Isra Mikraj, Perintah Salat, dan Saran Musa
Hutbah
bin Khalid, Hammam bin Yahya, Qotadah telah menceritakan kepada kami dari Anas
bin Malik, Malik bin Sha’sha’ah r.a. bahwa Nabi Muhammad saw. bercerita
tentang perjalanan isra dan mikraj. Rasulullah saw. bersabda: “Ketika
aku sedang berbaring di kamar (Hathiim), tiba-tiba datang seseorang, lalu dia
berkata-kata kepada temannya yang di tengah, Maka keduanya mendatangiku dan
(yang seorang) membedah dadaku, hatiku dikeluarkan. Kemudian, didatangkan
sebuah cawan dari emas penuh berisi keimanan dan hikmah. Maka, hatiku dibasuh,
lalu diisi (dengan iman dan hikmah) dan kemudian dikembalikan lagi ke tempat
semula.
Setelah
itu,
didatangkanlah seekor tunggangan berwarna putih, lebih rendah dari baghal dan
lebih tinggi dari keledai.” Al-Jarud bertanya (kepada Anas): “Adakah itu
yang dikatakan sebagai Buraq wahai Abu Hamzah (Anas)?". “Ya, dan
tunggangan itu mampu meletakkan kakinya untuk melangkah sejauh ujung pandangan
matanya.”
Rasulullah
melanjutkan kisahnya: “Setelah aku dinaikkan ke atas Buraq itu,
Jibril berangkat membawaku sampai ke langit dunia. Manakala Jibril meminta
dibukakan pintu langit, terdengar suara bertanya: “Engkau siapa?”. “Jibril,” jawabnya. “Engkau
bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit. “Muhammad,” jawab
Jibril. Penjaga pintu langit pertama bertanya: “Adakah dia diutus (untuk dinaikkan ke langit untuk menghadap
Allah)? “Ya,” jawab
Jibril. Sambil membuka pintu langit, penjaganya berkata: “Selamat
datang, sungguh amat mulia tamu yang datang". Setelah
masuk, ternyata di sana aku bertemu dengan Nabi Adam a.s..
(Rasulullah saw. meneruskan kisahnya): “Ini
adalah ayahmu Adam, ucapkanlah salam untuknya,” Jibril
memberitahuku. Aku ucapkan salam dan beliau pun menjawab salamku seraya
berkata: “Selamat datang anak yang saleh dan nabi yang
saleh.”
Kemudian
kami dibawa lagi naik ke langit kedua. Manakala Jibril meminta dibukakan pintu
langit, terdengar suara bertanya: “Engkau siapa?” “Jibril,” jawabnya. “Engkau
bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit kedua.”Muhammad,” jawab
Jibril. Dia bertanya lagi: “Adakah
dia diutus (untuk dinaikkan ke langit untuk menghadap Allah)?” “Ya,” jawab Jibril.
Setelah pintu langit kedua dibuka, aku bertemu dua orang bersaudara
(sepupu), yaitu Yahya a.s. dan Isa a.s.. Setelah menyambut kedatanganku, mereka pun
mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian
kami dibawa lagi naik ke langit ketiga. Manakala Jibril meminta dibukakan pintu
langit, terdengar suara bertanya: “Engkau siapa?” “Jibril,” jawabnya. “Engkau
bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit ketiga.”Muhammad,” jawab
Jibril. Dia bertanya lagi: “Adakah
dia diutus (untuk dinaikkan ke langit untuk menghadap Allah)?” “Ya,” jawab
Jibril. Setelah pintu langit ketiga dibuka,
aku bertemu Nabi Yusuf a.s.. Sungguh, beliau telah dianugerahkan dengan
separuh ketampanan. Setelah menyambut kedatanganku, beliau pun mendoakan
kebaikan untukku.
Kamudian
kami diangkat lagi ke langit keempat. Dan Manakala Jibril meminta dibukakan
pintu langit, terdengar suara bertanya: “Engkau siapa?” “Jibril,” jawabnya. “Engkau
bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit keempat.”Muhammad,” jawab
Jibril. Dia bertanya lagi: “Adakah
dia diutus (untuk dinaikkan ke langit untuk menghadap Allah)?” “Ya,” jawab
Jibril. Setelah pintu langit keempat dibuka,
ternyata aku bertemu Nabi Idris a.s.. Setelah menyambutku, beliau pun mendoakan
kebaikan untukku.
