Bayangan dalam Cermin Musholla - Ema Afriyani
oleh Ema Afriyani
23 Juli 2018...
Pukul 10.00, Adiba dan 4 temannya diantar oleh pembimbing sekolah menuju perusahaan tempat mereka akan magang. Tahun ajaran baru ini, disambut dengan kegiatan Prakerin(Praktek Kerja Industri), disebuah perusahaan selama 6 bulan. Sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional(UAN) dan Ujian Akhir Sekolah(UAS), bagi murid SMK.
Setelah menempuh perjalanan menggunakan sepeda motor selama 20 menit dengan kecepatan sedang, akhirnya mereka tiba di perusahaaan tersebut.
PT Pepperl+Fuchs Bintan.
Terpampang di dinding gedung pertama ketika memasuki gerbang. Ada raut bahagia karena hari yang telah lama dinanti tiba. Dapat memasuki dan mengenal dunia industri. Anak SMK, siap kerja. Tidak hanya perasaan bahagia, kelima murid itu tampak berdebar.
"Silakan mengisi data diri, dan menunggu dikursi," kata seorang security yang menyambut kedatangan mereka di gerbang.
Pembimbing sekolah yang mengisi buku tamu. Lima muridnya menunggu dikursi pos security. Mereka mengisi waktu dengan mengobrol. Tentang beberapa hal dalam menjalani Prakerin.
Kegiatan Prakerin merupakan implementasi teori dari kelompok mata pelajaran produktif dari masing-masing bidang studi—praktek keahlian produktif yang dilaksanakan di dunia usaha/dunia industri. Berupa penerapan ilmu yang diberikan di sekolah dengan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa.
Prakerin adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikam keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron, program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian, yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia usaha/dunia industri yang terarah, untuk mencapai tingkat keahlian profesional tertentu.
"Mari adik-adik, kita ke ruang recepsionist. Kalian diminta untuk menunggu di sana," kata security itu dengan ramah.
Kelima murid dan pembimbingnya mengikuti security. Tempat menunggu berubah lagi.
Namanya juga anak sekolah, pasti mudah tertarik dengan hal yang belum pernah dilihat. Sehingga di ruang itu, murid-murid yang siap kerja itu melihat dengan decak kagum apa saja yang ada di sana. Termasuk sebuah miniatur bertuliskan nama sekolah mereka. SMK Negeri 1 Bintan, lengkap dengan alamat dan lambang sekolah.
Seorang recepsionist menghampiri dengan senyum ramah.
"Ini yang akan PKL di sini ya?" tanyanya.
"Iya Bu," jawab si pembimbing.
"Menunggu di dalam saja," sambil menunjuk sebuah ruang. "Mari..." sambil melangkah.
Recepsionist PT Pepperl+Fuchs Bintan membuka pintu ruang tersebut. Ternyata, ruang yang biasa digunakan untuk meeting. Ada enam kursi di sana. Setelah mempersilakan duduk, si recepsionist meninggalkan mereka.
Setelah menunggu sekitar lima menit, Bu Nia selaku salah satu HR di PT Pepperl+Fuchs Bintan datang menghampiri. Lima murid SMK N 1 Bintan, mencium punggung tangannya.
Karena Adiba adalah murid perempuan satu-satunya dari lima orang yang PKL di perusahaan tersebut, dia diminta memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Dengan ragu, setelah mengumpulkan keberanian, serta mengusir rasa ketidak percaya dirian, gadis itu membuka mulutnya. Memberanikan diri menatap mata sang HR.
"Perkenalkan nama saya Adiba El Rassy. Kelas XII jurusan Teknik Elektronika Industri. Tempat tinggal di desa Sebong Pereh," kata Adiba setenang mungkin.
Setelah itu, giliran teman-teman Adiba memperkenalkan diri.
Lima anak itu mendapatkan smocke berwarna hijau serta sepatu berwarna putih. Mereka diminta langsung memakainya. Ada beberapa tempat untuk diperkenalkan sebelum mereka ditransfer ke production.
"Saya titip anak-anak. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi saya atau pihak sekolah," kata si pembimbing mengakhiri perjumpaannya dengan Bu Nia dan murid-muridnya.
***
Satu bulan berlalu...
