Puisi yang Diminati - Sugiono MP
oleh Sugiono MP
#KAWACA.COM - Puisi bagaimana yang diminati pembaca? Daulat itu datang dari penulis pemula. Pertanyaan sederhana tapi jawaban tidaklah sesepele kuisnya. Kenapa? Karena yang bertanya seorang pemula. Umumnya, pemuisi kalau ingin menulis karya, ya menulis saja. Tanpa mempedulikan bagaimana nantinya, siapa yang membaca, akan mengantarkannya pada pujian atau sebaliknya – hal itu tak pernah terlintas di benak seorang penyair.
#KAWACA.COM - Puisi bagaimana yang diminati pembaca? Daulat itu datang dari penulis pemula. Pertanyaan sederhana tapi jawaban tidaklah sesepele kuisnya. Kenapa? Karena yang bertanya seorang pemula. Umumnya, pemuisi kalau ingin menulis karya, ya menulis saja. Tanpa mempedulikan bagaimana nantinya, siapa yang membaca, akan mengantarkannya pada pujian atau sebaliknya – hal itu tak pernah terlintas di benak seorang penyair.
Akan
tetapi sejalan dengan perkembangan baru di dunia perpuisian yang dipublish di
layar gawai, lazim kita sebut sastra maya, telah berlangsung ledakan luar biasa
peminat puisi, dan para penulis baru pun menjamur, yang tiap detik memunculkan
jutaan puisi. Maka wajar bila penulis pemula lantas mencari celah bagaimana
puisinya bisa mendapat perhatian pembaca, sehingga melahirkan pertanyaan di
atas.
Booming
penyair gadget yang dipicu oleh kemudahan penampilan karya tanpa seleksi
editor, itu membuat tiras peminat puisi kian meluas. Akan tetapi setiap penyair
(maya) juga hanya mendapat perhatian kecil karena meluapnya karya di jejaring
media sosial. Maka persaingan merebut pangsa pembaca pun terjadi. Dan perangkat
penyedia monitoring berapa jumlah peminat (likes) terhadap karya seseorang pun
tersedia di layar gadget. Bisa disimak tulisan tentang apa oleh siapa yang
mendapat like tinggi dibanding tulisan yang lain oleh penulis lainnya pula.
Jadi,
bagaimana cara meraup peminat bagi penulis pemula? Maka kita pun harus piawai
menakar penggemar puisi gadget. Seperti pengusaha yang terlebih dahulu harus
melakukan analisis pasar sebelum meluncurkan produk yang dibuatnya, penyair
pemula pun kudu memungut ilmu komunikasi dalam menjajakan karyanya.
Di
luar faktor gender, peminat puisi bisa terpilah dalam kategori anak,
remaja-pemuda, dewasa, dan manula. Keluarkan yang anak –karena puisi anak
spesifik—maka tinggal empat tiras, yang didominasi oleh remaja dan pemuda.
Kalangan ini memiliki citarasa terhadap hal-hal yang romantis, lebih
mengutamakan busana ketimbang isi jiwa, lebih tertarik terhadap masalah
kesenjangan sosial dan kritis. Dari tingkat pendidikan antara SLP, SLA, dan
mahasiswa. Akan tetapi ada juga sebagian pemuda yang masuk ke tiras dewasa, di
mana pergulatan hidup, ekonomi keluarga, karier, kesiapan hari tua, menjadi
kebutuhan mereka. Sedang tiras manula lebih pada kemakrifatan dan pembekalan
mengahadapi hunian kedua. Akhirat.
Puisi
yang baik bisa dicerna oleh semua tiras. Namun bagi penulis pemula sebaiknya
mulai menekuni salah satu tiras sebagai sarana latihan keterampilan bersajak,
dan setelah terkuasai bisa merambah ke tiras lain sesuai dengan perjalanan
kepenyairannya dan keyakinan akan kekuatan syair yang merupakan kepribadian
dirinya sebagai seniman kekata. Nah, mulailah. Atau ada yang kau tanyakan?
Salam.
Bogor,
050318
Sugiono MP/Mpp adalah wartawan, penulis biografi, memori, dan histori yang lahir di Surabaya, 9 Desember 19530. Sempat meraih Hadiah Junarlistik
Adinegoro untuk metropolitan (1984) dan Penulis Pariwisata
Terbaik (1984). Bukunya yang sudah terbit: Belajar dan
Berjuang (1985), Srikandi Nasional
dari Tanah Rencong (1987), Sang Demokrat
Hamengku Buwono IX (1989), Jihad Akbar di Medan
Area (ghost
writer, 1990), Menjelajah Serambi
Mekah (1991), Ketika Pala Mulai
Berbunga (ghost
writer, 1992), Melati Bangsa,
Rangkuman Wacana Kepergian Ibu Tien Soeharto (1996, Persembahan Wiranto), Pancaran Rahmat dari
Arun (1997), Biografi Seorang Guru
di Aceh (2004, biografi Prof. DR. Syamsuddin Mahmud), Anak Laut (2005,
biografi Tjuk Sukardiman), Selamat Jalan Pak
Harto (2008), Pengabdi Kemanusiaan (2010),
dan Aceh
dalam Lintasan Sejarah 1940-200 (2014).
Dia pernah bekerja di beberapa
penerbitan, antara lain: Sinar Harapan (s/d
1984), Majalah
Sarinah (1984-1988), Majalah Bridge
Indonesia (1990-1995), Harian Ekonomi Bisnis
Indonesia (1996), dan Komunikasi (1998). Kini dia sebagai Pemimpin
Redaksi majalah online NEOKULTUR.