Menulis Tak Semudah - Ach Faisol
oleh Ach Faisol
#KAWACA.COM ~ Sebagai penghormatan, bolehlah kalau saya katakan bahwa penulis adalah bagian dari pahlawan yang sedang memperbaiki negara. Baik dari sektor perekonomian, peradaban, keagamaan, sosial dan sebagainya. Melalui tulisan mereka yang berisi pendapat, saran ataupun kritikan. Terkadang mereka sampai lupa diri, karena kecintaan dan keasyikannya saat menulis. Mereka seakan tidak pernah bosan untuk mengingatkan publik lewat tulisannya. Pada tulisannya, mereka punya tanggung jawab yang besar. Ketika tulisan tersebut bermuatan religius, penulis haruslah dapat memunculkan dampak positif bagi pembaca, bukan malah membuat panas keadaan dan akhirnya berujung permusuhan. Ketika bermuatan politik atau kritik terhadap pemerintah, penulis harus punya gambaran yang jelas mengenai masalah tersebut dan setidaknya memberikan solusi atas persoalan tersebut. Begitulah tanggung jawab seorang penulis.
______
Penulis adalah seorang mahasiswa jurusan Hukum Ekonomi Syariah di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Sumenep, Madura. Dapat dihubungi melalui, achfaisol01@gmail.com, 085210321265 (No. Hp&WA), atau achfaisol01 (instagram).
#KAWACA.COM ~ Sebagai penghormatan, bolehlah kalau saya katakan bahwa penulis adalah bagian dari pahlawan yang sedang memperbaiki negara. Baik dari sektor perekonomian, peradaban, keagamaan, sosial dan sebagainya. Melalui tulisan mereka yang berisi pendapat, saran ataupun kritikan. Terkadang mereka sampai lupa diri, karena kecintaan dan keasyikannya saat menulis. Mereka seakan tidak pernah bosan untuk mengingatkan publik lewat tulisannya. Pada tulisannya, mereka punya tanggung jawab yang besar. Ketika tulisan tersebut bermuatan religius, penulis haruslah dapat memunculkan dampak positif bagi pembaca, bukan malah membuat panas keadaan dan akhirnya berujung permusuhan. Ketika bermuatan politik atau kritik terhadap pemerintah, penulis harus punya gambaran yang jelas mengenai masalah tersebut dan setidaknya memberikan solusi atas persoalan tersebut. Begitulah tanggung jawab seorang penulis.
Berdasarkan hal itu, maka menjadi penulis
tidaklah mudah. Tidak hanya sekadar mencoret-coret kertas dengan pena.
Melainkan, bagaimana agar tulisan itu dapat setidaknya membawa perubahan.
Meraka juga harus menjaga konsistensinya sebagai penulis, serta mejaga
kejernihan pemikiran. Karena apabila hal ini tidak dijadikan kebiasaan, maka
penulis bisa saja mendapat kegagalan.
Beberapa hal di bawah ini sangat perlu
dihindari untuk menjaga konsistensi, terlebih bagi pemula:
1. Tidak
konsisten saat menulis
Hal ini, sering sekali dialami
oleh penulis, apalagi bagi kalian yang masih baru belajar menulis. Inginnya
segera punya tulisan banyak, yang bagus pula. Akibatnya tidak satu pun
tulisannya selesai, karena belum selesai yang satu sudah pindah ke tema
lainnya.
Pemula biasanya ambisinya sangat
tinggi. Mereka menganggap dengan menggarap dua sampai tiga tulisan sekaligus
akan segera mewujudkan keinginannya untuk menjadi penulis. Padahal tidak.
Seharusnya, mereka menyelasaikan satu-persatu dari tulisannya agar dapat
difokuskan, sehingga akan cepat selesai. Kalau baru mulai sudah pindah tema,
baru separuh sudah pindah tema lagi, itu akan sangat merugikan bagi penulis.
Akibatnya tidak ada satu pun tulisannya yang akan selesai, sehingga memicu
untuk memilih berhenti menulis. Itu sangat disayangkan. Karenanya, konsisten
pada tulisan itu sangat penting.