Sudah banyak kisah yang Adiba lewati di perusahaan tersebut. Satu bulan ini, gadis itu melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sekitar. Lima anak yang PKL di sana, tempatnya dipisahkan. Jadi, mereka benar-benar dituntut mandiri, tanpa bergantung dengan teman—seperti di sekolah biasanya.
Adiba tiba di perusahaan pukul 07.20 setelah menempuh perjalanan selama 40 menit. Dia langsung menuju locker. Memakai pakaian ESD dan sepatu. Lalu menuju line—di PA Product, TPU 2
Dia duduk dikursi tempat pembimbing di perusahaan. Menyalakan komputer, menginput data repeating test parameter record sheet ke Microsoft Excel. Hal itu dilakukan ketika sedang tidak ada product yang harus di debug(perbaiki agar kembali oke).
Gadis itu tidak begitu mengenal anak-anak di line bagian depan. Terutama anak Printing Tampon. Tidak satupun yang dia kenal. Anak insert komponen pun, yang dikenal hanya ada satu dua. Paling cuma kakak kelas yang berasal dari sekolah sepertinya.
Adiba biasa bermain di line bagian product G20. Karena di sana bahan laporannya berada. Gadis itu lebih banyak mengenal anak di line bagian belakang. Sering bercanda di sana, dan karena sering itulah, dia mulai mengenal satu persatu nama anak-anak di sana. Kalau anak-anak line depan, paling hanya sebatas melempar senyum bila berpapasan.
Break time pagi tiba. Adiba meninggalkan meja debug. Bergegas menuju Musholla, untuk melaksanakan sholat dhuha.
Ketika melepas sepatu, mata Adiba bertemu dengan mata anak Printing Tampon dari PA Product. Keduanya melempar senyum bersamaan.
Selesai mengambil wudhu, Adiba memperbaiki hijabnya. Dia fokus dengan wajahnya tanpa peduli orang di sebelahnya yang juga merapikan jilbab.
"Jadi kamu magang di sini, ya?"
Pertanyaan itu menghentikan jari Adiba yang sedang merapikan jilbab. Gadis itu tersenyum lembut.
"Iya, Kak."
"Berapa bulan Dek?" tanyanya lagi.
Adiba melirik bayangan wanita itu di dalam cermin.
"Enam bulan, kak," jawab Adiba.
"Wih, lama juga ya."
Adiba terkekeh kecil. Seraya memberikan anggukan. Dia masih memandang wanita di sebelahnya yang berada di dalam cermin.
"Namanya siapa?"
"Adiba."
"Adiba?" ulangnya.
Adiba mengangguk. Dia sudah selesai membuat hijabnya rapi.
"Kalau nama Kakak siapa?" Kini Adiba yang bertanya.
Wanita itu menarik senyum dari sudut bibirnya. "Sarifah," jawabnya.
Setelah itu, hening. Adiba memandang bayangan di dalam cermin sekali lagi. Wanita yang cantik. Kulit putih. Tubuh ramping. Sholeha pula. Idaman pria sekali bukan? Tapi, entah apa status wanita itu.
Prakerin merupakan Pendidikan Sistem Ganda(PSG) di sekolah menengah kejuruan yang mempunyai peranan penting untuk menghasilkan tamatan yang berkualitas dan menjadikan siswa yang siap kerja.
Gadis itu sudah siap kerja. Juga siapa melewati ratusan kisah baru di PT Pepperl+Fuchs Bintan, perusahaan yang didirikan pada tanggal 14 November 1945, berpusat di Jerman. Sekarang perusahaan itu termasuk salah satu perusahaan dengan peringkat teratas pembuat alat-alat elektronik untuk teknologi otomatisasi industry dan otomatisasi process.
Senyuman tak lepas dari wajah Adiba. Menemukan sebuah kisah unik. Berkenalan dengan seseorang, melalui bayangan di cermin.
***
___
Ema Afriyani penulis muda kelahiran Kendal, 9 Mei 2001. Seorang pelajar di SMK Negeri 1 Bintan. Kelas XII Jurusan Teknik Elektronika Industri(TEI). Beberapa karyanya baik cerpen dan puisi pernah termaktub dalam antologi. Dia telah melahirkan sebuah novel yang berjudul Suratan Takdir; 2017. Selain hobi menulis cerita dan puisi, dia juga hobi bermain sepak bola. Penulis dapat dihubungi melalui Facebook Ema Afriyani. Instagram @Emafryani. Email emaafriyani95@yahoo.com. No HP 085763057368.
