Puisi-Puisi Syam S.Tamoe
AKAL YANG LUPA
Orang gila itu hanya lupa saja
Menaruh akalnya di mana
Tugasnya hanya berjalan dan mencari
Tak peduli dengan tubuhnya yang kumal
Dan dengan rambutnya yang acak-acakan
Orang gila itu hanya lupa saja
Menaruh akalnya di mana
Siang dan malam adalah korban kematian
Dari keterasingan jiwa yang terikat paksa
Dan tidak mengenal logika di luar nyata
Selain saksi keterburukan rasa
Orang gila itu hanya lupa saja
Menaruh akalnya di mana
Janganlah dibenci apalagi disakiti
Biarkan berjalan dalam tujuan tak pasti
Dan kematian bukan waktu yang dinanti
Sumenep, 2019
LEKAT II
Aku apa?
Kamu apa?
Lekat?
Lekat dengan apa?
Aku pusta tanpa mesin kata
Dan sekarat tujuh benua
Ke hulu tanpa bintang
Ke hilir ditinggal tepi
Semuanya berakhir pergi
Lekat dengan apa
Aku sepi di jemari januari
Dan tidur di matahari puisi
Aku hanya tekstil kemarin ditenun
Bukan setawar bunga mawar
Apalagi nawala patra sejuk dikata
Berlalulah
Menataplah pada kelip bintang tanpa ruang
Seperti kalender mati tanpa tanggal
Aku hanya laut jadi belut
Jadi pesisir, jadi pasir dan jadi apa
Lekat dengan apa
Cinta tiada menyapa, rindu tiada rupa
Sayang pun curiga dalam cerita kata
Aku lekat mati!
Sumenep, 2018
DI PANGKUAN SIANG II
Lentik bulu matamu di siang sunyi
Di batas jendela yang tak berkaca
Kau bertukar pandang dengan awan
Lalu selipkan selendangmu di mata angin
Aku rapuh pada gelitik rintik napasmu
Di bawah naungan jendela
Kau ajak sunyi memeluk gerimis malam
Namun, waktu tak dapat diajak kompromi
dalam menyulap gelap
Di sini kau perlahan pejamkan mata lentikmu
Saat awan tak mampu melawan terang
Di pangkuan siang
Engkau hanya bernapas lepas
Tunduk dan membisu dijarah mata waktu
Aku terkapar pada denyut tikar melingkar
Kau kalah namun tiada yang menang
Sumenep, 2018
_____
Syam S.Tamoe, lahir di Sumenep, 3 Desember 1982. Alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. Buku puisinya yang sudah terbit, antara lain: Asbak (2001), Wasiat Cinta Ibunda (2002), Tasbih (2003), Perjaka Tua (2012). Puisinya juga dimuat dalam buku puisi bersama, seperti Isyarat Gelombang II (2018), Antologi Puisi 101 Penyair Nusantara (2018), Antologi Puisi Asean (2018). Kini dia tinggal di Paragaan Sumenep mengelola Komunitas Literasi Sanggar Pragaan (LISPRA) sambil menyiapkan buku puisi barunya Lelaki Pembunuh Hujan.