Puisi-Puisi Salman Rusydie Anwar
Benteng Kerinduan
kujaga kerinduanku padamu
dengan cara menahan diri
:untuk tidak bertemu
dengan cara menahan diri
:untuk tidak bertemu
2007
Tebing Hujan
Telah kubangun sebuah tebing
dengan hujan yang berlari dari mataku
Tangan-tangan waktu merayap di atasnya
meninggalkan sejarah demi sejarah
langkah demi langkah
Telah kubangun sebuah tebing
dengan hujan yang berlari dari mataku
Tangan-tangan waktu merayap di atasnya
meninggalkan sejarah demi sejarah
langkah demi langkah
Kau menyangka tebing ini adalah sebuah perhentian
sedang aku meyakini ia adalah sebuah hunian
tempat luka dan doa, nyanyi dan harapan
menempa dirinya menjadi akar
yang sulurnya merambat hingga matahari
Dan ketika matahari menusukkan sinarnya
ke ubun waktu dalam diammu
kau pun menjadi bagian dari tebingku
yang harus sedia menanggung perih cuaca
Kebumen, 2011
sedang aku meyakini ia adalah sebuah hunian
tempat luka dan doa, nyanyi dan harapan
menempa dirinya menjadi akar
yang sulurnya merambat hingga matahari
Dan ketika matahari menusukkan sinarnya
ke ubun waktu dalam diammu
kau pun menjadi bagian dari tebingku
yang harus sedia menanggung perih cuaca
Kebumen, 2011
*Lahir di Sumenep, 5 November 1979. Ia merupakan santri pertama Pondok Mahasiswa Hasyim Asy'ari Yogyakarta. Beberapa tulisannya terkumpul dalam
buku Kekuasaan dan Agama (Obsesi Press, 2008), Antariksa
Dada (Lumbung Aksara, 2007), dan Belantara Filsafat; Diaspora Menuju
Tuhan (Teras, 2009). Kini dia menetap di Kebumen dan sering ‘pulang pergi’ ke Yogyakarta demi menyelesaikan
program studi masternya. Lelaki yang menyukai burung kojuk kopyah dan burung
ulat ini biasa menyebut dirinya orang biasa yang terbiasa dengan kebiasaan yang
biasa-biasa saja. Tidak memiliki ambisi untuk menjadi ini dan itu selama hal
itu bisa membuatnya terjatuh dari puncak kemanusiaannya.
Baca Juga: