Yang Terlupa dari Dunia Pendidikan - Paulus Bagus Sugiyono
oleh Paulus Bagus Sugiyono
Perkembangan revolusi industri sudah mencapai titik industri 4.0. Tidak bisa dipungkiri, revolusi ini masuk dan menelusup ke dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah dunia pendidikan. Bagaimana pengaruh revolusi ini terhadap dunia pendidikan? Bagaimana para calon guru harus mempersiapkan diri untuk menghadapi revolusi ini?
Bernard Marr, dalam situs Forbes, menjelaskan secara sederhana bahwa revolusi industri 4.0 melanjutkan apa yang telah dimulai dan dilakukan oleh revolusi industri 3.0 dengan teknologi komputer dan otomatisasi mesin. Revolusi industri 4.0 mencoba mengembangkan kedua hal itu dengan sistem pintar yang dikerjakan dengan data-data yang diolah oleh mesin. Komputer-komputer saling terkoneksi satu sama lain untuk saling berbagi dan mengolah data. Alhasil, keputusan-keputusan dibuat tanpa perlu banyak campur tangan manusia.
Salah satu contoh konkret penerapan revolusi industri ini dalam dunia pendidikan adalah penggunaan cloud sebagai tempat menyimpan data-data pelajaran, entah itu materi ajar, soal-soal tugas dan ulangan, serta hasil pekerjaan para murid. Revolusi industri ini memangkas bukan hanya ruang, tetapi juga waktu. Para guru tidak perlu lagi bersusah payah menunggui hasil kerja murid dan membaca tulisan tangan yang kadangkala sulit dibaca. Para murid dapat mengumpulkan tugas mereka dalam cloud dan para guru dapat memeriksa tugas kapanpun dan di manapun mereka berada. Menurut hemat saya, harus diakui bahwa revolusi industri 4.0 membawa dampak yang cukup baik bagi proses belajar dan mengajar di sekolah.
Lantas, apa yang perlu disiapkan para calon guru untuk menghadapi revolusi yang demikian masifnya ini? Saya berpendapat bahwa ada dua hal yang secara fundamental perlu disiapkan oleh para mahasiswa calon guru saat ini. Pertama, keterampilan praktis menggunakan teknologi yang semakin maju. Kemajuan teknologi komputer yang masuk ke dunia pendidikan tidak akan membawa pengaruh signifikan selama sumber daya manusianya tidak pernah beradaptasi dengannya. Dengan demikian, menjadi semakin jelas bahwa para mahasiswa calon guru tidak boleh alergi dengan teknologi komputer yang masuk ke dalam dunia pendidikan.
Kedua, mengenai kebersentuhan dengan para murid secara personal. Hal yang kedua inilah yang menurut saya kerap kali dilupakan oleh para guru di era kecanggihan teknologi saat ini. Para guru boleh saja memiliki keterampilan menggunakan pelbagai fitur teknologi di kelas, meminta murid mengumpulkan tugas melalui surat elektronik, dan sebagainya. Akan tetapi, apakah para guru tetap dengan sungguh menjalankan tugasnya sebagai pendamping para murid?
Apa artinya hal ini? Terkadang, tulisan tangan yang tidak rapi menyiratkan sesuatu hal tentang kepribadian seorang murid. Atau, interaksi langsung dalam tatapan wajah satu per satu menjadi hal yang rentan hilang ketika kecanggihan teknologi masuk ke dalam kelas. Cerita-cerita langsung dari bibir para guru dengan mudahnya tergantikan video-video menarik yang diambil dari internet. Sejauh mana kebersentuhan dengan murid secara personal tetap diperjuangkan?
Pendidikan yang baik selalu bersifat cura personalis. Guru sungguh mengenal pergulatan murid yang didampinginya. Pergulatan inilah yang dikenal dalam perjumpaan langsung di antara keduanya. Apabila revolusi industri 4.0 tidak membuka ruang bagi terciptanya hal ini, sungguhkah ia mengajak kita ke arah pendidikan yang sejati? Mampukah para calon guru menyiapkan diri dan hati untuk tetap bermain cantik di antara tegangan kemajuan teknologi dan sentuhan personal pada murid?
DAFTAR PUSTAKA:
Marr, Bernard. “What is Industry 4.0? Here’s a Super Easy Explanation for Anyone.” https://www.forbes.com/sites/nvidia/2018/11/19/ai-innovators-learn-how-this-researcher-discovered-the-benefits-of-ai-in-radiology/#39c21ab54d1d. Diakses tanggal 3 Desember 2018, pukul 14.40 WIB.
Tjaya, Thomas Hidya. Enigma Wajah Orang Lain. Jakarta: Penerbit KPG, 2012.
