Menapak Jalan Suci Ketuhanan karya Muhammad Shiddiq al-Ghumary
Judul: Menapak Jalan Suci Ketuhanan
Karya Sayyid Abdullah bin Muhammad Shiddiq al-Ghumari al-Idris al-Hasani
Penerbit: TareSI Publisher & Zawiyah
Cetakan Pertama: April 2017
Editor: Mabda Dzikara
Pengantar
Penerbit
“Tasawuf sungguh memiliki kedudukan yang
agung, kemuliaannya sangat luhur, manfaatnya sangat besar, cahanya bersinar,
buahnya lebat dan lembahnya subur dan makmur. Majelis-majelisnya memanggil para
tamu untuk melakukan kebaikan sesuai bagiannya, mengajak mereka untuk
membersihkan diri dari nafsu dan kotoran, mensucikannya dari perbuatan tercela,
menaikkan ke derajat bahagia, dan mengantarkan manusia kepada keridhaan dan
kasih-Nya.” (Syekh Abdullah bin Muhammad Shiddiq al-Ghumary).
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT
yang telah memuliakan manusia dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia.
Selawat dan salam selalu tercurah kepadanya beserta keluarga, sahabat, dan
penerusnya.
Sayyid Abdullah bin Muhammad Shiddiq
al-Ghumary al-Hasany adalah seorang ulama besar Maroko yang merupakan mahaguru
para ulama besar di zaman ini. Beliau merupakan putra dari seorang sufi agung
pendiri masyrab thariqah Siddiqiyyah Syadziliyyah; Syekh Muhammad Shiddiq
al-Ghumary yang nasabnya bersambung kepada Rasulullah SAW dari jalur Sayyidina
Hasan RA.
Kata al-Ghumary sendiri yang disandang oleh
Syekh Abdullah di belakang namanya merupakan sebuah klan keluarga yang dikenal
mempunyai sumbangsi besar dalam dunia keislaman, khususnya dalam bidang hadis.
Tercatat, nama-nama besar ulama abad ini, baik yang masih hidup, maupun yang
sudah wafat pernah mengambil ijazah dan sanad hadis dari kejernihan mata air
klan mulia ini. Di antaranya adalah Sayyid Muhammad bin Alawi al-Makki, Syekh
Yasin al-Fadani, Syekh Dr. Ali Jum’ah al-Mashri, Syekh Dr. Said Mamduh
al-Mashri, Syekh Abu Fattah Abu Ghuddah al-Halabi, Sayyid Dr. Yusri Rusydi Jabr
al-Hasani al-Mashri, dan lain-lain.
Salah satu dari keluarga yang paling terkenal
dalam klan ini adalah keturunan mulia dari Syekh Muhammad bin Shiddiq al-Ghumary
beserta tujuh orang anak beliau, yaitu Syekh Ahmad, Syekh Abdullah, Syekh
Muhammad al-Zamzami, Syekh Abdul Hay, Syekh Abdul Aziz, Syekh Hasan, dan Syekh
Ibrahim yang menjadi benteng metodologi dan hujjah dalam tradisi Ahlussunnah
wal Jamaah.
Hadirnya karya besar di tangan pembaca ini
merupakan terjemahan dari dua kitab monumental karya Syekh Abdullah bin
Muhammad Shddiq al-Ghumary yaitu al-I’lam bi anna At Tashawwuf min Syaria’ti
al-Islam dan Ithaf al-Adzkiya bi Jawazi At-Tawassul bi al-Anbiya wa al-Auliya
yang merupakan sebuah usaha intelektual untuk dapat memenuhi kebutuhan para
pencari ilmu, khususnya para salikin dalam menyelami hakikat utuh dari tasawuf
sebagai representasi dari salah satu rukun agama yaitu al-Ihsan, dengan tawasul
sebagai salah satu perangkatnya.
Dunia tasawuf dan amaliah tawasul memang
dapat dikatakan seperti dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan.
Walaupun pembahasan tawasul pada hakikatnya adalah bagian dari fikih dan bukan
tasawuf itu sendiri. Namun, yang menjadi sangat penting adalah bagaimana
kemudian praktik tawasul seringkali hadir dalam sebagian amaliah tasawuf,
khususnya apa yang kita kenal dengan tarekat.
Dalam banyak praktik tasawuf, istilah tawasul
(mengambil perantara dalam mendekatkan diri kepada Allah SAW.) seringkali
dilakukan; apakah itu melalui perantara amal saleh hingga melalui person yang
dianggap memiliki daya linuwih/ frekuensi kedekatan tinggi kepada Allah SWT
khususnya Nabi Muhammad SAW. Jika kita analogikan tujuan tasawuf sebagai sebuah
kota, maka pintu gerbangnya adalah Nabi Muhammad SAW, dan orang-orang saleh
yang mengikuti jalannya. Sedangkan tawasul bisa dipandang sebagai sebuah kunci
yang membuka gerbang utama itu sendiri.
Namun demikian, buku ini hanyalah terjemahan
dari dua kitab yang telah kami sebutkan di atas, dan bukan kajian atas apa yang
kami telah paparkan terkait benang merah antara tasawuf dan tawasul tersebut.
Hanya saja, dengan hadirnya buku ini, kami berharap pembaca dapat lebih banyak
mengambil manfaat dengan apa yang telah kami usahakan.
Dalam buku yang kami beri nama “Menapak Jalan
Suci Ketuhanan; Mengurai Makna Tasawuf dan Polemik Tawasul dalam Perspektif
Sunnah” ini sengaja kami sertakan pula teks asli dalam bahasa Arab, dengan
harapan agar pembaca dapat merujuk langsung kepada lafaz dan diksi kata yang
Syekh Abdullah tuliskan dalam dua kitabnya tersebut.
Buku ini juga merupakan terbitan perdana kami
dalam menjalankan amanah penyebarluasan karangan dan karya para Sadah
al-Ghumariyah di Indonesia. Juga sebagai bentuk khidmat kami kepada masyayikh
dan guru-guru kami yang kami harapkan dapat menjadi wasilah dan saksi kami di
hadapan Allah SWT. Buku ini juga diharapkan dapat menjadi pencerah di tengah
serangan terhadap tasawuf dan praktik tawasul yang kerap dianggap telah
melenceng dari ajaran Islam.
Terakhir, kami memohon doa dari para pembaca
sekalian, agar dapat istikamah dalam menghadirkan karya-karya bermutu di
hadapan pembaca sekalian, khususnya dalam rangka membentengi nilai-nilai Islam
Ahlussunnah wal Jamaah.
Jakarta, 25
April 2017