Hasil Kurasi Puisi Temu Penyair Asia Tenggara
#KAWACA.COM ~ TEMU Penyair
Asia Tenggara 2018 yang akan berlangsung di Padang Panjang pada 3-6 Mei 2018
mendatang telah mengumpulkan sebanyak 610 naskah puisi dari 610 penyair
Indonesia. Partisipasi juga datang dari penyair-penyair Malaysia, Singapura,
Brunei Darussalam, Timor Leste, Thailand dan Filipina.
Sejak diumumkan secara terbuka pada 3 Februari 2018 lalu, Tim Kurator yang terdiri dari Sulaiman Juned (Padang Panjang), Iyut Fitra (Payakumbuh) dan Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta) telah melakukan kerja kurasi yang ketat untuk memilih puisi-puisi terbaik yang akan dibukukan dan diluncurkan di perhelatan akbar itu.
Puisi-puisi yang lolos kurasi menjadi syarat kedatangan peserta Temu Penyair Asia Tenggara 2018 yang akan mengikuti sejumlah kegiatan, di antaranya: Seminar Sastra, Peluncuran Buku, Pembacaan Puisi di Situs-situs Sejarah, Malam Kesenian dan Wisata Kota Padang Panjang.
Pemerintah Kota Padang Panjang yang didukung Forum Pegiat Literasi (FPL) Padang Panjang memfasilitasi akomodasi dan konsumsi penyair selama acara berlangsung (biaya transportasi dari daerah asal pergi-pulang di luar tanggungan panitia). Peserta dimukimkan di rumah-rumah warga dan menikmati kuliner serta pertunjukan kesenian tradisi masyarakat Padang Panjang.
Usai bersidang dengan diskusi yang alot, Tim Kurator Temu Penyair Asia Tenggara akhirnya memutuskan memilih 200 puisi penyair Indonesia yang lolos kurasi sebagai berikut:
1. Akhmad Asy’ari, Sumenep (Padang Rindu)
2. Alek Wahyu Nurbista Lukmana, Padang (Untuk Ia yang
Tengah Bercinta)
3. Ahmad Wayang, Banten (Apa yang Kau Tangkap dari
Mataku)
4. Alfin Rizal, Yogyakarta (Tubuh yang Tumbuh Rahasia)
5. Ali Assegaf, Jakarta (Aku Akan Pulang)
6. Alexander Aur Apelaby, NTT (Merumah pada Hujan)
7. Arif Hukmi, Makassar (Suhu Udara)
8. Acep Syahril, Jawa Barat (Guru dan Geram Dingin)
9. Afry Adi Chandra, Surakarta (Sejak Tangkai-Tangkai
Hujan Menyentuh Debar serta Bibir)
10. Agung Wicaksana, Jawa Timur (Surat Terakhir Syekh
Haji Adam di Lereng Marapi)
11. Arif Purnama Putra, Pesisir Selatan (Musim di Kutub
Yang Tiada Salju)
12. Andini Nafsika, Padang (Satu Hari dalam Sepekan)
13. Aan Hidayat, Lampung Barat (Rindu di Lembah Anai)
14. Ade Novi, Jakarta (Padang Panjang)
15. Abdul Aziz HM, Yogyakarta (Hujan Menari di Bumi
Serambi Makkah)
16. Aflaha Rizal, Jakarta (Memeluk Kekasih Di Padang
Panjang)
17. Anggi Putri, Surabaya (Sebelum Detak Jam)
18. Ariyosde, Padang (Serambi Kota Hujan)
19. Al-Izhar, NTT (Di Beranda Bandara)
20. Arco Transept, Jakarta (Hujan di Padang Panjang)
21. Afrion, Medan (Di antara rimbun daun, kicau burung,
dan desir angin rintik hujan datang dari semesta)
22. Andi Jusiman, Makassar (Diantara Padang Panjang,
dan Batas Kecantikanmu)
23. Arif Rahman Hakim, Padang Pariaman (Tabik Rinduku)
24. Asqo L. Fatir, Banten (Merindukan Kabut)
