Film adalah Karya Sastra? "Berhentilah Membodohi Umat!"
#KAWACA.COM – Perdebatan selalu menarik
diikuti, apalagi jika warna pro-kontranya sangatlah kontras. Perdebatan yang masih hangat hingga saat ini adalah soal “apakah film adalah karya sastra?”.
Tokoh utama yang mengatakan film adalah
karya sastra adalah Denny JA dan Narudin Pituin. Wacana yang mereka lontarkan
menuai banyak pertentangan, salah satunya datang dari Noorca M. Massardi, sastrawan
yang baru saja meluncurkan novel terbarunya, September. Apa tanggapan Noorca? Berikut kronologinya:
Iwan Soekri, melalui akun facebooknya (8/11/2017,
16:41 WIB) turut membagikan tautan Ini Tulisan Narudin yang Dianggap Penipuan oleh Dedy Tri Riyadi ke grup facebook Kritik dan Essei Sastra Indonesia.
Kemudian Noorca M. Massardi menulis komentar (8/11/2017, 17:23 WIB) yang
menarik dan mencerahkan:
“Sejak awal abad ke-20 ketika Louis
Lumiere menciptakan cinematographe di
Paris, yang mengawali film sebagai “karya seni” -maka dunia membagi dan
sekaligus menetapkan bahwa film merupakan “karya seni ketujuh” (le septieme art). Enam karya seni
lainnya adalah: teater, rupa, musik, suara, tari, dan sastra. Jadi film adalah
seni penutup yang diciptakan manusia yang mampu menggabungkan enam karya seni
lainnya dalam sebuah karya. Jadi berhentilah membodohi umat dengan menyebut
film sebagai karya sastra!!!”
Tanggapan Noorca tersebut semakin
mempertegas, kalau film baru sebatas karya seni, bukan karya sastra. (ss)
Baca Juga: