Puisi-Puisi Faqih Usman Dedja
FACE OF LOVE
menyusuri jalur rindu
arah paling jujur menuju hatimu
;aku sampai
lelah perjalanan tunai
terbayar cinta menuai
adalah wajahmu guratan kisahku
kesimpulan tafsir
kenapa aku terlahir
Pamekasan, 29 Agustus 2010
RITUAL PENANTIAN
menanti
kedatanganmu
adalah ibadah
kesabaran tanpa jemu
di mana rindu tak
menyisakan tempat untuk kebosanan
bila kau tak tiba
itu sebabnya kau
terlalu sempurna untuk menjadi nyata
namun menantimu
tetaplah
ibadah istiqamah
serupa waktu terus
melaju
mengantarku pada
surga-Nya temu
di sana, tempat
segala pinta dikabulkan-Nya
:bidadari yang
menemaniku adalah dirimu
Pamekasan, 2012
PELAYARAN LUKA
kemudian kau tenggelamkan aku di kedalaman matamu
lewat airmata pasang dan
arus kesedihan yang gelombang
setelah kalimat perpisahan di bibirmu mengambang
pun di sisi lain samudera hatimu
sebuah perahu terbakar terik matahari dan
layarnya dihantam badai
;akulah itu
-serupa buih menepi ke bibir-bibir pantai hatimu-
menciumi karang
membatu
:merindu
Pamekasan, 2007
SAHAYA CINTA
-entah amal baik apa yang telah aku perbuat hingga
tuhan
mempertemukan aku denganmu-
engkau adalah perempuan paling ratu
yang aku temui bertahta kelembutan
setiap katamu adalah keindahan
tatap matamu sorga memberi kesejukan dan
yang tergerai pada setiap helai rambumu adalah ketulusan
wajar bila setiap lelaki
menghujanimu dengan matanya kemudian
membuat saluran cinta di hatinya
meski memilikimu hanyalah mimpi
namun mencintaimu adalah janjiku pada waktu
sungguh jauhmu
mencipta musim di semesta hatiku
bernama rindu
sebab jauh sebelum matahari terbit kemudian tenggelam
aku telah lebih dulu menaruh cinta
di ufuk timur dan barat hatiku
ratu,
akulah sahaya yang mencintaimu
Pamekasan, 2006
PANTAI CAMPLONG
ombak menepi
mengabarkan biru rindu laut pada daratan
engkau sayup dalam ingatan
lautan pasang
gelombangnya tak bergaram
di tepian aku menantimu
di atas karang
:tak karam-karam
sampang. 2007
SEMACAM HASRAT
aku memang
bukanlah Qays yang majnun
tapi faqih,
yang ingin
mengangkatmu menjadi :Layla
Guluk-guluk, 2005
SERUAS DETAK
saudaraku,
Tuhan tak pernah mengajari kita untuk melupakan-Nya
meski salah dan
lupa milik kita
maka tanamlah di
dasar hati paling taqwa
pun aku, tak
pernah menyuruhmu melupakanku
;saudara
sekandung rindu
-anak pertama
dari perkawinan cinta dan waktu-
maka ingatlah
dalam memoar paling rindu
Sumenep, 2005
SEBENTUK TANYA YANG MELIUK
DARI JEJAKMU
mungkinkah aku bersalah padamu di kehidupan yang lain
hingga kau sedemikian jauhnya meninggalkan aku?
padahal dunia ini tak sedikitpun memberiku kesempatan menyakitimu
jawab,
aku tak ingin mungkar nakir menagihnya di barzah nanti sebagai
hukum kelalaian seorang pecinta
yang jelas itu bukan kehendakku
sebab bila mencintaimu cukup menjadi bekal ke surga
maka tak ada lagi keraguan
; akulah penghuninya
Pamekasan, 2009
WIND OF LIFE
sudah aku curahkan rinduku pada angin
hiruplah
:untuk hidupmu aku ada
Pamekasan, 20 September 2011
Faqih Usman Dedja, lahir di Pamekasan, Madura. Alumni PP Annuqayah Lubangsa,
Guluk-Guluk sekaligus mantan ketua Sanggar Andalas. Puisi-puisinya terbit di
sejumlah media dan buku puisi bersama. Setelah menyelesaikan studinya di Fakultas Tarbiyah PAI, STAIN Pamekasan, dia hijrah ke Tarakan, Kalimantan
Timur sebagai PNS dan mengajar. Lelaki flamboyan ini merupakan seorang Madridista
sejati.