Hasil Kurasi Puisi Pematangsiantar
#KAWACA.COM ~ Akhirnya setelah melewati Pebruari, dengan
semangat komunal dilandasi pada silaturahmi, kecintaan pada literasi khususnya
puisi dan mengingat tahapan proses telah terkumpulnya lebih dari 300-an puisi
mengenai kota Pematangsiantar.
Puisi-puisi yang telah dikirim ratusan
penyair dari penjuru nusantara, dalam tempo hanya sekitar 3 minggu sejak
diumumkan hajatan hingga deadline ternyata cukup disambut antusias oleh
kalangan kawan dan para sahabat penyair. Perkenankanlah kami Komunitas Tugu
sastra Siantar, yang masih belia ini tuk mengatur tabik dan ribuan terima kasih
atas segala kontribusi dan partisipasi.
Bahwa sejak 28 Pebruari 2018 adalah tenggat
deadline pengiriman, kini saatnya Tim kurator cq Panitia dari Komunitas Tugu,
sastra Siantar mengumumkan hasil kurasinya. Semoga, buku antologi ini bisa kita
luncurkan pada salah satu konten acara yang akan kita selenggarakan di kota
Siantar, Parapat dan pulau Samosir.
Kami mengucapkan selamat dan tetap
menyala-nyala bagi semua sahabat, sampai jumpa pada Temu Penyair Nusantara,
12-14 April 2018.
Hasil Kurasi Puisi Pematangsiantar
1. Agung Wicaksana ( Surabaya ) – Di
Sepanjang Pematang, Beribu Kasih Kuutarakan Kepadamu
2. Alda Muhsi ( Medan) – Menerawang Kenang
3. Aloeth Phati ( Pati ) – Pematangsiantar
Kota Kenangan
4. Annisa Tri Sari ( Medan) ¬– Pertemuan
Hujan
5. Arbi Tanjung ( Bukit Tinggi) – Tercecer
Kisah Ruas Jalan Medan – Padang
6. Asqo L Fatir ( Banten )- Berkata, Becak
Siantar
7. Ayu Harahap ( Medan) – Yang Pergi di
Karang Anyer
8. Bambang Kariyawan ( Riau ) – Mengakhiri
Tanda
9. Bambang Widiatmoko ( Bekasi ) – Meminang
Pematangsiantar
10. Biolen Fernando Sinaga ( Medan ) –
(Pe)matang(s)ian(ta)r
11. Budhi Setyawan (Purworejo) – Becak
Siantar
12. Dedy Tri Riyadi ( Jakarta ) – Diajak
Sajak ke Pajak Horas
13. Defriansyah Putra ( Batu Sangkar) –
Menjemput Tubuh
14. Dellorie Ahada Nakatama ( Payakumbuh ) –
Menepis Batas
15. Dewi Mulkhaida Ningsih ( Pekanbaru ) –
Pertemuan
16. Dewi Sartika ( Kediri ) – Sejumput Surat
Untukmu Dari Siantar
17. Edrida Pulungan ( Jakarta ) – Meneguk
Senja di Kotamu Yang Terlupa, dan Horja
18. Eko Ragil ( Pekanbaru ) – Kitab
Perjalanan III
19. Endut Ahadiat ( Padang ) – Siantar Kota
Kedua
20. Emi Suy ( Jakarta ) – Mengantar Rindu Ke
Siantar
21. Erwan Juhara ( Bandung ) Pematang Siantar
22. Ewith Bahar ( Jakarta ) – Perempuan Bolon
di Pematang Purba
23. Fachrul Roza ( Pematangsiantar ) – Kok
Tong
24. Fileski ( Surabaya ) – Pertemuan di
Siantar
25. Fitria Panjang ( Medan ) – Kedai Kopi Kok
Tong, Malam Ini
26. Harkoni Madura ( Bangkalan ) – Reportase
Pematangsiantar
27. Hartinah Ahmad ( Singapura ) –
Pematangsiantar
28. Heri Purwanto ( Pangandaran ) – Di
Siantar Aku Mencinta
29. Hermawan ( Rokan Hulu, Riau ) – Mutiara
dari Siantar
30. Ibnu Khalid ( Pekanbaru ) – Holong
31. Ida Fitri( Biereuen, Aceh ) – Ulos
Siantar
32. Idris Siregar ( Deli Serdang ) – Demi
Pematangsiantar Berpijar
33. Ihsan Subhan ( Cianjur ) – Memorabilia
Isi Kota
34. Imam Rosyadi ( Sumenep ) – Di Air Terjun
Katasa
35. Itov Sakha ( Pematangsiantar ) - Piss,
Pajak Horas Siattar
36. Jayu Marsius ( Bengkulu ) – Di Dangau
37. John Siregar ( Medan ) – Setelah Jembatan
Ini
38. Julaiha Sembiring ( Medan ) – Risalah
Lelaki dan Tubuh Masa Lalu
