perlu untuk diperkenalkan kepada anak-anak agar tetap lestari. Salah satu cara mengenalkannya yakni sekolah menyediakan berbagai macam permainan daerah. Harapannya dengan adanya permainan daerah ini bisa mengalihkan perhatian siswa dari gadget saat istirahat berlangsung. Dampak negatif gadget harus segera diatasi karena bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Jangan sampai generasi ini tidak memiliki rasa kebersamaan yang tinggi dengan sesama temannya karena hal itu bisa merusak persatuan dan kesatuan negara ini.
12. Kunjungan ke museum.
Sekali dalam setahun hendaknya diadakan kunjungan ke museum. Kunjungan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan siswa tentang peninggalan prasejarah bangsa Indonesia. Kata Ir. Soekarno, Jas merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah” (Ita Lismawati F. Malau dan Amal Nur Ngazis, 2013). Oleh karena itu, perlu mengenalkan hasil budaya terdahulu pada generasi muda agar budaya tersebut tidak dilupakan dan ditinggalkan. Dari masa lalu kita akan menjadi orang yang lebih bijak jika mampu belajar dari pengalaman.
Kebudayaan merupakan aset terpenting dari suatu bangsa karena itu merupakan jati diri suatu bangsa dan bisa menjadi kebanggaan bagi masyarakatnya. Begitu pula dengan budaya Indonesia. Mulai lunturnya budaya bangsa Indonesia merupakan ancaman besar yang harus diselesaikan. Cara untuk menyelesaikannya yakni dengan mengoptimalkan pendidikan karakter dan budaya. Upaya pengoptimalan ini bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu duta budaya; satu hari berbahasa daerah; membuat slogan-slogan berbahasa daerah; membuat komunitas studi budaya; sanggar kesenian; festival budaya; rutin menyanyikan lagu wajib nasional dan lagu daerah; membuat pelajaran sejarah dan PKn. lebih menarik; membudayakan gotong royong; tegur sapa; diskusi budaya; permainan tradisional; dan melakukan kunjungan ke museum. Ada atau tidaknya suatu bangsa bergantung pada ada tidaknya budayanya. Oleh karena itu, budaya Indonesia harus dilestarikan agar bangsa Indonesia abadi.
Daftar Pustaka
Mahardhika, Swara. 2014. Memahami Makna Gotong Royong. Diakses dari kompasiana.com pada tanggal 20 Maret 2017 pukul 19.34.
Malau, Ita Lismawati F. dan Amal Nur Ngazis. 2013. Guruh Luruskan Istilah “Jas Merah” dan “Sukarno-Hatta”. Diakses dari nasional.news.viva.co.id tanggal 21 Maret 2017 pukul 7.22.
GarudaId. Berapa Sih Jumlah Suku Di Indonesia? Diakses dari kitabangga.com tanggal 2 Mei 2017 pukul 18.34.
Darisandi, Roby. 2014. 33 Kebudayaan diklaim Negara Asing! Segera Patenkan Aneka Ragam Kebudayaan Indonesia. Diakses dari change.org pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 20.13
________
Sumber: Menyelamatkan Bahasa Indonesia (Antologi Esai Karya Pemenang dan Karya Pilihan Lomba Penulisan Esai bagi Remaja Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017), Penyunting: Dwi Atmawati, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 2017.