Buku: Antologi Puisi Arkais karya Alvin Shul Vatrick, dkk
Buku:Antologi Puisi Arkais
Penulis: Agung Pranoto,
Alvin Shul
Vatrick, Arsyad Indradi, Embie C Noer, Kehn Iskan,
Srie Astuty Asdi
Penyunting: Alvin Shul
Vatrick
Atak dan Sampul: Alvin Shul Vatrick
Prolog: Sofyan RH Zaid
Cetakan Pertama: 2018
Penerbit: FAM Publishing
Atak dan Sampul: Alvin Shul Vatrick
Prolog: Sofyan RH Zaid
Cetakan Pertama: 2018
Penerbit: FAM Publishing
ISBN: 978-602-335-368-2
Ukuran: XVII + 97 halaman; 12.5 x 18 cm
Harga: 45k (belum ongkir)
Pemesanan: 085242000777
Ukuran: XVII + 97 halaman; 12.5 x 18 cm
Harga: 45k (belum ongkir)
Pemesanan: 085242000777
Kadang kita begitu sukar
mengetahui sikap hidup seorang penyair, kecuali melalui puisi-puisinya. Puisi
merupakan palung paling jujur dalam menampung sikap hidup penyairnya. Karl Marx
-misalnya- dipuja sebagai ‘nabi kaum kiri’, namun dia tidaklah kiri di dalam
puisi-puisinya. Sikap hidupnya berbeda antara di dalam Das Capital
dengan di dalam puisi-puisinya, misalnya“Untuk Jenny” yang ditulis pada
November 1836. Di dalam puisi tersebut, terasa bagaimana sikap hidup Marx yang
berbeda dari yang dikenal orang selama ini.
Puisi yang dapat kita
temukan dalam A Book of Songs, Marx Engels Collected Works Vol. I
terjemahan Clemens Dutt itu menggambarkan bagaimana sikap Marx terkait
perasaannya pada Jenny von Westphalen. Baginya “kata-kata dusta, bayang-bayang
hampa, tak lebih dari sesuatu yang menyesakkan hidup dari tiap sudut, dan selamanya
manusia akan melarat, menemani cahaya hatinya dalam sunyi”. Kata “cahaya” di
sini bisa bermakna cinta, kebenaran, atau apapun yang bersifat ideal. Kita
tidak perlu menertawakan Marx dengan sikap hidupnya itu, sebab produk pemikiran
memang selalu berbeda dengan produk perasaan, apalagi dalam puisi.
Sapardi Djoko Damono
dalam Bilang Begini Maksudnya Begitu (2016) menulis: “Penyair
menggambarkan apa yang terjadi pada dirinya, atau juga bisa pada hal di
sekitarnya, tanpa berkomentar kecuali hanya untuk menyiratkan perasaan atau
pikirannya”. Dalam puisi Indonesia terdahulu, hal ini bisa kita lihat misalnya bagaimana
sikap hidup Chairil Anwar dalam“Aku”, atau Sutardji Calzoum Bachri dalam
“Walau”. Begitu pula dengan enam penyair dalam Antologi Puisi Arkais
ini. Puisi-puisi dalam buku ini sebagian menyiratkan sikap hidup penyairnya,
tentu tanpa mereka bermaksud ‘membuka diri’ atau ‘menggurui pembaca’.
(Prolog Sofyan RH. Zaid selengkapnya: Puisi sebagai Sikap Hidup Kemanusiaan dan Kepenyairan)
Para Penyair
AGUNG PRANOTO, lahir di
Trenggalek (Jawa Timur), tahun 1966. Ia penggiat, esais, pengamat &
penelaah sastra, serta Dosen Sastra di Fakultas Bahasa dan Sains Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya sejak 1991—sekarang. Sejak 1985 tulisannya berupa puisi,
cerita anak, resensi, esai sastra-budaya banyak dimuat di Surabaya Post,
Simponi, Swadesi, Surya, Suara Merdeka, Kartika, ManuntunG, Akcaya, Radar
Lampung, Bali Post, Republika, Suara Karya, Wawasan, Berita Buana, Pelita, Jaya
Baya, Panyebar Semangat, Neo Kultur, dll. Selain itu, artikel ilmiahnya telah
dimuat di beberapa jurnal ilmiah.
Ia telah
menerbitkan belasan buku, di antaranya: Pelajaran Surat-Menyurat dan Komunikasi
untuk SMK (CV. Lautan Rezeki, 1998), Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah
Dasar Kelas 1-6 (Bina Pendidikan Indonesia, 2000), Kajian Puisi (Mitra Alam
Sejati, 2003), Religiusitas Syahril Latif dalam Kumpulan Sajak Ziarah (Media
Ilmu, 2004), Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Sarinah Kembang Cikembang
Satyagraha Hoerip (Dian Prima Lestari, 2006), Realitas Sastra dan Sosiologi
Sastra (Irianti Mitra Utama, 2009), Jurnalistik: Panduan Praktis Penerbitan dan
Pengelolaan Majalah Sekolah (Dian Prima Lestari, 2010), Kiat Menulis Resensi
Buku (Dian Prima Lestari, 2010), Bahasa Indonesia Keilmuan (Bimantara Aluugoda
Sejahtera, 2011), Pengembangan Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia (UWKS
Press, 2012), Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah (UWKS Press,
2013), Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (UWKS Press, 2013),
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi (UWKS Press, 2014), Pesona
Sastra (Pustaka Kata, 2015, cet. kedua 2017).
Ia menulis
puisi dalam dua bahasa, yakni puisi berbahasa Indonesia dan Jawa. Puisinya
dibukukan dalam antologi bersama, yakni Dialog Warung Kaki Lima (Kalimas,
1993), Mlesat Bareng Ukara (PPSJS & Satu Kata, 2014), Sekeping Rindu (Media
Ilmu, 2017), Simfoni Pagi (Rumah Literasi bekerja sama dengan Pustaka Kata,
2017), Gugus Waktu (Majalah Sastra Maya & Tulus Pustaka, 2017), dan Dukamu
Rohingya (Neo Kultur, 2017). Sedangkan antologi puisi tunggalnya berjudul
Sketsa Kembang Kertas (Surya LBC Press, 2009).
Alvin Shul Vatrick, lahir
18 Oktober 1977 di Keppe, Kecamatan Larompong, Kabupaten Luwu, Sulawesi
Selatan. Mulai publikasi karya di beberapa radio serta majalah remaja, koran
harian, dan situs website pada tahun 2007. Buku yang memuat karyanya antara
lain antologi puisi “Getaran Pena Menggores Hati” (Penerbit Camar, 2013),
Senandung Tinta Jingga (FAM Publishing, 2016), Bait Nusantara (FAM Publishing,
2016), Senandung Cinta untuk Hanny (FAM Publishing, 2016), Tinta 12 Pena (FAM
Publishing, 2017), Nyanyian 12 Pena (FAM Publishing, 2017), Quatrain untuk
Rahma (FAM Publishing, 2017), Jejak
Tinta GPMH
(FAM Publishing 2017), Opera Cinta dalam Sebait Puisi (FAM Publishing 2017),
Menderas Sampai Siak (Penerbit Imaji, 2017) Harmoni Bisu (FAM Publishing 2017),
dan buku tunggal kumpulan puisi Sepisau Rindu (FAM Publishing, 2017).
Arsyad Indradi, lahir di
Barabai tgl.31 Des 1949, di samping menyenangi sastra terutama puisi juga seni
tari dan teater. Karya puisinya banyak dipublikasikan baik di media cetak lokal
mau pun nasional. Antologi Puisi tunggalnya: Nyanyian Seribu Burung (KSSB, 2006), Puisi
Bahasa Banjar dan Terjemahan Bahasa Indonesia “Kalalatu “ (KSSB, 2006), Romansa
Setangkai Bunga (KSSB, 2006), Narasi Musafir Gila (KSSB, 2006), Anggur Duka
(KSSB, 2009), Puisi Bahasa Banjar dan Terjemahan Bahasa Indonesia “Burinik”
(KSSB, 2009), dan Antologi Haiku “Tirai Hujan” memuat 1500 haiku, (KSSB, 2016).
Abah Arsyad juga sempat menghimpun puisi penyair nusantara dalam buku “ 142
Penyair Menuju Bulan (KSSB,2006), dan buku kumpulan esai dan artikel Risalah
Penyair Gila (KSSB, 2009).