39. Julia Hartini ( Bandung ) – Menunaikan Gegas
40. Jumari HS ( Kudus ) – Tenun Ulos
41. Khanafi ( Banyumas ) – Tembang
Pematangsiantar
42. Kunni Masrohanti ( Pekanbaru ) – Siantar
Hingga Puan Bolon yang Malang
43. Kurnia Effendi ( Jakarta ) – Sebelum
Sampai Toba, dan Het Juliana Hotel
44. LK Ara ( Aceh ) – Jalan Terhampar
45. L Surijaya ( Yogyakarta ) – Di dalam
Lautmu, Laika
46. Maringan Manik ( Pematangsiantar ) – 128
km Medan, 50 km Danau Toba
47. Marsten L. Tarigan ( Pematangsiantar ) –
Pulang Ingatan ke Siantar
48. Maulana Satrya Maulana ( Medan ) –
Jorlang Hataran
49. Maulidan Rahman Siregar ( Padang ) –
Kuantar Hesti ke Pematangsiantar
50. Mezra E. Pellondou ( Kupang ) – Siantar
51. Mosthamir Thalib ( Riau ) – Bung Siantar
dan Kenen Husen Dan A Seng
52. Muhammad Asqalani ( Pekanbaru ) - Cerita
Sebelum Sampai Kita ke Jalan Sudirman No. 20
53. Muhammad Daffa ( Surabaya ) – Tualang Si
Anak Rantau
54. Muhammad de Putra ( Riau ) – Tuak
55. Muhammad Raudah Jambak ( Medan ) – Balada
Perempuan Penari yang Kehilangan Gemulai Tubuhnya, dan Bah Butong
56. Nermi Silaban ( Yogyakarta ) – Dari Tambo
Buah Anggir
57. Niken Kinanti ( Bandung ) – Umbul Manigom
58. Ni Wayan Idayati ( Bali ) – Pertempuran
59. Norazimah Abu Bakar ( Kuala Lumpur ) –
Semanis Teh dan Senyum Gadis
60. Nuriyah Widi ( Kulonprogo ) – Membaca
Pesan Rindu di Bawah Langit Pematangsiantar
61. Nurul Maulida Anwar ( Tanjungbalai ) – Di
Kota yang Ingin Kutemui
62. Okta Piliang ( Payakumbuh ) – Motor
Penumpang, dan Pikat Pitunang
63. Pommpy Ceisar Sihotang ( Jakarta ) – Juli
1947
64. Pretty Purnamasari ( Pekanbaru ) – Amang
Tua Dan Bentor di Pematangsiantar
65. Pusva Devi ( Pekanbaru ) – Dondang Ratap
Omak
66. Qal Sangkawa ( Lampung ) – Mengulang
Sesabit di Langit
67. Riki Utomi ( Pekanbaru ) – Mengikat
Kenangan dalam Becak Siantar
68. Rinidiyanti Ayahbi ( Jakarta ) – Lilitan
Kenang Pematangsiantar
69. Risca Nanda Fontia ( Aceh ) – Bah Biak
70. Riski Andika ( Karawang ) – Anggraininim
71. Roymon Lemosol ( Maluku ) – Melati dari
Perut Bidadari
72. Salman Yoga S ( Takengon ) – Pengantin di
Kedai Kopi Kok Tong
73. Sartika Sari ( Medan ) – Di Jantong
Kebon, Kami Berdiang, Menjadi Tulang Asap
74. Saut Situmorang ( Yogyakarta ) –
Andung-Andung Petualang, dan Samosir
75. Sri Rm Simanungkalit ( Samosir ) – Sajak
Cinta di Atas Tao
76. Sunaryo JW ( Padangsidempuan ) – Besar di
Negeri Tiri
77. Syarifuddin Arifin ( Padang ) – Di
Pematang Aku Berdiri
78. Syarwan Hamid ( Pekanbaru ) – Sang
Nawaluh Masih dalam Ingata
79. Titan Sadewo ( Medan ) – Merindui
Pematangsiantar
80. Ubai Dillah Al Anshori ( Pematangsiantar
) – Puisi Menjalari Pematangsiantar
81. Uki Bayu Sedjati ( Tangerang ) –
Pematangsiantar
82. Ummi Risa ( Bekasi ) – Kesaksian
Pematangsiantar
83. Wayan Jengki Sunarta ( Denpasar ) –
Bayangkan Sebuah Kota Tanpa Senyumanmu
84. Yana Risdiana ( Bandung ) – Tangkisan
Waktu
85. Yanu Isti ( Jakarta ) – Di
Pematangsiantar Hatiku Bersangkar
86. Ylalali ( Surabaya ) – Sejumput Surat
Untukmu dari Siantar
87. Yulia Tasnim ( Medan ) – Menuju Ibu
88. Zulhamus Syafira ( Yogyakarta ) –
Kenangan Runcing Melukaiku
89. Zuliana Ibrahim ( Takengon ) – Mencari
Kabar dari Pematangsiantar
Baca Juga: Catatan Kurator Puisi Pematangsiantar
Baca Juga: Catatan Kurator Puisi Pematangsiantar