Jejak Karya Anak-anak Desa oleh Eddi Koben
#KAWACA.COM - Usep Hamzah, warga Desa Pagelaran Cianjur Selatan yang kini bermukim di St. Gallen, Swiss, kembali mengundang saya beserta sejumlah pegiat literasi lainnya untuk mengunjungi taman baca miliknya. Kebun Baca Sarerea (KBS), demikian nama taman baca yang didirikannya sejak empat tahun silam itu. Tak sekadar mengunjungi, para pegiat literasi itu pun didaulat untuk mengisi berbagai kegiatan seperti workshop menulis prosa dan puisi, workshop membuat wayang singkong dan pentas teater anak, jemuran puisi, musikalisasi puisi, hingga peluncuran buku prosa dan puisi karya anak-anak KBS. Kali ini, meski yang datang tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, acara di KBS tetap meriah.
Adalah hari Sabtu hingga
Minggu, 03-04 Februari 2018, saya dan kawan-kawan diundang oleh Usep Hamzah.
Kali ini saya hadir bersama tiga orang murid saya di sekolah, yaitu Ilmi,
Kindy, dan Argi. Juga ada kawan-kawan pegiat literasi dari Bandung seperti
Didin Tulus, Andrenaline Katarsis, dan Rian Angkasa Pinem. Dari Sukabumi hadir
Ujianto Sadewa, Den Aslam, dan Galang. Sementara peserta terjauh datang dari
Malang, yaitu Yusri Fajar, seorang dosen sastra yang juga penulis puisi,
cerpen, dan esai. Sigit Susanto dan Ubaidillah Muchtar yang biasanya rajin
menghadiri, kali ini terpaksa absen karena kesibukannya masing masing.
Ada yang istimewa dari
kegiatan tahunan di KBS Pagelaran kali ini. Peringatan berdirinya KBS Pagelaran
tahun keempat ini ditandai dengan peluncuran buku kumpulan prosa dan puisi
“Hikayat Sebatang Pensil” karya anak-anak KBS. Mereka yang setiap minggu mengadakan reading group secara
berkelanjutan, lalu berlatih menulis di bawah asuhan seorang relawan KBS, Desy
Novianti, kini patut berbangga. Hasil ketekunannya membaca dan belajar menulis
telah membuahkan sekumpulan karya.
Dibidani oleh seorang pegiat
literasi yang juga pemilik penerbit Katarsis Book, Andrenaline Katarsis,
kumpulan karya anak-anak KBS tersebut berhasil diterbitkan dalam bentuk buku.
Sejumlah pegiat literasi seperti Didin Tulus, Ujianto Sadewa, Gun Agustian,
termasuk saya sendiri memberikan pengantar pada buku itu. Tentu Usep Hamzah
selaku pemilik KBS memiliki peran yang sangat vital dalam penerbitan buku. Ia
membiayai seluruh keperluan penerbitan buku tersebut. Hasilnya sungguh membuat
anak-anak KBS merasa bangga dan percaya diri. Mereka dapat menunjukkan kepada
orangtua, saudara, juga tetangganya betapa mereka sebagai anak kampung telah
berhasil menulis karya kreatif dalam bentuk buku.
Hari Pertama
Acara peluncuran buku itu
sendiri dilangsungkan di halaman gedung KBS mulai pukul 14.00 WIB. Seremoni
ditandai dengan penyerahan gambar cover buku berukuran besar yang diberi
bingkai dari Andrenaline Katarsis selaku penyunting sekaligus penerbit kepada
Usep Hamzah. Selanjutnya, anak-anak KBS mendapat jatah masing-masing satu buah
buku. Mereka pun saya ajak ke jalan desa untuk secara beramai-ramai membacakan
hasil karyanya di hadapan orang banyak.
Dengan semangat, saya
memandu acara pembacaan puisi dan prosa tersebut di halaman sebuah warung di
pinggir jalan desa. Sebelum pembacaan dimulai, anak-anak saya ajak untuk
meneriakkan yel-yel yang menyerukan ibu-ibu dan bapak-bapak di desa itu untuk
keluar rumah menyaksikan anak-anaknya membaca puisi dan prosa. “Emak…Bapak… ieu abdi
rajin maca. Ayeuna abdi tos tiasa nulis buku!” Demikian bunyi yel-yel
itu yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira seperti ini: “Ibu…Bapak… ini saya
rajin baca. Sekarang saya sudah bisa nulis buku!”.
Yel-yel tersebut diteriakkan
berulang-ulang hingga puluhan warga baik laki-laki maupun perempuan merasa
penasaran dan keluar dari rumahnya masing-masing untuk menyaksikan keriuhan
itu. Setelah cukup banyak warga yang berdatangan, saya pun memanggil nama-nama
anak yang karyanya tertulis dibuku itu untuk membacakan karyanya. Tepuk tangan
dan sorak-sorai terdengar begitu anak selesai membacakan karyanya.
Sekitar satu jam, acara
pembacaan puisi dan prosa itu berlangsung. Diakhiri dengan meneriakkan ye-yel
bersama-sama, anak-anak kembali ke gedung KBS. Kali ini mereka diberi hadiah
kecil oleh Usep Hamzah berupa gantungan kunci bergambar cover buku “Hikayat
Sebatang Pensil” juga gantungan kunci bergambar logo KBS. Mereka tampak senang.