Nah, untuk menghindari terjadinya
PHP pada tulisan kalian, ada beberapa tips yang mungkin sedikit dapat membantu
dalam proses penulisan.
a)
Membuat
kerangka penulisan
Membuat kerangka, maksudnya adalah sebelum
menulis, kalian siapkan dulu beberapa sub tema yang nanti bisa digunakan di
setiap paragrafnya. Jadi, misalnya kalian mau menulis tentang sampah. Pikirkan
yang sekiranya cocok untuk dijadikan bagian dalam paragrafnya. Misalnya,
-
Pengenalan
terhadap sampah
-
Tanggapan
masyarakat terhadap sampah
-
Dampak dari
sampah
-
Cara mengatasi
penumpukan sampah
Nah, dengan poin-poin di atas saya rasa akan
lebih memudahkan kita untuk tidak kehilangan ide dan akan lebih membuat kalian
teratur saat menulis.
b)
Menulis secara
lepas
Menulis secara lepas, maksudnya kita tulis
saja sesuatu yang ada dalam pikiran kita, pastinya sesuai yang sudah
direncanakan sebelumnya. Jangan berpikir bagaimana nanti hasilnya, yang
terpenting adalah menulis terlebih dahulu. Lepas semua kegelisahan, seperti
takut jelek, takut ini, takut itu. Pokoknya nulisnya yang plong saja.
c)
Merevisi
Setelah kita tuangkan apa saja yang ada dalam
pikiran kita, selanjutnya proses revisi atau editing. Kenapa masih perlu
direvisi? Karena kita menulisnya masih sembarangan. Mungkin saat kita menulis,
ada typo-nya, masih ada pemborosan kata di sebagian paragrafnya. Revisi
di sini akan menolong tulisan kita menjadi lebih begus dan rapi. Karena percuma
tulisan bagus tapi banyak typo-nya atau sebaliknya.
d)
Menyediakan
waktu khusus
Maksudnya di sini adalah menyediakan waktu
khusus untuk menulis. Misalnya pagi, siang, sore, malam, atau tengah malam.
Satu jam, dua jam, atau lebih misalnya. Intinya punya waktu khusus untuk
menulis. Sehingga ketika kita menulis tidak ada aktivitas lain yang mengganggu.
Ini untuk menghidari tulisan kita tidak terhenti di tengah jalan.
Beri juga target penyelesaian terhadapat
tulisan yang sedang kalian garap. Misalnya dalam tiga bulan novel saya harus
sudah rampung, dalam sehari sudah harus bisa menulis tiga puisi, dalam sehari
harus sudah selesai satu esai, atau target lainnya yang dapat mengontrol
tulisan kalian untuk dapat selesai tepat waktu. Karena kesan tulisan pertama
kalian akan berpengaruh pada tulisan selanjutnya. Kalau pada tulisan pertama
sudah bisa selesai sebelum atau setidaknya saat deadline. Maka, saat
menulis untuk yang ke dua kalinya akan berpengaruh positif, begitu juga
sebaliknya.
2. Tidak
mau membaca
Ini merupakan hal yang sangat
sering ditemui dalam keseharian kita. Membaca masih menjadi kendala terbesar
penulis. Entah dengan alasan tidak punya waktu, masih malas, bikin ngantuk, dan
berbagai alasan lainnya. Padahal ketika membaca, seorang penulis akan mendapat
banyak keuntungan. Selain membaca bisa membuat kita paham terhadap maksud dari
tulisan itu, membaca juga memberikan pelajaran tentang bagaimana menulis yang
benar. Ketika kita membaca, kita akan melihat berbagai macam bentuk tanda baca.
Misalnya seperti titik, koma, tanda tanya, tanda seru, atau pada dialog. Itu
bisa saja kita dapat saat membaca. Kalau ditanya, ketika saya membaca sebuah
tulisan, ada beberapa hal penempatan tanda baca yang membingungkan bahkan
nyaris berlawanan. Ini bagaimana solusinya? Nah, dari sini kalian sudah mulai
merasakan manfaat dari membaca. Kalian akan menemukan sedikit atau mungkin
sampai banyak masalah. Caranya dengan kalian mengklarifikasi sendiri, baik
dengan cara melihat materi mengenai penulisan tanda baca yang bertentangan
misalnya atau bisa menanyakannya pada yang lebih paham, guru atau teman misalnya.
Nah,
sudah berapa yang kalian dapat dalam membaca? Punya wawasan baru dari isi
bacaan itu, punya keberanian baru dalam menyelesaikan persoalan pada tanda
baca, dan punya ilmu baru setelah mendapatkan klarifikasi dari hasil kajian
kalian sendiri atau dari guru dan teman.