25. Anju Zasdar, Pekanbaru (Reportase Hujan)
26. Ariffin Noor Hasby, Banjarbaru (Nyanyian Gendang
dari Padang Panjang)
27. Awaluddin Ishak, Aceh Tengah (Kampung Batu)
28. Arumida, Demak (Solang Selepas Hujan)
29. Aji Ramadhan, Surakarta (Ikan-Ikan Mengelilingi
Hutan)
30. Alif Laminuwan Benzaitan, Banten (Sejak Perpisahan
Pertama)
31. Aishah Basar, Rantau Prapat (Beri Aku Waktu)
32. Ainun Najib, Pinrang (Siang Di Jendela Perpustakaan
Atau Tertidur)
33. Ayu Harahap, Medan (Puisi Ini Untukmu)
34. Badaruddin Amir, Sulawesi Selatan (Gerimis Padang
Panjang)
35. Bambang Widiatmoko, Jakarta (Mantera Pemikat)
36. Budhi Setyawan, Jakarta (Semalam di Padangpanjang)
37. Boy Riza Utama, Pekanbaru (Sajak kepada Seorang
Orang Tua yang Bertemu Syafruddin Prawiranegara)
38. Bayu Hartendi, Padang (Cahaya Zohal)
39. Bachtiar Luthfi, Tegal (Peniup Kehidupan pada
Ruhku)
40. Badrul Munir Chair, Sumenep (Mengenang Hari Lalu)
41. Charles Patrick Maliando Nely, Makassar (Keindahan
Alam Kota Kecil)
42. Cut Mirna Rita, Aceh Utara (Hidangan)
43. Dani Sukma AS, Medan (Di Kotamu Bahagia Jadi Ritual
Paling Jantung)
44. DG. Kumarsana, Lombok Barat (Bulan, Mengambang di
Malam Purnama)
45. Dewi Ariska Permata Sari, Jombang (Cerita Hari Ini)
46. Dian Rennuati, Palembang (Renjana)
47. Dewi Mulkhaida Ningsih, Pekanbaru (Kau dan Aku
dalam Pengembaraan Rasa)
48. Daru Sima Suparman, Cilacap (Tandikat Tanah Datar)
49. Dafriansyah Putra, Batusangkar (Meneruka Jejak di
Rumpun Sajak)
50. Dwi Agustini, Padang (Bias di Balik Kabut)
51. Dyah Ambar, Pekanbaru (Rindu yang Basah)
52. Dellorie Ahada, Payakumbuh (Sebelum Kepulangan)
53. Eddy Pranata PNP, Banyumas (Kabut Mengapung Kian
Jingga)
54. Ewith Bahar, Jakarta (Hari Terakhir di Padang
Panjang)
55. Evan Ys, Jakarta (Gelanggang yang Kutempuh)
56. Endut Ahadiat, Padang (Dinginnya Kota)
57. Emi Suy, Jakarta (Rumah Gadang Ingatan)
58. Eko Ragil Ar-Rahman, Pekanbaru (Kitab Perjalanan I)
59. Emil, Bogor (Resital Hujan dan Kabut)
60. Endiy S Johan, Sumenep (Hujan Kenangan)
61. Eri Syofratmin, Jambi (Prasasti)
62. Edy A Effendi, Jakarta (Di tepi Laut)
63. Erwan Juhara, Bandung (Hikayat Padang Panjang)
64. Fakhrunnas MA Jabbar, Pekanbaru (Kurindu Sejuk
Gunung Hingga Malam-malam Memelukku Penuh Cumbu)
65. Fiky Indra Gunawan Saputra, Kalimantan Barat (Senja
Selepas Hujan Di Pesona Puncak Silaing Indah)
66. F. Pratama, Tanjung Balai (Redum)
67. Fuadi, Padang (Padang Panjang, Sejarah dan Aku yang
Rindu)
68. Fahmi Wahid, Kalimantan Selatan (Mozaik Padang
Panjang)
69. Fitriawan Nur Indrianto, Payakumbuh (Mutiara Kasih,
Basuo Bundo)
70. Fadila Hediaty Zahra, Sukabumi (Ziarah Kesejukan)
71. Fayentia, Batam (Dalam Hujan Usai Subuh)
72. Faiz Adittian, Purwokerto (Orang-Orang Bukit)
73. Feni Efendi, Payakumbuh (Menulis Peta di Ujung
Selendang)
74. Fontiasca Aleazim Atj, Aceh Utara (Arloji Kematian)
75. Giovanni A.L Arum, Kupang (Puisi yang Keras Kepala
Mencintaimu, Padang!)
