Belajar untuk (Selamanya) Jatuh Cinta - Nila Hapsari
Belajar Untuk (Selamanya) Jatuh Cintaoleh Nila Hapsari*
#KAWACA.COM -Di malam yang tenang dan kala pikiran jauh dari gaduh, saya sibuk memilih teman di tempat tidur. Akhirnya “Falling in Love” alias
jatuh cinta menjadi pemenangnya. Buku yang tebalnya 400 halaman lebih itu bukannya
belum pernah saya baca, tapi seperti halnya buku-buku saya yang lain, saya
selalu menemukan kesan berbeda di pembacaan yang kedua, ketiga, dan seterusnya.
Tentu saja jika buku itu cukup menarik untuk dibaca.
Inti dari buku ini adalah menguak
misteri bagaimana dan mengapa kita jatuh cinta. Penulisnya, psikolog Ayala
Pines, tak hanya menyajikan teori-teori, namun juga menyertakan berbagai contoh
kasus dan hasil risetnya terhadap sejumlah pasangan yang pernah bekerja sama
dengannya.
Hanya sedikit kajian yang
membahas hubungan antara apa yang membuat pasangan saling jatuh cinta, dan apa
yang menjadi penyebab masalah mereka, yang terkadang berujung pada perpisahan.
Salah satu kajian yang melibatkan 60 pasangan yang menikah memperlihatkan bahwa
sifat yang paling mengganggu, seringkali merupakan implikasi yang
dilebih-lebihkan, atau lawan dari sifat yang pertama kali digambarkan sebagai
alasan utama daya tarik (Whitehouse, 1981).
Fakta tersebut menarik dan
sebetulnya tidak sulit untuk dipahami. Mungkin orang yang kita kenal atau diri
kita sendiri pernah mengalami hubungan yang diawali dari ketertarikan yang
bersifat romantis. Saya ingat seorang kenalan saya pernah kasmaran dengan
lelaki yang dinilainya aktif, lucu, dan selalu memikirkan hal-hal gila untuk dilakukan.
Belakangan hubungan mereka harus kandas karena kegilaan si lelaki. Ia ternyata
memiliki masalah emosional yang serius.
Untuk mempertegas kaitan daya
tarik awal dan stress yang menyertainya, Pines menyertakan sepuluh contoh
pasangan suami istri yang dipilih secara acak dari 100 orang yang dikenalnya. Dalam
setiap kasus digambarkan ketertarikan utama yang membuat pasangan saling jatuh
cinta dan apa yang menjadi sumber stres mereka. Di sini saya akan menyajikan
lima di antaranya:
1. Daya Tarik:
Istri: Ia pengajar yang gigih, membuatku merasa diinginkan dan dikagumi.
Suami: Ia seperti mimpi yang menjadi kenyataan, sulit didekati.
Stres:
Istri: Ia tidak membiarkanku bernapas, ia selalu ada di hadapanku.
Suami: Ia tidak pernah membiarkanku merasa bahwa ia menginginkanku.
2. Daya Tarik:
Istri: Ia memberiku rasa nyaman, selalu ada dan bisa diandalkan.
Suami: Ada sesuatu yang misterius dalam dirinya.
Stres:
Istri: Ia membosankan.
Suami: Ia tidak pernah ada, tidak ada keintiman sejati.
3. Daya Tarik:
Istri: Ia tampak sangat tenang.
Suami: Aku menyukai energinya. Ia sangat aktif, segala sesuatu terjadi di sekelilingnya.
Stres:
Istri: Ia tidak bisa membela hak-haknya. Tidak tegas.
Suami: Ia meledak-ledak pada hal kecil dan suka marah.
4. Daya Tarik:
Istri : Ia tampak sangat cerdas, memiliki kemampuan.
Suami: Ia sangat menghargaiku. Aku merasa diterima dan dihargai.
Stres:
Istri: Ia membuatku bodoh dan tidak mampu.
Suami: Ia merasa buruk dengan dirinya dan menyalahkanku.
5. Daya Tarik:
Istri: Ia tampak sangat bijaksana, dewasa, sangat tahu tentang hidupnya.
Suami: Ia sangat enerjik, cinta alam, terbuka pada dunia.
Stres:
Istri: Ia mengguruiku setiap saat dan ingin mengikatku di rumah.
1. Daya Tarik:
Istri: Ia pengajar yang gigih, membuatku merasa diinginkan dan dikagumi.
