Puisi-Puisi Armen S Doang
Dada Lautan
dada yang di dalamnya kusisipkan pelabuhan
sebagai pelaminan
di mana kau menaiki anak tangga
aku sampan yang mengayuhmu ke hulu
menutup layar dan melihat bulan
melumat bibir tipismu yang temaram
lalu malam menabur bintang
menjelma mata yang terjaga
mari telanjangi pikiran
biarlah laut tidur mendengkur
dan janur kuning di tepian
melengkung ke dalam ingatan
Bekasi, 4 Mei 2016
Kami Kasmaran
Mungkin kami tiba dari negeri dongeng yang
tak pernah ada
Ketika gerbang terbuka dan lonceng ditabuh
Kami tumbuh
bersama barisan bangku kayu
Juga senyum yang berlari
dari bibir kepada bibir lainnya
Bersama tunas tunas kelapa
yang pernah ditanam dalam pot pot kecil,
lalu digantung sepanjang dinding
menjadi jejak di bawah cakrawala
Sebab
tak ada lagi yang dapat kami tanam selain
ingat dan kenang
Mungkin sedikit cinta memupuk kasih menjadi
tersayang
Yang kerap tak sampai terungkap hanya mampu
menghitung derap
Lonceng akhir sekolah menjelma waktu yang
gelisah
dalam lekuk harap yang tak kunjung berhenti
disembunyikan
Dada basah rindu, tak dapat lagi berteduh
Di bawah gugusan awan
mata bertamu mata
Adakah yang lebih merabunkan selain kasmaran?
Seperti sunyi di dalam keramaian yang lebih
redup dari malam
tak mampu kami bayar dengan seluruh musim
Hingga kepala dipenuhi bunga jambu
tiada sanggup kami membeli waktu
Hanya goresan sebagai ingat
kami titip berbentuk hati
dengan tinta biru di atas meja kayu
yang mungkin telah tertutup debu
Bekasi, 16/03/2016
Sedikit Demi Sedikit
Bukan aku sudah habis menarik, hanya sedikit
kerut bertambah di wajah dan lemak berlebih di lingkar perut.
Semua hanya bertambah sedikit demi sedikit,
tetapi mengapa kecerdikannya bertambah begitu cepat.
Seperti dua malam lewat, saat pulang membawa
senyum sumringah
serta aroma berbeda yang menyengat.
Sedikit demi sedikit aku mendekat, sedikit
demi sedikit dia menjauh, serupa berada di ruang asing, bertatap dengan mata
asing yang saling mengumpat.
Mungkin baiknya kubuka saja pintu,
mempersilakan wajah lain bertamu, bertukar sedikit parfum, berbagi aroma napas
lekat-lekat.
Hingga sedikit demi sedikit kerut di wajah
dan lemak di lingkar perut tak lagi berbagi keringat dengan aroma yang
menyengat.
Bekasi, 2016
Armen S Doang adalah pencinta puisi dan burung. Puisi-puisinya pernah
dimuat sejumlah media, dan buku bersama, seperti Tifa Nusantara 3, dan lainnya.
Kini bergiat aktif di klub Puisi Film Indonesia dan tinggal di Bekasi.
(083894633110/ armensetiajiuntung@gmail.com)