Puisi-Puisi Ahmad Radhitya Alam
Kepada Hujan
hujan senja ini mengirim beberapa cerita
tentang kehidupan, kenangan, serta angan
yang berputar-putar pada tempurung kepala
mengharapkan titik temu belukar jawaban
kau telah berusaha dengan keras
memetik angan pada pohon mimpi
di garis batas harapan dan cita-cita
angan itu agaknya akan kau raih
dengan sedikit juang dan rintang
segeralah bangun dari tidurmu
dan petik mimpi-mimpi itu
selamat hujan kemarau,
semoga mimpimu basah
Blitar, 2018
Kepada Fajar
hembus angin menakar hening berserakan di bibir langit,
pelan-pelan ia bergerak menuju selatan huluan malam
awan-awan legam mulai menepi, setelah sekian waktu
mencipta kelam di temaram malam
fajar mulai mengintip di tepi langit, ketika ayam jago
berkokok dengan nyaring yang memekakan kuping
fajar tidak pernah mengkhianati janjinya untuk selalu
menemuiku ketika aku telah bangun dari istirahat semalam
ia menyambutku dengan rona jingga yang memesona
dari sorot langit yang merupa kilau pengaharapan
fajar sangatlah setia dengan sang mentari, mereka selalu
hadir bersama untuk mencipta gairah kehidupan yang baru
menyulam semangat untuk hari yang berarti
kembali kepada fitrah jiwa-jiwa yang suci
Blitar, 2018
Kepada Senja
senja menjadi semacam peristirahatan
bagi jiwa-jiwa bersahaja, yang sedari pagi
telah sibuk bekerja membanting tulang
serta memeras otak demi nafkah keluarga
warna yang jingga telah merupa langit
yang semakin temaram menuju malam
membuat manusia khusyuk dalam perenungan
menyandandarkan diri kehadirat tuhan
Blitar, 2018
Kepada Langit
awan-awan telah memenuhi sejengkal langit
yang semakin gelap oleh polusi yang dicipta
oleh manusia-manusia tidak bertanggungjawab
sementara mentari kesusahan, berusaha menerobos
gerbong asap industi yang semakin pekat tiap harinya
o, langit kefanaan
sampai kapan kau dilukai oleh nafsu keparat
dari para manusia yang semakin nekat
menjual rela, membeli percaya
pada uang yang telah lama dipertuhankan
karena kini, bumi telah menanam benih zaman edan
Blitar, 2018
Kepada Tuhan
telah berapa dosa yang aku ciptakan
dalam rimba dunia kefanaan
aku tak tahu harus bagaiamana lagi
untuk memintakan maafku padaMu
aku benar-benar benar malu
jika hanya terus meminta padaMu
padahal aku sendiri sangat jarang mengingatMu
mungkin hanya pada waktu aku membutuhkan
mengingatmu dengan ibadah seadanya
pada titik ini aku ingin menyampaikan maksudku
untuk bertaubat dengan sedalam hati
mengucap ikrar suci mengharap fitrah kembali.
Blitar, 2018
____
Ahmad Radhitya Alam, santri PP Mambaul Hisan Kaweron dan siswa SMA Negeri 1 Talun. Bergiat di FLP Blitar, Teater Bara, dan Sanggar Mlasti. Tulisannya berupa esai, puisi, cerpen, serta resensi dimuat di pelbagai antologi bersama dan beberapa media cetak serta elektronik. Kontak: 085 706 022 133 / ahmadradhityaalam@gmail.com
hujan senja ini mengirim beberapa cerita
tentang kehidupan, kenangan, serta angan
yang berputar-putar pada tempurung kepala
mengharapkan titik temu belukar jawaban
kau telah berusaha dengan keras
memetik angan pada pohon mimpi
di garis batas harapan dan cita-cita
angan itu agaknya akan kau raih
dengan sedikit juang dan rintang
segeralah bangun dari tidurmu
dan petik mimpi-mimpi itu
selamat hujan kemarau,
semoga mimpimu basah
Blitar, 2018
Kepada Fajar
hembus angin menakar hening berserakan di bibir langit,
pelan-pelan ia bergerak menuju selatan huluan malam
awan-awan legam mulai menepi, setelah sekian waktu
mencipta kelam di temaram malam
fajar mulai mengintip di tepi langit, ketika ayam jago
berkokok dengan nyaring yang memekakan kuping
fajar tidak pernah mengkhianati janjinya untuk selalu
menemuiku ketika aku telah bangun dari istirahat semalam
ia menyambutku dengan rona jingga yang memesona
dari sorot langit yang merupa kilau pengaharapan
fajar sangatlah setia dengan sang mentari, mereka selalu
hadir bersama untuk mencipta gairah kehidupan yang baru
menyulam semangat untuk hari yang berarti
kembali kepada fitrah jiwa-jiwa yang suci
Blitar, 2018
Kepada Senja
senja menjadi semacam peristirahatan
bagi jiwa-jiwa bersahaja, yang sedari pagi
telah sibuk bekerja membanting tulang
serta memeras otak demi nafkah keluarga
warna yang jingga telah merupa langit
yang semakin temaram menuju malam
membuat manusia khusyuk dalam perenungan
menyandandarkan diri kehadirat tuhan
Blitar, 2018
Kepada Langit
awan-awan telah memenuhi sejengkal langit
yang semakin gelap oleh polusi yang dicipta
oleh manusia-manusia tidak bertanggungjawab
sementara mentari kesusahan, berusaha menerobos
gerbong asap industi yang semakin pekat tiap harinya
o, langit kefanaan
sampai kapan kau dilukai oleh nafsu keparat
dari para manusia yang semakin nekat
menjual rela, membeli percaya
pada uang yang telah lama dipertuhankan
karena kini, bumi telah menanam benih zaman edan
Blitar, 2018
Kepada Tuhan
telah berapa dosa yang aku ciptakan
dalam rimba dunia kefanaan
aku tak tahu harus bagaiamana lagi
untuk memintakan maafku padaMu
aku benar-benar benar malu
jika hanya terus meminta padaMu
padahal aku sendiri sangat jarang mengingatMu
mungkin hanya pada waktu aku membutuhkan
mengingatmu dengan ibadah seadanya
pada titik ini aku ingin menyampaikan maksudku
untuk bertaubat dengan sedalam hati
mengucap ikrar suci mengharap fitrah kembali.
Blitar, 2018
____
Ahmad Radhitya Alam, santri PP Mambaul Hisan Kaweron dan siswa SMA Negeri 1 Talun. Bergiat di FLP Blitar, Teater Bara, dan Sanggar Mlasti. Tulisannya berupa esai, puisi, cerpen, serta resensi dimuat di pelbagai antologi bersama dan beberapa media cetak serta elektronik. Kontak: 085 706 022 133 / ahmadradhityaalam@gmail.com