Sajak-Sajak Dunia Terjemahan Abdul Hadi WM
Octavio Paz (Meksiko)
LAGU CINTA
Lebih bening
Dari air menetes ini
Lewat jemari kembar anggur
Pikiranku membentangkan jembatan
Dari dirimu ke dirimu
Menatapmu
Lebih tepat dibanding manatapi tubuh
yang kaudiami
Membaur di pusat jiwaku
Kau lahir untuk hidup di sebuah pulau.
Arthur Rimbaud (Perancis)
NYANYIAN DARI MENARA TINGGI
Moga datang, saat bercinta
Saat kami meluahkan rasa riang
Telah begitu lama aku bersabar
Ingatanku jadi mati
Semua rasa takut dan kesalahan
Terbang semua ke angkasa
Sedangkan nadi darahku
Meledak bersama dahaga yang sakit
O moga datang, saat bercinta
Saat kami meluahkan rasa riang
Seperti padang bermimpi
Melupakan kepedulian
Berbunga dan berkembang
Dengan setanggi dan menyan
Di mana kegarangan berdengung-dengung
Membangkitkan lalat-lalat kotor
O moga datang, saat bercinta
Saat kami meluahkan rasa riang
Taufiq Sayigh (Syria)
PERINGATAN
Ada dua orang kanak, kau dan aku
Kita sama merengek minta boneka
Tapi bila misalnya ada sebuah boneka
Kita akan campakkan dia, tak jadi
bermain
Dan kita merengek lagi
Dua orang kanak
Dua kanak-kanak, kau dan aku
Aku tahu apa yang kauingin, dan aku tahu
Kau gagal mendapatkannya, pun aku gagal
Kau tatap matamu, dan kutatap kau
Kau menundukkan muka, aku pun menunduk:
Seorang gadis mati, seorang lelaki mati.
Kau dahaga dan mendaki gunung cari air
Tanpa takutkan singa yang mungkin berada
di belukar sana
Di mata air kita lihat bayanganmu,
bayang-bayangku
Kita berpaling dan kata “ayo” mati di
bibirku.
Di kaki gunung kau jamah tangan terbuat
dari besi
Kau berdua berpaling dari pengembara
sunyi
Dia menyentuh dada, yang ternyata hanya
dingginnya air yang beku
Kusentuh dadaku, yang ternyata terbuat
dari air beku
Aku tak ingin begitu, tak juga kau.
Pablo Neruda (Chili)
GUNUNG DAN SUNGAI
Di negeriku ada sebuah gunung
Di negeriku ada sebuah sungai
Datanglah bersamaku
Malam naik mendaki gunung
Lapar turun ke sungai
Datanglah bersamaku.
Siapa ini yang menderita?
Aku tak kenal, tapi mereka memanggilku.
Datanglah bersamaku.
Aku tak kenal, tapi mereka orang-orangku
Dan mereka berkata lepadaku, “Kami
menderita.”
Datanglah bersamaku.
Dan mereka berkata kepadaku,
“Orang-orangmu
Orang-orang tak beruntung
di antara gunung dan sungai
menderita lapar dan nestapa,
mereka tak mampu berjuang sendiri,
mereka menantimu, Sahabat!”
Oh kamu, sahabat yang kucintai
Kecil mungil butir merah
Biji gandum,
Perjuangan akan berat,
Hidup pun akan berat,
Tapi kamu akan datang bersamaku.
Kihara Koichi (Jepang)
DARI MANA KAU DATANG?
Dari liang lahat batu buta
Dari lubuk kelopak-kelopak mawar belum
mekar
Sekarang di mana?
Depan cermin yang memantulkan
bayang-bayang orang mati
Depan cermin yang memantulkan kelahiran
baru
Ke mana pergimu?
Ke sana ke seberang di balik tempat
burung terbang
Ke sana ke seberang di balik ikan
menyelam dalam lautan
Bechet Negatigil (Turki)
GARIS KEMATIAN
Buku-buku memanggil dengan bangga dari
perpustakaan
-- Bacalah kami, kami adalah juru
selamatmu!