Suami: Ia seperti mimpi yang menjadi kenyataan, sulit didekati.
Stres:
Istri: Ia tidak membiarkanku bernapas, ia selalu ada di hadapanku.
Suami: Ia tidak pernah membiarkanku merasa bahwa ia menginginkanku.
2. Daya Tarik:
Istri: Ia memberiku rasa nyaman, selalu ada dan bisa diandalkan.
Suami: Ada sesuatu yang misterius dalam dirinya.
Stres:
Istri: Ia membosankan.
Suami: Ia tidak pernah ada, tidak ada keintiman sejati.
3. Daya Tarik:
Istri: Ia tampak sangat tenang.
Suami: Aku menyukai energinya. Ia sangat aktif, segala sesuatu terjadi di sekelilingnya.
Stres:
Istri: Ia tidak bisa membela hak-haknya. Tidak tegas.
Suami: Ia meledak-ledak pada hal kecil dan suka marah.
4. Daya Tarik:
Istri : Ia tampak sangat cerdas, memiliki kemampuan.
Suami: Ia sangat menghargaiku. Aku merasa diterima dan dihargai.
Stres:
Istri: Ia membuatku bodoh dan tidak mampu.
Suami: Ia merasa buruk dengan dirinya dan menyalahkanku.
5. Daya Tarik:
Istri: Ia tampak sangat bijaksana, dewasa, sangat tahu tentang hidupnya.
Suami: Ia sangat enerjik, cinta alam, terbuka pada dunia.
Stres:
Istri: Ia mengguruiku setiap saat dan ingin mengikatku di rumah.
Suami: Ia tidak peduli dengan rumah. Bukan
seorang ibu rumah tangga.
Menarik bukan? Setiap kasus
menunjukkan adanya hubungan yang jelas, yaitu komplementaritas antara sebab
ketertarikan pasangan satu sama lain dan apa penyebab penderitaan mereka
kemudian. Kualitas-kualitas yang pada awalnya membuat pasangan tertarik,
akhirnya menyebabkan matinya perasaan tersebut.
Ketika pasangan jatuh cinta,
pilihan tak sadar mereka bersifat mutual dan komplementer. Hal ini membuat
pasangan mampu mengekspresikan “masalah inti” mereka sebagai pasangan. Masalah
tersebut mengelilingi pusat konflik mereka yang paling baru. Lalu bagaimana
mengubah masalah pasangan menjadi peluang untuk berkembang? Mungkinkah sepasang
ini dapat mempertahankan “jatuh cinta” nya?
Pines menyarankan tiga langkah
terkait tanya di atas. Pertama yaitu mengembangkan kesadaran terhadap peran
yang mereka mainkan, agar bertanggung jawab atas pilihan romantisnya dan tidak
hanya menyalahkan pasangan atas kekecewaan dalam berhubungan. Yang kedua adalah
mengekspresikan empati. Bergantian saling bicara dan mendengar tanpa menilai,
mengkritik, atau menyerang. Ketiga adalah perubahan sikap. Saling memberi yang
dibutuhkan oleh pasangan akan menjaga nyala percikan-percikan romantis. Ini
tentu menjadi jauh lebih mudah setelah melalui dua langkah di awal.
Maka, ketika seorang wanita mampu
bersikap rasional sebagai hadiah bagi suaminya dan ketika seorang pria
membalasnya dengan mengekspresikan emosinya yang terdalam, mereka sebagai
individu akan berkembang. Perkembangan psikologis ini mengarah pada
perkembangan hubungan mereka. Dan perkembangan adalah antitesis dari perasaan
yang mati. (Nil)
Bahan Bacaan:
Pines, Ayala. 2005. Falling in Love. Buku yang Menguak Misteri Bagaimana dan Mengapa Kita Jatuh Cinta. Diterjemahkan oleh: Sophia Febriyanti. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pines, Ayala. 2005. Falling in Love. Buku yang Menguak Misteri Bagaimana dan Mengapa Kita Jatuh Cinta. Diterjemahkan oleh: Sophia Febriyanti. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
*Penyair, penerjemah, dan alumnus Fakultas Biologi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Baca Juga:
Ahai! Inilah 9 Film tentang Kepenyairan
Ingin Sukses? Jangan Abaikan Lambungmu! - Nila Hapsari
Rawane, Menaruh Perempuannya oleh Rinidiyanti Ayahbi