*Penulis, dan tinggal di Jakarta
Perkembangan revolusi industri sudah mencapai titik industri 4.0. Tidak bisa dipungkiri, revolusi ini masuk dan menelusup ke dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah dunia pendidikan. Bagaimana pengaruh revolusi ini terhadap dunia pendidikan? Bagaimana para calon guru harus mempersiapkan diri untuk menghadapi revolusi ini?
Bernard Marr, dalam situs Forbes, menjelaskan secara sederhana bahwa revolusi industri 4.0 melanjutkan apa yang telah dimulai dan dilakukan oleh revolusi industri 3.0 dengan teknologi komputer dan otomatisasi mesin. Revolusi industri 4.0 mencoba mengembangkan kedua hal itu dengan sistem pintar yang dikerjakan dengan data-data yang diolah oleh mesin. Komputer-komputer saling terkoneksi satu sama lain untuk saling berbagi dan mengolah data. Alhasil, keputusan-keputusan dibuat tanpa perlu banyak campur tangan manusia.
Salah satu contoh konkret penerapan revolusi industri ini dalam dunia pendidikan adalah penggunaan cloud sebagai tempat menyimpan data-data pelajaran, entah itu materi ajar, soal-soal tugas dan ulangan, serta hasil pekerjaan para murid. Revolusi industri ini memangkas bukan hanya ruang, tetapi juga waktu. Para guru tidak perlu lagi bersusah payah menunggui hasil kerja murid dan membaca tulisan tangan yang kadangkala sulit dibaca. Para murid dapat mengumpulkan tugas mereka dalam cloud dan para guru dapat memeriksa tugas kapanpun dan di manapun mereka berada. Menurut hemat saya, harus diakui bahwa revolusi industri 4.0 membawa dampak yang cukup baik bagi proses belajar dan mengajar di sekolah.
Lantas, apa yang perlu disiapkan para calon guru untuk menghadapi revolusi yang demikian masifnya ini? Saya berpendapat bahwa ada dua hal yang secara fundamental perlu disiapkan oleh para mahasiswa calon guru saat ini. Pertama, keterampilan praktis menggunakan teknologi yang semakin maju. Kemajuan teknologi komputer yang masuk ke dunia pendidikan tidak akan membawa pengaruh signifikan selama sumber daya manusianya tidak pernah beradaptasi dengannya. Dengan demikian, menjadi semakin jelas bahwa para mahasiswa calon guru tidak boleh alergi dengan teknologi komputer yang masuk ke dalam dunia pendidikan.
Kedua, mengenai kebersentuhan dengan para murid secara personal. Hal yang kedua inilah yang menurut saya kerap kali dilupakan oleh para guru di era kecanggihan teknologi saat ini. Para guru boleh saja memiliki keterampilan menggunakan pelbagai fitur teknologi di kelas, meminta murid mengumpulkan tugas melalui surat elektronik, dan sebagainya. Akan tetapi, apakah para guru tetap dengan sungguh menjalankan tugasnya sebagai pendamping para murid?
Apa artinya hal ini? Terkadang, tulisan tangan yang tidak rapi menyiratkan sesuatu hal tentang kepribadian seorang murid. Atau, interaksi langsung dalam tatapan wajah satu per satu menjadi hal yang rentan hilang ketika kecanggihan teknologi masuk ke dalam kelas. Cerita-cerita langsung dari bibir para guru dengan mudahnya tergantikan video-video menarik yang diambil dari internet. Sejauh mana kebersentuhan dengan murid secara personal tetap diperjuangkan?
Pendidikan yang baik selalu bersifat cura personalis. Guru sungguh mengenal pergulatan murid yang didampinginya. Pergulatan inilah yang dikenal dalam perjumpaan langsung di antara keduanya. Apabila revolusi industri 4.0 tidak membuka ruang bagi terciptanya hal ini, sungguhkah ia mengajak kita ke arah pendidikan yang sejati? Mampukah para calon guru menyiapkan diri dan hati untuk tetap bermain cantik di antara tegangan kemajuan teknologi dan sentuhan personal pada murid?
DAFTAR PUSTAKA:
Marr, Bernard. “What is Industry 4.0? Here’s a Super Easy Explanation for Anyone.” https://www.forbes.com/sites/nvidia/2018/11/19/ai-innovators-learn-how-this-researcher-discovered-the-benefits-of-ai-in-radiology/#39c21ab54d1d. Diakses tanggal 3 Desember 2018, pukul 14.40 WIB.
Tjaya, Thomas Hidya. Enigma Wajah Orang Lain. Jakarta: Penerbit KPG, 2012.
*Penulis, dan tinggal di Jakarta