Undangan Menulis Antologi Puisi untuk Guru Budi
UNDANGAN MENULIS BUKU ANTOLOGI PUISI "SENDJA DJIWA PAK BUDI"
(Berpuisi dan Beramal, Mengetuk Nurani)
#KAWACA.COM - Meninggalnya Ahmad Budi Cahyono (27), guru seni rupa SMAN 1 Torjun seolah meninggalkan duka mendalam bagi istrinya Sianit Sinta. Wanita berusia 23 tahun ini seolah tak percaya suaminya meninggal karena dianiaya muridnya sendiri.
Tak seperti biasanya suaminya itu
melaksanakan salat di rumah. Biasanya, Budi, sapaan akrab suaminya tersebut,
salat di sekolah. Di Kamis (1/2/2018) yang kelabu itu, usai salat, guru Budi
langsung duduk bersandar dinding dalam posisi bersila. Kemudian Sianit
memanggilnya dan mengajak untuk makan siang.
Saat hendak merespon panggilan istrinya
itulah, Guru Budi yang mencoba bangkit dari duduknya, muntah. Sianit juga
menerangkan, saat ditanya, Guru Budi mengaku dipukuli muridnya di sekolah.
Kepada Sianit, mendiang mencoba
meyakinkan bahwa dirinya sedang baik-baik saja. Namun apa yang dia katakan tak
sesuai kenyataan. Sesaat setelah mengatakan hal tersebut, Guru Budi pingsan,
ambruk tak sadarkan diri.
Sianit akhirnya minta bantuan warga
sekitar untuk membawa suaminya tersebut ke Puskesmas Jrengik, Sampang. Namun
karena kondisinya semakin kritis, akhirnya dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya.
Di rumah sakit milik Pemprov Jatim
itulah akhirnya Guru Budi mengembuskan nafas terakhir.
Ya,
meninggalnya Ahmad Budi Cahyono, guru SMAN 1 Torju, Kabupaten Sampang,
setelah dipukul muridnya mengagetkan banyak orang. Hal ini beralasan karena
sehari sebelumnya guru yang jago bermain musik dan melukis ini tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit.
Meski begitu, firasat akan pergi
selamanya rupanya sudah dirasakan sang guru. Hal ini tampak dari video yang
diunggah di akun instagramnya terakhir.
Guru berusia 27 tahun ini mengunggah
cuplikan album musik berjudul "Sendja Djiwa" yang dimainkan bersama
grup musiknya. Menariknya, lirik yang ditampilkan di intagramnya menunjukkan
seolah-olah dia akan pergi.
"Satu, satu pergi.... satu, satu
hilang...."bunyi lirik di lagu tersebut yang diunggah 3 Januari 2018.
Menurut murid-murid dan rekan
sekerjanya, Guru Budi memang dikenal
piawai bermain alat musik seperti biola. Bahkan video saat dia bermain biola
menyebar viral di media sosial. Di akun instagramnya dia kerap mengunggah
aksinya bermusik.
Dia juga mengunggah karya-karya lukisnya
beraliran surealis. Guru Budi juga aktif mengikuti sejumlah pameran lukis
bersama pelukis-pelukis lainnya.
Sial betul nasib Ahmad Budi Cahyono,
Guru GTT (Honorer) Mapel Seni Rupa di SMA N 1 Torjun, Sampang, Madura. Lelaki
yang baru saja berumah tangga, istri sedang hamil 4 bulan, ini harus merenggang
nyawa di tangan siswanya, MH.
Kisahnya begitu menyedihkan. Dia hanya
seorang guru (honorer) tidak tetap (GTT) untuk mata pelajaran Seni Rupa di SMA
N 1 Torjun, alamat Ds Jrengik Kec Jrengik Kab Sampang. Bergaji antara 400 ribu
sampai 600 ribu per bulan.
Pak Budi, begitu ia biasa dipanggil,
dikenal ramah oleh siswa-siswanya. Tetapi, dia harus menghadapi murid, yang
kerasnya setengah mati, MH, siswa Kelas XI.
Kamis, (1/2/2018) sekitar pukul 13.00
WIB. pada saat sesi jam terakhir, Guru Budi sedang mengajar Mata Pelajaran Seni
Rupa di kelas itu. Konon, saat jam pelajaran, MH tidak mendengarkan pelajaran
dan justru mengganggu teman-temannya dengan mencoret-coret lukisan mereka.
Melihat ini, sebagai guru, Budi menegur
MH, namun tidak dihiraukan. Kabarnya MH semakin menjadi-jadi mengganggu
teman-temannya. Akirnya Budi menindak siswa tersebut dengan mencoret pipi MH
dengan cat lukis. Sebuah coretan kasih sayang.