76. Hikmat Gumelar, Bandung (Padang Panjang: Puisi
Belaka)
77. Heri Isnaini, Subang (Karikatur Hujan)
78. Hermawan, Rokan Hulu (Hutan Kabut di Kaki Merapi)
79. Hudan Nur, Kalimantan Selatan (Epitaf Nagari
Padang)
80. Irvan Mulyadie, Tasikmalaya (Verdant)
81. Irhyl R Makkatutu, Sulawesi Selatan (Yang Tiba di
Pelukan)
82. Ilhamdi Putra, Padang (Menjemput Pulang)
83. Itov Sakha, Medan (Mengecuo Ibu)
84. Ihsan Subhan, Cianjur (Landaian Rindu)
85. Irna Novia Damayanti, Purbalingga (Ingin Kubuat
Duniaku Sendiri)
86. Irfan Hasibuan, Medan (Ketika Tuhan Menciptakanmu)
87. Iskandar Muda, Gayo Lues (Aroma Rindu Padang
Panjang)
88. Ira Esmiralda, Babel (Mintuo)
89. Padang Panjang (Imam Maarif, Jakarta)
90. Ibnu HS, Kabupaten Sukamara (Kita Bukan Tamu di
Tanah Ini)
91. Jummita Sari, Padang (Melodi Hujan)
92. Julia Hartini, Bandung (Kabut yang Datang seperti
Puisi)
93. Jumari HS, Kudus (Melidius Padang Panjang)
94. Julaiha Sembiring, Medan (Senandung Saluang di Dada
Perantau)
95. Jasman Bandul, Riau (Padang Panjang, Kota Kecil
Tuan Gadang)
96. Kurnia Effendi, Jakarta (Membayangkan Kota Hujan)
97. Kunni Masrohanti, Pekanbaru (Bintang di Kaki
Marapi)
98. Kim Al Ghozali AM, Denpasar (Tamasya: Egypte van
Andalas)
99. Kevin Khanza Jaelani, Pekanbaru (Dari Balik
Punggung)
100. Kakanda Redi, Bali (Melawat ke Padang Panjang)
101. Khanafi, Purwokerto (Qasidah untuk Serambi Makkah)
102. Khoer Jurzani, Bogor (Kidung Padang Panjang)
103. L.K. Ara, Banda Aceh (JÃ lan Berkabut)
104. Lintang Ismaya, Jakarta (Surat dari Mesir Van
Andalas)
105. Laura Rafti, Riau (Akar Hujan)
106. Marhalim Zaini, Pekanbaru (Agama Kabut)
107. Muhammad Ibrahim Ilyas, Padang (Risaulai)
108. M. Raudah Jambak, Medan (Lengang Singgalang
Lenggang Padang Panjang)
109. Muhammad de Putra, Pekanbaru (Meninggali Padang
Panjang)
110. Mas Muhammad Idris, Yogyakarta (Tak Menyisakan
Tempat Peraduan)
111. Mena Dewi Lestari, Garut (Puasa Merapal Doa)
112. Muhammad Ridlo, Bandung (Ruang Gadang)
113. Mukti Sutarman Espe, Kudus (Padang Panjang: Puisi
yang Mengundang)
114. Mohamad Fauzi, Pemalang (Suluk Bumiku)
115. Muhammad Rifki, Jakarta (Pulangkan Aku ke Rahim
Ibu)
116. Marfuah, Jakarta (Sang Pengelana Kisah di Awal
Tahun)
117. Muhammad Irsyad Al-djaelani, Pekanbaru (Ambrosia
Padang Savana)
118. M. Fitrah, Bandung (Lebuh Fajar)
119. Mustafa Ismail, Jakarta (Dari Didong Hingga
Saluang)
120. Mona Lisa, Sumatera Selatan (Kehadiran)
121. Muhammad Abdurrachman, Sukabumi (Pulang)
122. Maria Ulfa D. P, Brebes (Sebuah Ingatan)
123. Muflih Helmi, Pekanbaru (Menjamumu di Padang
Panjang, Sampai Daun Digugurkan Angin)
124. Mohamad Iskandar, Demak (Wasiat Tanah Cahaya)