Antologi
Puisi bersama yang memuat puisinya antara lain : Jejak Berlari (Sanggar Budaya
1970), Edisi Puisi Bandarmasih 1972, Panorana (Bandarmasih 1972), Tamu Malam
(Dewan Kesenian Kalsel 1992), Jendela Tanah Air (Taman Budaya /DK Kalsel 1995),
Rumah Hutan Pinus (Kilang Sastra 1996), Gerbang Pemukiman (Kilang Sastra 1997),
Bentang Bianglala (Kilang Sastra 1998), Cakrawala (Kilang Sastra 2000), Bahana
(Kilang Sastra 2001), Tiga Kutub Senja (Kilang Sastra 2001), Bulan Ditelan Kutu
(Kilang Sastra 2004), Bumi Menggerutu (Kilang Sastra 2004), Baturai Sanja
(Kilang Sastra 2004), Anak Jaman (KSSB 2004), Dimensi (KSSB 2005), Seribu
Sungai Paris Barantai (2006), Penyair Kontemporer Indonesia dalam bhs China
(2007), Kenduri Puisi, Buah Hati Untuk Diah Hadaning (2008), Tarian Cahaya Di
Bumi Sanggam (2008), Bertahan Di Bukit Akhir (2008), Pedas Lada Pasir Kuarsa
(2009), Konser Kecemasan (2010), Akulah Musi (2011), Sauk Seloka (2012),
Puisi
Menolak Korupsi I (2012), Puisi Menolak Korupsi 2 (2013), Lentera Sastra II
(2014), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Kata Cookies Pada Musim (2015), Bunga
Rampai Puisi Tifa Nusantara 2 (2015), Memo Untuk Wakil Rakyat (2015), Musim
ke-1 1000 Haiku Indonesia (KKK,2015), Anti Terorisme (2016), Musim ke-2 1000
Haiku Indonesia (KKK,2016), dll.
Ada banyak penghargaan
yang pernah diterima antara lain: Anugerah Seni Tari dari Majelis Bandaraya
Melaka Bersejarah pada Pesta Gendang Nusantara VII Malaysia (2004), Anugerah Budaya
dari Gubernur Prov. Kalsel (2014), Anugerah Astaprana Utama dari Kesultanan
Banjar (2016).
Embie C Noer, Lahir di
Cirebon dari keluarga pedagang sate kambing. Pernah kuliah di LPKJ (IKJ)
jurusan Sinematografi. Komposer untuk musik teater (Teater Kecil Arifin C Noer,
Teater KOMA N Riantiarno, dll), Film, Televisi, Tari. Salah satu karyanya, musik
untuk film “Pengkhianatan G30S PKI”. Membuat karya pentas intermedia; a.I
TREATOR – sebuah karya intermedia untuk merespons situasi politik yang kacau
saat Gus Dur menjadi presiden. Pernah menjabat Ketua Bidang Musik di Lembaga
Seni Budaya PP Muhammadiyah. Mantan anggota Dewan Kesenian Jakarta. Mantan
anggota Badan Perfilman Nasional. Ketua Yayasan Karya Budaya Nusantara. Peraih
Piala Citra Musik terbaik FFI, FFB, dan penghargaan dari Pemerintah Malaysia
untuk kerja sama pembuatan musik untuk film Malaysia yang menjadi film Malaysia
pertama yang berhasil masuk Festival Film Canes Perancis. Saat ini aktif di
organisasi Karyawan Film dan Televisi (KFT) sebagai Ketua Bidang Kerjasama
Antar Lembaga.
Kehn Iskan, lahir dan
besar di Desa Salo Dua, Kec. Maiwa, Kab. Enrekang. Telah menerbitkan sebuah
novel berjudul Mempersembahkan Cahaya pada 2017, disusul dengan antologi esai
berjudul Beginilah Cara Tuhan Mengubah Hidupku pada tahun yang sama. Awal 2018
kembali berantologi puisi dengan judul Kidung Tahniah. Beberapa tulisannya
berupa puisi, cerpen, dan esai pernah dimuat di media cetak dan online. Pernah
menjuarai lomba menulis puisi dan esai. Saat ini sementara merampungkan novel
kedua.
Srie Asury Asdi, penulis
bernama pena Kemilau Mata Bening ini lahir di Makassar, 6 Januari 1974. Gemar
menulis sejak 2014. Karyanya sudah terbit dalam beberapa buku seperti; Dalam
1001 Perjalanan Kehidupan, Misteri Rindu, Nyanyian 12 Pena, Opera Cinta dalam
Sebait Puisi, Quatrain untuk Rahma, Istana Makrifat, Hitam Putih, Senandung
Sukma, Kata-Kata yang Tak Menua (Buku Antologi Penyair Makassar), dan Harmoni
Bisu.