Kemudian
kami diangkat lagi ke langit kelima. Dan Manakala Jibril meminta dibukakan
pintu langit, terdengar suara bertanya: “Engkau siapa?” “Jibril,” jawabnya. “Engkau
bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit kelima.”Muhammad,” jawab
Jibril. Dia bertanya lagi: “Adakah
dia diutus (untuk dinaikkan ke langit untuk menghadap Allah)?” “Ya,” jawab
Jibril. Setelah pintu langit kelima dibuka,
aku bertemu Nabi Harun a.s.. Setelah menyambutku, beliau pun mendoakan
kebaikan untukku.
Kemudian
kami diangkat ke langit keenam. Dan Manakala Jibril meminta dibukakan pintu langit,
terdengar suara bertanya: “Engkau siapa?” “Jibril,” jawabnya. “Engkau
bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit keenam.”Muhammad,” jawab
Jibril. Dia bertanya lagi: “Adakah
dia diutus (untuk dinaikkan ke langit untuk menghadap Allah)?” “Ya,” jawab Jibril. Setelah
pintu langit keenam dibuka, aku bertemu Nabi Musa a.s.. Setelah
menyambut kedatanganku, beliau pun mendoakan kebaikan untukku. Ketika
hendak berlalu pergi, maka Nabi Musa menangis. Lalu dikatakan kepadanya: “Apa
yang membuatmu menangis?” Musa menjawab:“Aku menangis karena ada anak yang masih muda
diutus setelahku, sedangkan jumlah umatnya yang masuk surga
lebih ramai dari umatku yang memasukinya.”
Kemudian
kami diangkat lagi sehingga ke langit ketujuh. Manakala Jibril meminta
dibukakan pintu langit, terdengar suara bertanya: “Engkau siapa?” “Jibril,” jawabnya. “Engkau
bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit ketujuh.”Muhammad,” jawab
Jibril. Dia bertanya lagi: “Adakah
dia diutus (untuk dinaikkan ke langit untuk menghadap Allah)?” “Ya,” jawab
Jibril. Sambil membuka pintu langit ketujuh, penjaganya berkata: “Selamat
datang. Sungguh amat mulia tamu yang datang.” Lalu pintu langit ketujuh dibukakan
untuk kami. Manakala aku telah masuk, ternyata di sana aku bertemu dengan Nabi
Ibrahim a.s.. Jibril berkata: “Ini
adalah Nabi Ibrahim, ucapkanlah salam untuknya.” Setelah aku memberikan
salam, beliau pun menjawab salamku, lalu berkata: “Selamat
datang anak yang saleh dan nabi yang saleh.” (Seterusnya)
Lalu
diperlihatkan kepadaku Sidratul Muntaha. Kulihat buahnya seperti guci-guci
orang Hajar (nama tempat di Yaman) dan daunnya seperti telinga
gajah. Jibril berkata, “Ini adalah Sidratul Muntaha.” “Aku melihat
ada empat sungai, dua sungai yang batin dan dua sungai yang lahir. Aku
bertanya: “Apa dia yang demikian, wahai
Jibril?”. Jibril menjawab: “Yang batin adalah dua sungai yang ada di dalam
surga,
manakala yang lahir ialah sungai Nil dan sungai Furaat.”
Kemudian diperlihatkan kepadaku Baitul Ma’mur. Kemudian didatangkan
kepadaku tiga cawan minuman, yaitu arak, susu, dan madu. Maka, ketika
aku mengambil susu, Jibril berkata: “Inilah fitrah yang kamu dan umatmu berada di
atasnya.”