125. Musyfiqur Rahman, Sumenep (Pendakian di Bawah
Hujan)
126. Mezra E. Pellondou, NTT (Setangkai Egypte van
Andalas)
127. Marsten L. Tarigan, Pematang Siantar (Pepatah
Telah Berpihak)
128. Mohammad Arfani, Palembang (Tentang Perempuan Tua
yang Tertegun di Depan Bangunan Tua Saoejah 1927)
129. Misbach Kherr, Sulawesi Selatan (Melukis Senja di
Langit Padang Panjang)
130. Ni Wayan Idayati, Denpasar (Buat Ayah)
131. Nuning Kusumaning Palupi, Semarang (Eloknya Negeriku)
132. Nining Nur Hidayanti, Tuban (Agypte van Andalas
(Padang Panjang): dari Pariaman ke Singgalang)
133. Neni Yulianti, Cirebon (Tamasya di Kedalaman Rahim
Padang Panjang)
134. Novia Rika Perwitasari, Tangerang Selatan (Padang
Panjang Nan Tenang)
135. Nila Hapsari, Bekasi (Di Bawah Jembatan Tinggi
Silaiang)
136. Niken Kinanti, Bandung (Debar)
137. Nunung Noor El Niel, Bali (Adat Bersilang
Berzanji)
138. Nurfadilah Amal, Makassar (Mekanisme Percaya)
139. Okta Piliang, Payakumbuh (Cerita Tua)
140. Putri Andini Agustin, Pekanbaru (Buat Perempuan di
Pasar Usang)
141. Pusvi Defi, Pekanbaru (Rinjani)
142. Q Alsungkawa, Lampung (Ketika Hasrat Menjadi
Puisi)
143. Roymon Lemosol, Maluku (PadangPanjang)
144. Redovan Jamil, Padang (Batipuh X Koto)
145. Rapina Semesta, Pekanbaru (Gerbong Kereta Tua)
146. Riri Satria, Jakarta (Antara Padang Panjang dan
Bukittinggi)
147. Reky Arfal, Pekanbaru (Hujan Turun Merangkul
Padang Panjang)
148. Rozali Jauhari Alfanani, Mataram (Bukan Bumi
Biasa)
149. Rizqian Rahmatalla, Sumenep (Kausar)
150. Ramayani Riance, Jambi (Senarai Rindu)
151. Rezqie M. A. Atmanegara, Kalimantan Selatan
(Mengaji Jejak Bumi Padang Panjang)
152. Rabiatul Hasanah Daulay, Pekanbaru (Kopi dan
Bait-Bait Hujan di Gunung Singgalang)
153. RahmaYunita, Riau (Surga Sumatra)
154. Rio Rinaldi, Padang (Wahai, Adakah yang Tahu
Dinginnya Hati Ini)
155. Sisi Rosida, Medan (Tubuh Pelaminan)
156. Syarifuddin Arifin, Padang (Daunan Tegak Diusap
Embun)
157. Salman Yoga S., Aceh Tengah (Ber-Ibu kepada Hulu)
158. Setia Naka Andrian, Semarang (Padang Panjang dan
Jika Suatu Pagi)
159. Sartika Sari, Medan (Sepanjang Padang Ingatan)
160. Surya Hardi, Pekanbaru (Tak Ingat Lagi)
161. Sujud Arismana, Pekanbaru (Perantau Senja Padang
Panjang)
162. Saraswati, Karawang (Sebelum Rindu Tunai di Padang
Panjang)
163. Shan Ufuk Timur, Palembang (Ratna)
164. Soeryadarman Isman, Banda Aceh (Merindui Kabut)
165. Syarif Hidayatullah, Jakarta (Padang Panjang
Ladang Ingatan)
166. Selfina Maulany, Ambon (Dari Kanvas Langit Timur
Kulukis Engkau)
167. Syarifuddin Aliza, Aceh Barat (Padang Panjang
dalam Sungkupan Kabut)
168. Suyatri Yatri, Rokan Hulu (Kenangan Hutan Padang