23 Juli 2018...
Pukul 10.00, Adiba dan 4 temannya diantar oleh pembimbing sekolah menuju perusahaan tempat mereka akan magang. Tahun ajaran baru ini, disambut dengan kegiatan Prakerin(Praktek Kerja Industri), disebuah perusahaan selama 6 bulan. Sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional(UAN) dan Ujian Akhir Sekolah(UAS), bagi murid SMK.
Setelah menempuh perjalanan menggunakan sepeda motor selama 20 menit dengan kecepatan sedang, akhirnya mereka tiba di perusahaaan tersebut.
PT Pepperl+Fuchs Bintan.
Terpampang di dinding gedung pertama ketika memasuki gerbang. Ada raut bahagia karena hari yang telah lama dinanti tiba. Dapat memasuki dan mengenal dunia industri. Anak SMK, siap kerja. Tidak hanya perasaan bahagia, kelima murid itu tampak berdebar.
"Silakan mengisi data diri, dan menunggu dikursi," kata seorang security yang menyambut kedatangan mereka di gerbang.
Pembimbing sekolah yang mengisi buku tamu. Lima muridnya menunggu dikursi pos security. Mereka mengisi waktu dengan mengobrol. Tentang beberapa hal dalam menjalani Prakerin.
Kegiatan Prakerin merupakan implementasi teori dari kelompok mata pelajaran produktif dari masing-masing bidang studi—praktek keahlian produktif yang dilaksanakan di dunia usaha/dunia industri. Berupa penerapan ilmu yang diberikan di sekolah dengan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa.
Prakerin adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikam keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron, program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian, yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia usaha/dunia industri yang terarah, untuk mencapai tingkat keahlian profesional tertentu.
"Mari adik-adik, kita ke ruang recepsionist. Kalian diminta untuk menunggu di sana," kata security itu dengan ramah.
Kelima murid dan pembimbingnya mengikuti security. Tempat menunggu berubah lagi.
Namanya juga anak sekolah, pasti mudah tertarik dengan hal yang belum pernah dilihat. Sehingga di ruang itu, murid-murid yang siap kerja itu melihat dengan decak kagum apa saja yang ada di sana. Termasuk sebuah miniatur bertuliskan nama sekolah mereka. SMK Negeri 1 Bintan, lengkap dengan alamat dan lambang sekolah.
Seorang recepsionist menghampiri dengan senyum ramah.
"Ini yang akan PKL di sini ya?" tanyanya.
"Iya Bu," jawab si pembimbing.
"Menunggu di dalam saja," sambil menunjuk sebuah ruang. "Mari..." sambil melangkah.
Recepsionist PT Pepperl+Fuchs Bintan membuka pintu ruang tersebut. Ternyata, ruang yang biasa digunakan untuk meeting. Ada enam kursi di sana. Setelah mempersilakan duduk, si recepsionist meninggalkan mereka.
Setelah menunggu sekitar lima menit, Bu Nia selaku salah satu HR di PT Pepperl+Fuchs Bintan datang menghampiri. Lima murid SMK N 1 Bintan, mencium punggung tangannya.
Karena Adiba adalah murid perempuan satu-satunya dari lima orang yang PKL di perusahaan tersebut, dia diminta memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Dengan ragu, setelah mengumpulkan keberanian, serta mengusir rasa ketidak percaya dirian, gadis itu membuka mulutnya. Memberanikan diri menatap mata sang HR.
"Perkenalkan nama saya Adiba El Rassy. Kelas XII jurusan Teknik Elektronika Industri. Tempat tinggal di desa Sebong Pereh," kata Adiba setenang mungkin.
Setelah itu, giliran teman-teman Adiba memperkenalkan diri.
Lima anak itu mendapatkan smocke berwarna hijau serta sepatu berwarna putih. Mereka diminta langsung memakainya. Ada beberapa tempat untuk diperkenalkan sebelum mereka ditransfer ke production.
"Saya titip anak-anak. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi saya atau pihak sekolah," kata si pembimbing mengakhiri perjumpaannya dengan Bu Nia dan murid-muridnya.
***
Satu bulan berlalu...
Sudah banyak kisah yang Adiba lewati di perusahaan tersebut. Satu bulan ini, gadis itu melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sekitar. Lima anak yang PKL di sana, tempatnya dipisahkan. Jadi, mereka benar-benar dituntut mandiri, tanpa bergantung dengan teman—seperti di sekolah biasanya.
Adiba tiba di perusahaan pukul 07.20 setelah menempuh perjalanan selama 40 menit. Dia langsung menuju locker. Memakai pakaian ESD dan sepatu. Lalu menuju line—di PA Product, TPU 2
Dia duduk dikursi tempat pembimbing di perusahaan. Menyalakan komputer, menginput data repeating test parameter record sheet ke Microsoft Excel. Hal itu dilakukan ketika sedang tidak ada product yang harus di debug(perbaiki agar kembali oke).
Gadis itu tidak begitu mengenal anak-anak di line bagian depan. Terutama anak Printing Tampon. Tidak satupun yang dia kenal. Anak insert komponen pun, yang dikenal hanya ada satu dua. Paling cuma kakak kelas yang berasal dari sekolah sepertinya.
Adiba biasa bermain di line bagian product G20. Karena di sana bahan laporannya berada. Gadis itu lebih banyak mengenal anak di line bagian belakang. Sering bercanda di sana, dan karena sering itulah, dia mulai mengenal satu persatu nama anak-anak di sana. Kalau anak-anak line depan, paling hanya sebatas melempar senyum bila berpapasan.
Break time pagi tiba. Adiba meninggalkan meja debug. Bergegas menuju Musholla, untuk melaksanakan sholat dhuha.
Ketika melepas sepatu, mata Adiba bertemu dengan mata anak Printing Tampon dari PA Product. Keduanya melempar senyum bersamaan.
Selesai mengambil wudhu, Adiba memperbaiki hijabnya. Dia fokus dengan wajahnya tanpa peduli orang di sebelahnya yang juga merapikan jilbab.
"Jadi kamu magang di sini, ya?"
Pertanyaan itu menghentikan jari Adiba yang sedang merapikan jilbab. Gadis itu tersenyum lembut.
"Iya, Kak."
"Berapa bulan Dek?" tanyanya lagi.
Adiba melirik bayangan wanita itu di dalam cermin.
"Enam bulan, kak," jawab Adiba.
"Wih, lama juga ya."
Adiba terkekeh kecil. Seraya memberikan anggukan. Dia masih memandang wanita di sebelahnya yang berada di dalam cermin.
"Namanya siapa?"
"Adiba."
"Adiba?" ulangnya.
Adiba mengangguk. Dia sudah selesai membuat hijabnya rapi.
"Kalau nama Kakak siapa?" Kini Adiba yang bertanya.
Wanita itu menarik senyum dari sudut bibirnya. "Sarifah," jawabnya.
Setelah itu, hening. Adiba memandang bayangan di dalam cermin sekali lagi. Wanita yang cantik. Kulit putih. Tubuh ramping. Sholeha pula. Idaman pria sekali bukan? Tapi, entah apa status wanita itu.
Prakerin merupakan Pendidikan Sistem Ganda(PSG) di sekolah menengah kejuruan yang mempunyai peranan penting untuk menghasilkan tamatan yang berkualitas dan menjadikan siswa yang siap kerja.
Gadis itu sudah siap kerja. Juga siapa melewati ratusan kisah baru di PT Pepperl+Fuchs Bintan, perusahaan yang didirikan pada tanggal 14 November 1945, berpusat di Jerman. Sekarang perusahaan itu termasuk salah satu perusahaan dengan peringkat teratas pembuat alat-alat elektronik untuk teknologi otomatisasi industry dan otomatisasi process.
Senyuman tak lepas dari wajah Adiba. Menemukan sebuah kisah unik. Berkenalan dengan seseorang, melalui bayangan di cermin.
***
___
Ema Afriyani penulis muda kelahiran Kendal, 9 Mei 2001. Seorang pelajar di SMK Negeri 1 Bintan. Kelas XII Jurusan Teknik Elektronika Industri(TEI). Beberapa karyanya baik cerpen dan puisi pernah termaktub dalam antologi. Dia telah melahirkan sebuah novel yang berjudul Suratan Takdir; 2017. Selain hobi menulis cerita dan puisi, dia juga hobi bermain sepak bola. Penulis dapat dihubungi melalui Facebook Ema Afriyani. Instagram @Emafryani. Email emaafriyani95@yahoo.com. No HP 085763057368.