Tetapi, MH tidak terima, lalu Guru Budi
dipukul dan dicekiknya. Peristiwa ini kemudian dilerai siswa. Guru Budi
kemudian dibawa ke ruang guru, menjelaskan duduk perkaranya kepada Kepala
Sekolah.
“Saat itu Kepsek tidak melihat adanya
luka di tubuh dan wajah Pak Budi dan kemudian mempersilakan agar pak guru
pulang duluan,” jelas berita yang beredar sekolah.
Setiba di rumah, korban langsung
istirahat karena mengeluh pusing dan sakit kepala. Sekitar pukul 15.00, korban
dibawa ke Puskesmas Jrengik, Kabupaten Sampang. Karena pihak Puskesmas tidak
mampu menangani, korban kemudian dirujuk ke rumah sakit daerah Kabupaten
Sampang. Korban kembali dirujuk ke rumah sakit DR Soetomo, Surabaya.
Pihak rumah sakit kemudian menangani korban
dan korban dinyatakan mengalami mati batang otak (MBO), yang menyebabkan
seluruh organ tubuhnya tidak berfungsi. Dokter memprediksi, korban tidak akan
hidup lama.
Sekitar pukul 21.40, korban dinyatakan
meninggal dunia. Korban kemudian langsung dibawa pulang ke rumahnya di Sampang.
Jenazah, diantar ribuan warga ke tempat pemakaman umum di Jalan Raya Piliang,
Desa Tanggumung, Kecamatan Kota Pamekasan, Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur,
Jumat (2/2/2018).
Kita semua tentu sangat menyayangkan
insiden tersebut. Kita prihatin karena peristiwa itu terjadi saat jam pelajaran
di kelas.
Persoalan ini sangat serius dan memang
harus ditindaklanjuti secara hukum.
Namun, apa sebenarnya yang terjadi di
negeri ini? Seperti ada sesuatu yang hilang dan anomali dari sendi peradaban
bangsa.
Berkaitan itu, ayo kawan-kawan, mari
kita refleksikan hal ini melalui puisi. Mungkin dengan puisi, kita bisa
menggugah siapa saja tentang insan cendikia ini. Semoga tidak ada Pak Budi-Pak
Budi lain bernasib serupa.
Penulis khusus berasal dari Sumatra
Utara atau pernah beraktivitas di Sumatra Utara, terutama penyair, pendidik,
dan pemerhati pendidikan. Puisi diketik di komputer ukuran A4, jenis huruf
Times New Roman ukuran 12, dan panjang naskah bebas. Biodata dibubuhkan di
bawah puisi dengan panjang biodata maksimal 5 (lima) baris ketikan.
Masing-masing penulis hanya
diperkenankan mengirim 1 (satu) puisi terbaik untuk dikurasi oleh Tim Kurator
yang terdiri dari: Shafwan Hadi Umry, Mihar Harahap, dan Suyadi San.
Naskah puisi dikirim ke pos-el :
sabrinoraharjodoh@yahoo.co.id dan cc : suyadisan12@gmail.com. Naskah diterima
paling lambat tanggal 25 Februari 2018, pukul 12.00 WIB.
Biaya cetak buku dibebankan kepada
kontributor (penulis puisi), minimal 100 ribu ke No. Rek. BRI 353101025745538
atas nama Devi Indriyani Siregar.
Kontributor atau donatur yang mengirim biaya cetak via ATM atau kantor
bank, wajib mengirim foto bukti transfer ke WA Devi Siregar 081224022028 atau
WA Suyadi San 08126520983. Begitu juga yang transfer via sms banking atau mobil
banking. Tiap hari nantinya panitia mengumumkan nama donatur/kontributor
pengirim dana beserta jumlah uang yang ditransfer, via WA.
Masing-masing kontributor maupun donatur
nantinya akan menerima kompensasi satu buku sebagai nomor bukti dan diserahkan
saat peluncuran buku, Minggu 25 Maret 2018, di Taman Budaya Sumatra Utara. Yang
berhalangan datang saat acara peluncuran buku, buku akan dikirim ke alamat
masing-masing, dan ongkos kirim dibebankan kepada pemesan buku.
Kontributor juga diharapkan ikut
memasarkan buku ini.
Donasi hasil penjualan buku sepenuhnya
akan disampaikan menjelang 100 hari almarhum Ahmad Budi Cahyono kepada
istrinya, sebagai bentuk dedikasi kita terhadap korban.
Demikian undangan ini disampaikan,
dengan segala hormat kami menunggu partisipasi penyair dan partisipan Sumatra
Utara. Salam puisi tanpa henti!
Medan, 3 Februari 2018
SANGGAR GENERASI MEDAN