Wajah-wajah ceria terpancar dari mereka. Kegiatan hari pertama selesai. Mereka
dipersilakan pulang untuk beristirahat agar keesokan harinya dapat kembali
mengikuti kegiatan di KBS. Para pengisi acara pun turut beristirahat. Waktu
istirahat mereka manfaatkan untuk makan dan mandi.
Usai sembahyang Isya, para
pemateri kembali melanjutkan acara. Kali ini tidak melibatkan anak-anak. Acara
diskusi santai digelar di gedung KBS. Topik-topik seputar sastra, buku terbaru,
hingga topik pilkada Jabar mereka diskusikan dengan santai sambil mengunyah
makanan ringan, menyeruput kopi, dan mengisap cerutu yang dibawa Usep Hamzah
dari eropa. Sejumlah oleh-oleh yang dibawa Usep seperti kaos, tas, dan topi
khas Swiss dibagikan kepada kawan-kawan yang hadir. Ini kebiasaan yang tak
pernah dilewatkan Usep setiap kali mengadakan acara di kampung halamannya ini.
Obrolan santai pun diselingi
dengan acara nyanyi-nyanyi. Gitar, kajon, kecrek, dan perkusi dimainkan oleh
mereka. Malam pun jadi kian hangat dan semarak. Menjelang tengah malam baru
bisa tertidur pulas menunggu esok untuk kembali menggelar kegiatan literasi
bersama anak-anak desa.
Hari Kedua
Kegiatan hari kedua, Minggu,
04 Februari 2018 dimulai pukul 08.30 WIB. Anak-anak sudah kembali berdatangan
ke KBS mengenakan kaos berwarna jingga bertuliskan “Kebun Baca Sarerea”. Mereka
bersiap mengikuti kegiatan reading group buku
“Jelajah Kampoeng” karya Andrenaline Katarsis. Desy Novianti relawan dari desa
setempat memimpin acara rutin tersebut. Namun, kali ini terasa begitu istimewa
karena buku yang tengah didaras oleh anak-anak itu juga dihadiri oleh
penulisnya langsung. Alhasil, Andrenaline sebagai sang penulis didaulat untuk
menceritakan proses kreatif buku tersebut.
Usai reading group,
anak-anak selanjutnya disuguhi materi jemuran puisi yang dipandu oleh Ujianto
Sadewa, penyair asal Sukabumi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Ujianto kembali
mengajak anak-anak untuk menulis puisi di sehelai kertas untuk kemudian dijemur
di seutas tali di halaman. Selanjutnya, puisi-puisi tersebut dibacakan oleh
para penulisnya. Jadilah halaman KBS semarak oleh jemuran puisi yang berderat dari
ujung kiri hingga ujung kanan halaman KBS. Sebagai penutup dari acara menjemur
puisi, Ujianto dan saya menghibur anak-anak dengan sajian musikalisasi puisi.
Kemeriahan menjemur puisi
dilanjutkan dengan workshop membuat wayang singkong. Acara ini dipandu oleh
Galang, pegiat literasi asal Sukabumi. Galang mengajari anak-anak membuat
wayang dengan bahan dasar daun ketela/singkong. Anak-anak tampak cukup
antusias, terlebih setelah mereka berhasil membuat mainan wayang tersebut.
Selanjutnya, wayang-wayang ketela itu dijadikan media oleh Den Aslam, pegiat
literasi lainnya yang juga asal Sukabumi untuk mengajarkan teater anak.
Anak-anak pun bertambah gembira.
Satu jam menjelang Zuhur,
giliran Yusri Fajar menyampaikan materi. Yusri membagi ilmu teknik menulis cerita.
Pengalamannya yang sudah menulis puluhan judul cerpen dibagi kepada anak-anak.
Yusri tampak menikmati perannya sebagai “pengasuh” anak-anak. Jika sehari-hari
yang diajarinya adalah para mahasiswa, kali ini ia harus menghadapi anak-anak
usia SD yang tentu saja karakternya berbeda dengan mahasiswa.
Beberapa menit menjelang
azan zuhur berkumandang acara selesai. Anak-anak kembali mendapat hadiah kecil
berupa makanan dan minuman ringan. Coklat Swiss mereka nikmati sebagai
oleh-oleh dari yang punya taman baca. Acara ditutup dengan doa yang
dipimpin oleh Rian Angkasa Pinem. Selanjutnya, mereka berpose bersama para
pengisi acara untuk kenang-kenangan.
Demikian sejumput aktivitas
di Kebun Baca Sarerea selama dua hari. Para pengisi acara begitu bahagia
melihat antusiasme anak-anak desa. Harapan-harapan akan munculnya benih-benih
penulis masa depan disemai di Kebun Baca Sarerea ini. Setidaknya kemunculan
buku “Hikayat Sebatang Pensil” karya anak-anak KBS ini sebagai pertanda baik
bahwa ke depannya karya-karya dari anak-anak desa ini akan terus bermunculan.
Semoga!
Penulis, pegiat literasi asal
Cimahi. Menulis cerpen, puisi, resesnsi dan esai. Kini mengasuh remaja belajar
menulis di Padepokan Literasi Cihanjuang.