Kemudian
diwajibkan ke atasku salat lima puluh kali setiap harinya. Setelah itu
aku turun, dan ketika bertemu lagi dengan Nabi Musa a.s. beliau
bertanya: “Apa yang diwajibkan Rabb-mu kepada
umatmu?” “Lima puluh kali salat setiap hari,” jawabku. Nabi
Musa a.s. berkata:
“Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melaksanakan salat lima puluh kali sehari
semalam, aku telah membuktikannya terhadap orang-orang sebelum engkau, dan aku
merasakan betapa beratnya menghadapi Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu dan
mintalah keringanan untuk umatmu.” Maka aku pun kembali untuk memohon
keringanan yang dimaksudkan, dan Allah mengurangi sepuluh kali salat.
Ketika
aku kembali kepada Nabi Musa a.s., beliau berkata: “Apa
yang diputuskan untukmu?” “Empat puluh kali salat setiap
hari,” jawabku.
Nabi Musa a.s. berkata: “Sesungguhnya umatku masih belum mampu melaksanakan
empat puluh kali salat sehari semalam, aku telah membuktikannya
terhadap orang-orang sebelummu, dan aku merasakan betapa beratnya menghadapi
Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan untuk umatmu.”
Maka, aku pun
kembali untuk memohon keringanan itu, dan Allah mengurangi sepuluh kali salat
lagi.
Ketika
aku kembali kepada Nabi Musa a.s., beliau berkata: “Apa
yang diputuskan untukmu?” “Tiga puluh kali salat setiap
hari,” jawabku.
Nabi Musa a.s. berkata: “Sesungguhnya umatku masih belum mampu melaksanakan
tiga puluh kali
salat
sehari semalam, aku telah membuktikannya terhadap orang-orang sebelummu, dan
aku merasakan betapa beratnya menghadapi Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu
dan mohonlah keringanan untuk umatmu.”Maka, aku pun kembali untuk memohon keringanan itu,
dan Allah mengurangi sepuluh kali salat lagi.
Ketika
aku kembali kepada Nabi Musa a.s., beliau berkata: “Apa
yang diputuskan untukmu?” “Dua puluh kali salat setiap
hari,” jawabku.
Nabi Musa a.s. berkata: “Sesungguhnya umatku masih belum mampu melaksanakan
dua puluh kali
salat
sehari semalam, aku telah membuktikannya terhadap orang-orang sebelummu, dan
aku merasakan betapa beratnya menghadapi Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu
dan mohonlah keringanan untuk umatmu.”” Maka, aku pun
kembali untuk memohon keringanan itu, dan Allah mengurangi sepuluh kali salat
lagi.
Ketika
aku kembali kepada Nabi Musa a.s., beliau berkata: “Apa
yang diputuskan untukmu?” “Sepuluh kali salat setiap hari,” jawabku.
Nabi Musa a.s. berkata: “Sesungguhnya umatku masih belum mampu melaksanakan sepuluh kali
salat
sehari semalam, aku telah membuktikannya terhadap orang-orang sebelummu, dan
aku merasakan betapa beratnya menghadapi Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu
dan mohonlah keringanan untuk umatmu.” Maka, aku pun
kembali untuk memohon keringanan itu, dan Allah mengurangi lima kali
salat lagi.
Ketika
aku kembali kepada Nabi Musa a.s., beliau berkata, “Apa yang diputuskan
untukmu?”“Lima kali salat setiap hari,” jawabku. Nabi Musa a.s. berkata: “Sesungguhnya umatku masih belum mampu
melaksanakan lima kali solat sehari semalam, aku telah membuktikannya terhadap
orang-orang sebelummu, dan aku merasakan betapa beratnya menghadapi Bani
Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan untuk umatmu.”
“Sesungguhnya aku telah memohon kepada Rabb-ku, sehingga aku telah merasa malu.
Aku memutuskan untuk menerima sepenuh hati lima kali salat sehari semalam ini,” jawabku.
Maka, terdengarlah
suara bergema, “Telah Aku tetapkan kewajiban hamba terhadap-Ku dan Aku
ringankan beban dari hamba-hamba-Ku.”.
_______
(Hadis ini bisa kita temukan dalam kitab Shahih Bukhari, hadis nomor 2968 dan 3598, serta Shahih Muslim, hadis nomor 162-168. Dalam sejumlah kitab-kitab hadis lain juga diriwayatkan dengan beberapa tambahan)