Buku: Miryam karya Astrajingga Asmasubrata
#KAWACA.COM - Setelah lama ditunggu oleh pemesannya, akhirnya buku ini terbit.
Judul Buku: Miryam Dan Bayangan Dari Yang Berlalu
Sastra: Kumpulan Sajak
Penerbit: Taresi Publisher & Lokomoteks - Jurnal Sastra Bulanan
Prolog: Hasan Aspahani (Aroma Tubuh Sendiri dan Minyak Wangi Para Kyai)
Epilog: Joko Pinurbo (Puisi: Perjalanan yang tak Pernah Selesai)
Penyelia Naskah: Dian Nafi Abdilah
Perancang Sampul: Yudith Tri Susetio
Jumlah Halaman: 119
Harga: Rp. 50.000,-
Lake Louise (Alberta)
-- M.M. Miryam Bertus
Ada dingin yang meleleh di wajahmu, tapi
Bukan saleh salju dari gawir gunung Whyte
Ketika kaupijaki anak tangga menuju tepi
Danau Louise. Rindumu yang tropis
Menggigil di area ski, satu-dua ingatan
Tentang rumah dan pelukan ibu berkelebat
Bagai sinema di jendela hotel Fairmont's
Dalam tatapmu yang beku bersurih getun
Secarik peta Alberta tak sekadar denah kota
Ada hamparan harapan dan titah impian
Paling zamrud sekemilau danau Louise itu
Yang kautahbis jadi cermin alibi dispersal
Ada dingin yang lain merambat ke dadamu
Memasuki ruang penuh raung 1998 silam
Pekat asap dan pecahan kaca balurkan anyir
Darah ibu dalam ingatan: Negerimu yang sedih
Judul Buku: Miryam Dan Bayangan Dari Yang Berlalu
Sastra: Kumpulan Sajak
Penerbit: Taresi Publisher & Lokomoteks - Jurnal Sastra Bulanan
Prolog: Hasan Aspahani (Aroma Tubuh Sendiri dan Minyak Wangi Para Kyai)
Epilog: Joko Pinurbo (Puisi: Perjalanan yang tak Pernah Selesai)
Penyelia Naskah: Dian Nafi Abdilah
Perancang Sampul: Yudith Tri Susetio
Jumlah Halaman: 119
Harga: Rp. 50.000,-
Lake Louise (Alberta)
-- M.M. Miryam Bertus
Ada dingin yang meleleh di wajahmu, tapi
Bukan saleh salju dari gawir gunung Whyte
Ketika kaupijaki anak tangga menuju tepi
Danau Louise. Rindumu yang tropis
Menggigil di area ski, satu-dua ingatan
Tentang rumah dan pelukan ibu berkelebat
Bagai sinema di jendela hotel Fairmont's
Dalam tatapmu yang beku bersurih getun
Secarik peta Alberta tak sekadar denah kota
Ada hamparan harapan dan titah impian
Paling zamrud sekemilau danau Louise itu
Yang kautahbis jadi cermin alibi dispersal
Ada dingin yang lain merambat ke dadamu
Memasuki ruang penuh raung 1998 silam
Pekat asap dan pecahan kaca balurkan anyir
Darah ibu dalam ingatan: Negerimu yang sedih
Astrajingga Asmasubrata,
lahir di Cirebon 3 Maret 1990. Pendidikan terakhir SMP Negeri 1 Astanajapura
(2005). Salah satu penggerak Komunitas Malam Puisi Jakarta. Pernah membaca
puisi di ASEAN Literary Festival (2015). Antologi puisi pertamanya berjudul,
Ritus Khayali (2016). Turut membantu Jurnal Sastra Lokomoteks
(www.lokomoteks.com). Puisi-puisinya tersiar di media cetak dan media online
juga termuat dalam antologi bersama Nyanyian Puisi Untuk Ane Matahari (Imaji -
Ruang Sastra, 2017), Antologi Puisi Kopi 1550 MDPL (Gayo Institute, 2016),
Antologi Puisi Cimanuk (Sail Puisi Cimanuk, Dewan Kesenian Indramayu, 2016),
Antologi Puisi Selesat Cahaya Bermekaran (Malam Puisi Depok, 2015), Antologi Puisi
Di Bawah Payung Hitam (Seni Indonesia Berkabung, 2015), dan biodatanya
termaktub dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia (Yayasan Hari Puisi,
2017).