Mr.
Lado (1976) mengatakan, mambaca adalah memahami dari pola-pola atau tata
bahasa dari sebuah gambaran yang ditulisnya. Ini tentu sangatlah dalam
penafsiran yang bisa kita lakukan. Beliau memberikan upaya kesadaran bagi kita,
bahwa dengan membaca kita bisa mengetahui sesuatu lebih luas.
Dalam postingan Antara News (2015)
menyebutkan, bahwa seorang Andrea Hirata, mengaku tidak pernah berhenti
membaca. Dalam kurun tiga hari, Andrea mengharuskan dirinya membaca setidaknya
satu judul novel. Bukankah ini sudah cukup menjadi bukti betapa pentingnya
membaca bagi seorang penulis, khususnya.
3. Tidak
serius saat menulis
Tidak serius di sini, bukan karena
masih kurang semangat dalam menulis, tapi masih banyak penulis yang kurang
serius saat menulis. Saat mereka sedang menulis, mereka masih sempat-sempat
buka WhatsApp, Facebook, Twiter, Instagram, dan lainnya, yang hal itu akan
sangat mengganggu bagi penulis. Kenapa? Bagaimana bisa?. Mungkin hal itu tidak
kalian sadari, tapi sebenarnya kalian sudah sangat dirugikan.
Contohnya seperti ini, saat kalian
sedang asyik nulis, di tengah jalan kalian dapat DM dari Doi, lalu kalian
membalasnya. Lalu, apa yang terjadi? Kalian akan keasyikan main Handphone, bisa-bisa
sampai lupa kalau sedang nulis. Sehingga akan menghilangkan ide yang sudah
matang di otak dan akhirnya akan berpotensi tulisan kalian tidak selesai.
4. Malas
riset
Entahlah kenapa sebabnya hal ini
bisa terjadi pada penulis, khususnya pemula. Mungkin karena riset adalah hal
yang tidak terlalu mereka anggap penting. Tapi ingatlah, riset itu akan sangat
mendukung dan berpengaruh terhadap tulisan kita. Benar kita memang tidak dalam
ranah penelitian ataupun skripsian misalnya, tapi apa kalian sebegitu rumitnya
memahami riset? Riset akan membantu dalam memberikan kesan pada tulisan kalian.
Katika menulis, anggaplah kita
hanya sekadar menulis esai, artikel, novel, cerpen atau bahkan yang lebih
pendek sekalipun, cermin. Pasti dalam tulisan kita akan ada beberapa tokoh dan
latar tempatnya dong. Nah, dari sini, meski dilihat sepintas dilihat tidak
perlu tapi sebenarnya sangat perlu, apalagi memang malas untuk membaca.
Katakanlah pada drama korea, membuat tokoh laki-laki sembarang nama, yang
penting sudah ada logat Koreanya, padahal setelah ditelusuri nama itu dipakai
untuk perempuan atau justru pada binatang di Korea. Mungkin kalau bagi kalian
sebagai penulis itu bukan masalah, karena tidak mengetahui, tapi bagi
pembacanya bagaimana, mereka yang sudah lebih tahu seluk beluk drama korea.
Atau pada tempat, dalam cerita tersebut nama tempatnya dikemas dan diceritakan
semenarik mungkin, tetapi setelah ditelusuri tempat itu tidak pernah ada.
Bukankah itu akan berdampak pada tulisan kalian?.
Riset itu tidak sulit kok, untuk
tulisan kita yang ringan misalnya. Kita tinggal googling atau bisa bertanya
pada orang yang berpengalaman dalam bidang yang sedang kita tulis.
Nah, itulah tadi empat hal yang harus
dilakukan oleh penulis untuk menjaga konsistensi tulisannya. Semoga bisa lebih
menyadarkan lagi tentang betapa pentingnya konsisten saat menulis, lebih suka
lagi untuk membaca seperti yang dilakukan Andrea Hirata, lebih fokus lagi pada
tujuan menulis, dan yang tak kalah pentingnya adalah berani melakukan riset.
Penulis yang
baik adalah mereka yang tidak suka menutup telinga untuk memperoleh informasi
ataupun saran.
______
Penulis adalah seorang mahasiswa jurusan Hukum Ekonomi Syariah di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Sumenep, Madura. Dapat dihubungi melalui, achfaisol01@gmail.com, 085210321265 (No. Hp&WA), atau achfaisol01 (instagram).