Baru halaman pertama malas bikin kami
menaruh mereka
Lebih baik jalan raya kami tempuh
Jalanan memanggil kami dengan suara
lantang
-- Kemarilah dan berjalanlah, akan kami
ber hiburan
Tapi jalan segera memenuhi kami dengan
kejemuan
Dan tak memberi kami kepuasan apa pun
Cinta memanggil berulang kali, merayu
dan tersipu-sipu
Tiap suaranya mengenakan sebuah topeng
Tiada dariku yang tersisa untuk
memujinya
Biar musuh-musuhku bersorak, apa
peduliku
(O dunia yang sekarat
Kami adalah budak-budakmu ternyata
Ke mana pun kami pergi atau tinggal
Lahir tetap pilihan terbaik)
Kemudian kelir diangkat sekali lagi
Betapa sungai ini mengalir untukku,
sekali lagi,
Ada yang menyimpang, ada yang hilang
Hidup tak tahu artinya hidup sungguh
malang.
Eugene Montale (Italia)
KEREK SUMUR
Kerek semur berderik-derik
Air naik menuju cahaya dan mencair di
sana
Sebuah kenangan bergetar dalam ember
penuh
Dan pada lingkaran jernih sebuah
bayangan terbawa.
Kudekatkan wajahku pada bibir yang
sesaat saja lenyap:
Masa silam berubah sudah, menjadi tua
Menjadi milik orang lain
Ah ia berderit
Dan mengembalikanmu ke lubuk kedalaman
yang gelap
Hai bayang-bayang, jarak memisahkan
kita.
Ashis Sanyal (India)
SIAPA AKAN MENJAWAB KETOKAN KAMI
Siapa sekarang akan membawa kami
pulang menuju kebahagiaan
Siapa?
Langit tak lebih
tenda bolong terangkat
di udara, bumi hanya
taburan pasir terserak
ditumbuhi lumut lebat dan belulang
di dasar sungai yang hilang
Tatabahasa daunan hijau
telah terusir dari
ingatan kami, apa kami juga terusir?
dari ingatan burung-burung ---
Siapa akan menjawab ketokan kami
bila kami tinggalkan rumah penjara ini
yang gaungnya akan membawa kita pulang?
Hanya pohonan tahu mengapa
kata-kata kehilangan musiknya
dan mereka sekarang
akan tetap tinggal
seakan dongengan
Wolfgang Baech;er (Jerman)
PERANG SAUDARA
Di belakangku pintu-pintu alas belantara
berdentuman tertutup sendiri
Aku menguncinya
agar tak kudengar lagi
suara kesunyian,
mengunci suara-suara
yang terdengar di sekitar
dan dalam diri
Telah kuungsikan diriku
dalam kebisingan kota
yang membuat tenang
Dan baca tajuk Koran
Baca dalam kereta api kota
Tentang perang berkelanjutan
di Vietnam, Laos, Kamboja,
Palestina, Irlandia, Amerika
Suara-suara menerobos
dinding kereta api kota
dinding kebisingan
Tembakan-tembakan menembus
pintu-pintu dan jendela
Tembakan mengenai suara-suara
mengena, melukaiku
Abdul Rauf Benawa (Afghanistan)
SAJAK
1.
Cintaku kembali dari medan perang tanpa
kemenangan
Kusesalkan ciuman tadi malam yang
kuberikan kepadanya
2
Mukamu bunga mawar dan matamu cahaya
lampu
Tuhan! Aku tersesat. Jadi kupu siang
atau kupu malam/
Ra’di (Iran)
DUNIA
Dunia ini adalah sebuah hotel
Kita manusia adalah sang pencinta anggur
Mabuk oleh kegairahan
Anggur benar anggur
Kita tutup mata kita dengan cadar
Agar tetap buta
Dan kita cicipi
Anggur dari cawan kehidupan
Dan kita cuci bibir cawan
Dengan air mata
dan tetap mencicipinya
dan tetap menangis
Dan di situ kita
mencari sesuatu untuk mengisi kekosongan
dan mata kita tetap terkatup
sampai hari kiamat
Di mana cadar kita akan dibuka
Dan menunjukkan rahasia
yang membuktikan cawan
yang kita cintai itu
sejak hari penciptaan pertama
tak terisi anggur
yang ada hanya khayal dan mimpi
sedikit harapan, rasa kecewa
perpisahan, dan pertemuan kembali
dan pada akhirnya, semua juga hilang,
lenyap.
O dunia ini seperti hotel
Kita adalah pencinta anggur yang malang.