Panjang)
169. Tulus Wijanarko, Yogyakarta (Tambo Gadis Nan
Siapo)
170. Tarmizi, Rumbai (Tentang Rindu Lembah dan Bukit
Surungan)
171. T.M. Sum, Riau (Aku Menatap Lukisan)
172. Tadjudin Nur, Surabaya (Padang Panjang, Selamat
Pagi)
173. Toto ST Radik, Banten (Menuju Padang Panjang)
174. Ulfatin Ch, Yogyakarta (Jalan Pulang)
175. Ubai Dillah Al Anshori, Pematang Siantar (Di Kota
Hujan)
176. Uki Bayu Sedjati, Tangerang Selatan (Nagari)
177. Viddy Ad Daery, Lamongan (Kenangan Padang Panjang)
178. Vivi Astari, Limapuluh Kota (Rindu Pulang)
179. Wayan Jengki Sunarta, Denpasar (Di Padang Panjang
Kau Menungguku)
180. Wicaksana Isa Nugraha, Surabaya (Deskripsi Rindu)
181. WS Winarso, Palembang (Di Padang (Penantian)
Panjang)
182. Welly Suryandoko, Lamongan (Penari Hujan)
183. Wahidah Rahmadhani, Medan (Pulanglah ke Pelukan
Padang Panjang)
184. Wirja Taufan, Padang (Mimpi Yang Ragu)
185. Willy Ana, Jakarta (Van Andalas)
186. Wibam, Tangerang Selatan (Membaca Darahmu)
187. Win Gemade, Aceh Tengah (Batipuh)
188. Win Ansar, Banda Aceh (Embun Pagi)
189. Wahyu Gandi G, Makassar (Genesis Kota Luar Mata)
190. Yana Risdiana, Bandung (Menuju Silek Lanyah)
191. Yulia Tasnim, Medan (Perihal Rindu yang Rusuh)
192. Yunisa Dwiranda, Padang (Kota dalam Diri)
193. Yeyen Kiram, Padang (Di Padang Panjang Aku Melipat
Deta)
194. Yahya Andi Saputra, Jakarta (Hikayat Sang Jelita)
195. Yori Kayama, Bengkulu (Jalur Menepi)
196. Yum A.Z, Payakumbuh (Padang Panjang; Padang-Mu
Begitu Panjang Membentang)
197. Yogi Andika Hendraliza, Sawahlunto (Rindu Nada)
198. Yoseph Yapi Taum, Flores (Jejak Pesona)
199. Zulfikar, Banda Aceh (Kembali Ke Kota Cinta)
200. Zuliana Ibrahim, Takengon (Rindu yang Tersesat)
Panitia mengucapkan selamat kepada 200 penyair Indonesia yang nama-namanya tersebut di atas dan secara resmi diundang mengikuti Temu Penyair Asia Tenggara 2018 di Padang Panjang.
Panitia secara khusus juga mengundang 50 penyair Sumatera Barat dan 50 Penyair Asia Tenggara (Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste, Thailand dan Filipina) yang nama-namanya diumumkan terpisah.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang Panjang bersama Forum Pegiat Literasi (FPL) Padang Panjang mengucapkan terima kasih atas partisipasi penyair-penyair yang telah mengirim puisi. Terima kasih juga kepada Tim Kurator yang telah bekerja keras memilih puisi-puisi terbaik.
Semua pihak yang ikut mendukung dan menyukseskan kegiatan ini, panitia juga menyampaikan terima kasih. Salam puisi, salam literasi.
Padang Panjang, 25 Maret 2018
DINAS PERPUSTAKAAN & KEARSIPAN KOTA PADANG PANJANG
FORUM PEGIAT LITERASI (FPL) PADANG PANJANG