Debat Puisi Esai Jilid II
Silahkan dicermati pihak yang pro ataupun kontra puisi esai
-000-
SUMBANGAN PUISI ESAI
bagi studi masyarakat Indonesia
Dr. Rasiah M, Hum, dosen sastra inggris di Sulawesi Tengah
1. Sumbangan apa yang bisa diberikan puisi esai untuk memotret batin Indonesia dan memperkaya sastra?
Puisi esai menyediakan sumber-sumber pengetahuan yang dapat melengkapi dan memperkaya data sosio-antropologis yang kurang masif disuarakan dalam teks non sastra.Isu yang dihadirkan, tidak jarang, masih hangat dan kontekstual.
Sedangkan dalam jenis puisi lain, masalah-masalah sosial tersaji dengan bahasa yang terlampau esklusif, sehingga menyulitkan masyarakat mengakses pengetahuan tersebut.
Hal ini memungkinkan puisi esai menjadi sumber-sumber data sekunder bagi riset interdisipliner tentang Indonesia dan keberagaman Indonesia.
Selain itu, puisi esai juga dapat melahirkan rasa solidaritas, dalam diri pembaca, karena ia menyajikan sebuah masalah sosial dalam kaca mata tertentu.
Melihat gaya ekspresinya, puisi esai tidak saja memperkaya “warna” sastra, tetapi juga membuat persambungan sejarah dalam sastra Indonesia.
2. Bagaimana menilai lahirnya gerakan 170 penyair dan penulis Indonesia di 34 propinsi akan menulis 170 tema sosial untuk 34 buku, tanpa sepersen pun dana pemerintah, dalam bentuk puisi esai? Apa yang membuat gerakan ini berhasil?
Ini cara Puisi Esai mengukir sejarahnya dalam sastra Indonesia. Gerakan 170 penyair yang mengangkat tema sosial di seluruh Indonesia menghidupkan kembali gerakan dalam sastra Indonesia dengan semangat zamannya.
Gerakan ini juga dinilai positif karena tidak membebankan anggaran kepada pemerintah, dan masalah honor, selama menulis dinilai sebagai sebuah pekerjaan profesional, ia tidak haram mendapat imbalan finansial.
Gerakan ini bisa berhasil jika terus diresepsi baik dalam bentuk tanggapan atau sambutan. Dalam teori sastra, resepsi merupakan salah satu elemen penting yang patut dipertimbangkan.
Tanggapan dapat muncul dalam bentuk reaksi pro kontra, dinamika tanggapan mulai dari munculnya sampai pada perkembangan yang terakhir, penyambutan dalam bentuk genre yang lain, seperti: film, musikalisasi, teater, dan lain sebagainya, serta riset-riset mengenai puisi esai. Karya sastra yang besar adalah sastra yang memiliki sejarah tanggapan. Puisi esai sedang menuju ke arah tersebut.
3. Bagaimana menilai slogan yang bukan penyair boleh ambil bagian? 50 % penulis puisi esai bukan penyair karir tapi penulis, dosen, aktivis, dan jurnalis?
Ini menjadi bagian dari gebrakan gerakan puisi esai. Jangankan penulis, dosen, aktivis, dan jurnalis yang sudah pasti memiliki keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman dalam menulis, anak usia sekolah saja dapat dan berhak untuk menulis. Perkara itu disebut “puisi atau bukan”, “berkualitas atau tidak” serahkan kepada pembaca yang menjadi penikmat dan penilainya.
Elitisasi sastra yang menganggap kegiatan berpuisi hanya milik orang atau kelompok tertentu justru dapat mengkerangkeng kreativitas seseorang dan memutus dinamika dalam sastra.
4. Bagaimana dengan klaim telah lahir genre baru sastra atau angkatan puisi esai karena sudah dan akan ada 34 buku puisi esai plus sebelumnya 40 buku, selama lima tahun ini?
Genre puisi esai sudah ada sebelumnya, tetapi gerakannya di Indoensia baru bergema di era sekarang. Meskipun begitu, puisi esai yang dianggap telah ada sebelumnya juga tidak sama persis dengan puisi esai yang ada sekarang.
Munculnya catatan kaki, bahasa yang digunakan, serta tema yang diusung merupakan bagian inovasi yang dibuat oleh puisi esai era sekarang. Karya sastra pada dasarnya selalu berada dalam ketegangan konvensi dan inovasi.
Inovasi menjadi tanda lahirnya gerenasi baru dalam sastra.
Jika melihat slogan, pelopor, buku yang dihasilkan, serta ciri khas karya, dapat dikatakan telah muncul angkatan puisi esai dalam sastra Indonesia.
Slogan yang diusung oleh gerakan puisi esai adalah memotret batin dan isu sosial di Indonesia yang dipelopori oleh Denny JA dan kawan-kawan dengan sejumlah karya yang sudah dipublikasikan, serta gerakan menulis puisi esai secara serempak di 34 propinsi merupakan upaya pembuktian munculnya angkatan baru dalam sastra Indonesia.***
(Silahkan datang jam 16.00, Jumat 9 maret 2018, di jalan guntur 49, jakarta)